Senin, 25 Februari 2008

Women Memang Wonder



Women memang wonder. Saya sengaja memakai bentuk jamak karena yang bentuk tunggal, wonder woman sudah saya pasangkan untuk bu Doris. Bayangkan, begitu memutuskan action membuka toko busana muslimah, jegrek, omsetnya terus naik dan naik. Nggak turun-turun. Dan yang membuat menarik adalah ibu satu putri ini menuliskan memoar tokonya hari-per-hari. Kejadian apa saja yang dialami, apa saja yang dilakukan, kiat apa saja yang sudah dikerjakan, semua dituliskan dengan sangat rinci dan rapi. Alhasil kita bisa mengikuti perkembangan usahanya dari hari ke hari beserta semua permasalahannya... Dan solusinya.

Karena saking rincinya, apa yang dia lakukan sudah mendapatkan pengikut. Ada member TDA yang membuka toko dengan panduan blognya bu Doris.

Hebatnya lagi dia akhirnya memutuskan resign dari tempatnya bekerja, sebuah perusahaan multi nasional kondang, dan memilih jualan busana.

Bagi Pak Isdiyanto, saya kira 'biografi' toko Shaakira bisa dijadikan buku yang sangat layak jual. Narasinya jelas, lugas, teknis. Tips dan triknya semuanya dibuka dengan jelas oleh pemiliknya. Bahkan beberapa upaya tidak baik yang dilakukan oleh oknum juga diceritakan dengan cukup rinci. Saya kira kok belum ada buku yang berbicara teknis begini rinci, lengkap dengan tips-tipsnya. Peluang nih... :)

Saya sebenarnya tidak sedang ingin ngrasani beliau. Saya tertarik dengan women setelah Rabu kemarin mendengarkan RedPyramid di SmartFM.

Konsultan HRD itu mengungkapkan sebuah survey yang menunjukkan betapa hebatnya perempuan. Bahasa kerennya betapa hebatnya Venus Leadership. Anehnya, yang berbicara tentang perempuan semuanya laki-laki. Tidak ada perempuan yang dilibatkan dalam obrolan pagi itu.

Kalau kita lihat iklan-iklan real estate maupun asuransi, sebagian besar jagoannya, juara top MA (marketing associated), bisa ditebak dipegang oleh perempuan. Jarang laki-laki menjadi top MA. Kalau pun ada jumlahnya sedikit.

Survey juga menunjukkan, 92% pengeluaran keluarga dipakai untuk household spending. Dan keputusan belanja tentu saja ditentukan oleh ibu, perempuan. Maka tidak mengherankan kalau hampir semua produsen selalu merayu (atau melibatkan) wanita untuk pemasarannya. Karena perempuan memang sangat powerful.

Berdasarkan survey juga ternyata pemimpin perempuan lebih mampu meredam konflik tajam. Liberia adalah negara penuh konflik tajam dan berdarah. Kini setelah presidennya dijabat oleh Ellen Johnson Sirleaf, seorang perempuan 70 tahun, Liberia menjadi negara yang aman dan jauh lebih tenang dari sebelumnya. Hebatnya lagi wakilnya, Joseph Boakai, adalah juga seorang 'iron lady'.

Di Negara Paman Sam, saat ini Bush adalah presiden yang paling tidak populer dan tidak bermutu. Dia sering 'dikemplang' kanan kiri karena keputusannya yang sering 'ngawur'. Tetapi para pengritiknya cukup segan ketika yang menghadapi dan manjawab kritik adalah si Condie, panggilan akrab Condoleezza Rice, Menlu Amerika, seorang perempuan.

Dalam pergaulan sehari-hari, kalau kita diberhentikan polisi Lalau Lintas, yang sering terjadi adalah perdebatan yang cukup keras karena kita merasa tidak melanggar peraturan. Tetapi perdebatan keras saya yakin tidak terjadi kalau yang memberhentikan adalah seorang polwan, perempuan.... apalagi kalau cakep. :)

Mengapa perempuan cukup powerful untuk kasus pelik dan rumit?

Survey itu mengatakan kalau perempuan pendekatannya lebih persuasif. Kemampuan persuasif ini jarang dimiliki oleh laki-laki. Tidak mengajak berantem. Mereka juga memiliki daya tahan yang lebih kuat menghadapi tekanan.

Perempuan juga punya kemampuan multi kerja sekaligus. Ada contoh menarik tentang kemampuan multi-tasking ini. Seorang ibu mampu menggendong anak sambil tangan kirinya memegang telepon, tangan kanannya mencatat cashflow. Ketika sedang sibuk menggendong-menelepon-mencatat, tiba-tiba pembantunya lewat di depannya, dia masih mampu memanggil dan memberi arahan pekerjaan. Luar biasa. Empat pekerjaan dilakukan sekaligus. Bersamaan.

Ternyata kemampuan multi-tasking tidak dimiliki (atau sangat jarang) oleh laki-laki. Apa penyebabnya?

Sangat menarik. Ternyata antara otak kiri dan otak kanan ada 'jembatan' penghubung. Pada laki-laki 'jembatan' ini makin lama mengalami penipisan terus menerus. Sedangkan pada perempuan tidak terjadi penipisan. Inilah yang menjelaskan mengapa perempuan lebih mampu melakukan berbagai pekerjaan sekaligus.

Bagaimana dengan kekurangan perempuan? Apakah mereka tidak mempunyai kekurangan? Jelas mereka mempunyai kekurangan. Tetapi alangkah baiknya kita tidak membicakan kekurangan orang lain. Kalau mau tahu silahkan japri saja... :)

Batik, Materials of The World

Kemarin saya menerima email dari sahabat saya yang tinggal di Houston. Dia mengirim foto-foto produk unik made in Adidas. Yang cukup membikin bangga adalah Adidas mencantumkan Indonesia sebagai asal Batik.






Senin, 18 Februari 2008

Trust: Percaya Nggak Percaya

"Pak, bisa nggak kalau saya pesan meja tv yang dibatik?" begitu bunyi sms yang saya terima sekitar 2 minggu lalu.

"Bisa bu," jawab saya mantap. "Kami sangat senang kalau ada contoh atau fotonya," saya menambahkan.

Sehari kemudian sang ibu mengirim foto meja tv ke email saya.

"Pak, kalau saya pesan yang ukuran sekian kali sekian, berapa ya harganya?"

Saya tidak langsung menjawab. Foto itu kami diskusikan dengan 'pasukan' saya. Di samping itu saya juga masih ragu, benar nggak ibu ini serius dengan niatnya, mengingat sudah beberapa kali saya nyaris jadi kurban penipuan. Alhamdulillah semua niat jahat itu tidak mengenai sasaran.

Saya memutuskan untuk serius menjawab pertanyaan calon konsumen. Toh menjawab tidak ada ruginya. Setelah kami diskusikan, saya jawab sms beliau.

"Bu, pesanan ibu setelah kami hitung harganya sekian...."

"Wah kok mahal ya pak?" jawab calon pelanggan.

Di sinilah saya harus bisa meyakinkan bahwa kami hanya membuat produk berkualitas, unik, eksklusif, elegan.

"Pesanan ibu kami buat dari kayu jati. Bahan dasarnya sendiri sudah berkualitas. Proses pembatikan kami lakukan persis seperti membuat batik tulis di atas kain. Batik tulis adalah batik yang mempunyai value added seni tertinggi. Batik tulis adalah perpaduan antara seni dan skill yang memerlukan jam terbang khusus.

Kalau batik tulis pada kain biasanya melalui 6 tahap pengerjaan, maka batik tulis kami pada kayu melalui 9 tahap pengerjaan. Jadi sebenarnya tidak mahal, bu," jawab saya.

Lama jawaban saya tidak mendapat respon. Saya berfikir apakah penawaran saya terlalu mahal. Tapi saya yakin bahwa yang saya tawarkan sebenarnya murah dibanding value nya. Tidak banyak yang mampu mengerjakan apa yang kami kerjakan.

Kalau sang ibu merasakan terlalu mahal, apa boleh buat. Produk kami tidak mahal. Masalahnya hanya soal terjangkau atau tidak.

"Pak, harganya bisa turun lagi ya?" tiba-tiba sang ibu mengirim sms pada pagi hari. Tiba-tiba ada rasa iba. Beliau sangat berminat tapi harganya kurang terjangkau.

"Bu, kami bisa memberi diskon 15%. Kalau dirupiahkan kami sudah menurunkan harga sekian juta lho," jawab saya.

"Oke pak, gimana cara pembayarannya?"

Kaget. Kami belum pernah bertemu. Selama ini komunikasi hanya lewat sms dan email. Apakah betul beliau percaya kepada kami?

"Mohon DP nya 50% ya bu," saya menjawab sms nya masih agak ragu.

"Baik pak. Siang ini saya transfer."

Ternyata betul. Esok pagi-pagi sekali ketika saya cek via m-banking ada dana masuk 50% dari harga meja televisi.

Kami belum pernah bertemu, belum berbicara, hanya via sms dan email. Tapi beliau bersedia melakukan pembayaran cukup signifikan. Barangnya belum ada. Trust ini harus dijaga.

Rabu, 13 Februari 2008

Nyopir dan Ilmu Nyopir


Alkisah, ada sebuah cerita dari sahabat teman saya. Dia sangat ingin bisa mengemudikan mobil. "Saya malu sama calon mertua karena ketika dimintai tolong mengantar beliau pakai mobil, saya tidak bisa nyopir," katanya menerangkan motivasinya belajar nyopir.

"Akhirnya calon mertua yang mengemudi. Jadinya saya kelihatan seperti bos yang punya sopir," katanya tertawa mengenang pengalamannya. Dan sejak saat itu dia bertekad bisa 'membawa' mobil, apapun resikonya.

Masalah resiko ini ternyata dia termasuk orang yang kurang berani ambil resiko. "Kalau saya langsung ambil mobil saya yakin bisa jalan. Tapi kalau ada masalah, misalnya harus rem tapi ternyata yang saya injak gas, gimana?" alasannya takut belajar nyopir sendiri. Sebuah alasan yang wajar dan masuk akal. Memang sangat berisiko kalau salah injak. Harusnya injak rem tapi ternyata gas yang terinjak...

Akhirnya dia memutuskan ikut kursus mengemudi mobil. Ada pelatih yang selalu mendampingi. Ada orang yang akan mengingatkan kalau harus injak kopling, rem, gas, tengok kanan-kiri, dan sebagainya.

Dia datang ke salah satu lembaga kursus mengemudi mobil. Kantornya sangat bagus, keren, para pegawainya sangat rapi. Dia sangat yakin kalau ini adalah lembaga kursus mengemudi yang bagus. Tanpa pikir panjang dia memutuskan mandaftar di sana.

Keyakinannya bertambah ketika dia menerima paket panduan langkap cara mengemudi yang bagus. Di panduan itu ada penjelasan yang sangat lengkap dan rinci tata cara mengemudi. Selain menerima buku dia juga mendapat kuliah tata cara mengemudi yang bagus, aman, nyaman. 'Dosen' yang mengajarkan mengemudi memberi panduan yang rinci bagaimana cara mengemudi, mulai dari menghidupkan mobil, posisi duduk, posisi gigi, posisi kaki mana yang injak rem, kaki mana yang injak kopling, kapan ngegas, kapan ngerem, dan sebagainya.

Panduan itu memang sangat rinci karena juga menerangkan berapa tekanan kaki yang pas ketika melepas kopling, ketika menginjak gas. Juga diterangkan beberapa problem solving kalau ada masalah seperti, bagaimana kalau di depan ada mobil lain, bagaimana menghindari bajaj yang tidak juga menepi padahal sudah diklakson, dan lain-lain.

Tiga bulan kemudian dia dinyatakan lulus kursus mengemudi mobil. Sebelum dinyatakan lulus dia diberi sedikit pelajaran 'praktek' tata cara mengemudi. Ilmunya sempurna. Semua teori sudah dilahap. Semua panduan sudah dihafal.

Tapi masalah besar ternyata timbul ketika pada suatu hari dia tiba-tiba diminta sang camer untuk membawa mobil. Dia bingung apa yang harus dilakukan ketika sudah duduk manis di belakang kemudi. Blank, tiba-tiba tangannya kaku, pikirannya bingung. Semua teori yang sudah dicerna dengan bagus tiba-tiba lenyap....

Kesal dengan skill nya yang tidak juga membaik, dia memutuskan masuk lagi kursus mengemudi mobil. Tapi kali ini dia datang ke tempat kursus yang lain. Alangkah kegetnya ketika dia bertemu dengan 'dosennya'. Tanpa banyak berkata sang 'dosen' meminta dia langsung duduk di belakang kemudi. Saat itu juga dia dibimbing mulai dari menghidupkan mobil, injak kopling, masukkan gigi, injak gas, dan sebagainya.

"Tiba-tiba saya bisa nyopir," katanya antusias, meski jalannya masih ndut-ndutan. Dia juga tidak perlu ambil resiko besar karena ada pelatih yang mendampingi. Pelatih yang tahu apakah jalannya mobil sudah baik atau masih oleng...

Jumat, 08 Februari 2008

Sekolah Bisnis

Siang ini baru saja saya membaca email di sebuah milis yang ditulis oleh sahabat yang saya kagumi:

"... kemarin saya dan dua teman melakukan studi banding program S1 Bisnis, zzz (nama lembaganya saya sensor ya), yang konon tujuannya mencetak pengusaha. Mirip seperti SBM xxx, kurikulum dibuat sedemikian rupa utk mencetak pengusaha menurut paradigma yg mereka anut, termasuk melalui project assignmet ttg business ideas dsb. Sama seperti SBM, 80 persen lebih perkuliahan masih dilakukan dalam kelas. Pokoknya tidak beda dg kuliah MBA yg pernah saya ikuti walaupun mata kuliahnya banyak membahas entreprneurship.

Jadi kalau bisnis diibaratkan berenang, mereka belajar teori berenang di kelas sebanyak 80 persen lebih dan selebihnya praktek di kolam renang. Memang belum ada data berapa persen dari lulusannya yg jadi pengusaha karena toh program ini baru berjalan 3 tahun. Tapi data dari SBM xxx yg programnya mirip menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen lulusannya melanjutkan sekolah ke jenjang yg lebih tinggi, 30 persen bekerja, dan kurang dari 10 persen yg merintis usaha sendiri.

Memang tidak mudah membuat sekolah entrepreneurship. Makanya saya dan temen2 pengin mencoba dan mencoba terus. Dalam bahasa agama ini disebut ijtihad, yg kalaupun salah mendapat pahala, ceunah..."

Saya kagum pada sahabat saya ini karena sejak dulu dia selalu memikirkan orang lain. Dia dan teman-temannya tidak pernah berhenti bagaimana bisa menyumbangkan pikiran dan karyanya bagi kesejahteraan sesama. Mudah-mudahan apa yang dirintisnya diberi kemudahan.

Postingannya membuat saya kaget dan heran. Bagi saya ini adalah pengetahuan baru. Sebuah lembaga terkenal, yang biasanya membuka kelas MM atau MBA, kini membuka kelas S1 bisnis. Tujuannya mencetak pengusaha. Tapi 80% materinya diberikan di dalam kelas. Tentu saja output dari kelas bisnis lembaga ini pasti tidak menemui sasaran.

Menjadi pengusaha adalah soal mindset, masalah pola pikir, dan persoalan sikap mental. Teori dan pelajaran canggih model apapun tidak ada gunanya kalau pola pikirnya belum diubah dulu. Mindset pengusaha adalah 'menabur dulu baru manuai belakangan' alias 'memberi dulu baru menerima'.

Mindset seperti pak Ogah, 'gopek dulu dong' baru mengerjakan sesuatu tidak berlaku di dunia entrepreneur. Pola pikir 'saya dapat berapa kalau mengerjakan sesuatu' adalah pola pikir mayoritas masyarakat kita. Maka menjadi sangat jelas kalau mindset nya tidak diubah upaya apapun yang dilakukan untuk mencetak pengusaha adalah usaha yang (bisa dikatakan) sia-sia.

Sikap mental yang lain adalah tahan banting. Ibarat seorang anak yang belajar naik sepeda, jatuh dan luka adalah proses yang harus dilalui sebelum dia berhasil menguasai sepeda. Maka kalau seseorang ingin bisa naik sepeda tanpa melalui proses belajar dan jatuh, ya mana mungkin bisa mengendarai.

Hanya saja dengan berkembangnya pengetahuan, banyak pihak yang bisa membantu seseorang 'menguasai' sepeda tanpa perlu babak belur karena jatuh. Kalau pun jatuh, ya jatuhnya di atas spons saja. Belajarnya dapat tapi jatuhnya tidak sakit. Sebagaimana seorang yang belajar berenang, kalau belajarnya langsung nyebur tentu resikonya lebih besar dibanding belajarnya pakai ban plus pelatih yang selalu mendampingi.

Mudah-mudahan niat sahabat saya cepat terealisasi lewat jalan yang tepat...

Senin, 04 Februari 2008

Personal Value

"Pak, datang ya di ruko pak Jaja (sebut saja begitu) malam ini?" pinta tetangga saya pada suatu hari.

"Ada acara apa pak?" tanya saya.

"Ada diskusi tentang peluang bisnis bagus," jawabnya.

Dari jawabannya saya langsung bisa menebak kalau tetangga ini sedang menawarkan salah satu produk mlm. Dia pun membenarkan.

"Maaf pak saya tidak cocok dengan bisnis model seperti itu," jawab saya berusaha menolak ajakannya. Sekarang ini saya memang sedang belajar berkata lugas jika ingin menolak sebuah ajakan.

Jawaban yang saya berikan ternyata tidak memuaskan tetangga saya. Dia masih terus berusaha mengajak saya datang ke pertemuan. Saya pun berusaha dengan halus menolak ajakannya.

"Saya tidak cocok dengan model bisnis seperti itu," saya berusaha menjelaskan.

"Semua orang cocok untuk bisnis ini," jawab tetangga saya.

Akhirnya kami pun terlibat pembicaraan mengenai tipe orang dan bisnis apa yang cocok dengan tipe tersebut. Dan mau tidak mau saya akhirnya berbicara mengenai 8 tipe manusia menurut Roger Hamilton (padahal saya baru ikut preview gratisnya, belum pernah ikut seminarnya). "Orang yang tipenya star cocok untuk menjadi leader mlm," kata saya. "Saya kan termasuk orang yang agak introvert, jadi kurang pas dan tidak cocok kalau harus membujuk orang lain secara langsung," saya menambahkan.

Saya pun juga mengatakan bukannya belum pernah mencoba tapi sudah beberapa mlm saya coba. Hasilnya saya tidak bisa menikmati pekerjaan tersebut. Saya merasa tertekan kalau berusaha mengajak seseorang. Apapun pekerjaannya kalau kita tidak bisa menikmati hasilnya pasti tidak akan maksimal.

Kami pun akhirnya sepakat untuk tidak sepakat. Sang tetangga tidak melanjutkan lagi ajakannya. Meski dia tidak setuju dengan argumentasi saya tapi bisa menerima alasan saya.

Rabu minggu lalu di Smart FM ada yang menarik. RedPyramid, sebuah lembaga konsultan SDM berbicara mengenai personal value. Setiap orang mempunyai personal value. Kalau personal value kita tidak menyukai resiko, ya jangan berbisnis. Bisnis identik dengan resiko. Kalau hanya ingin aman sebaiknya jadi karyawan yang baik, bekerja yang baik, dan tidak macam-macam. Meski kenyataannya orang yang hanya cari aman biasanya posisinya paling tidak aman.

"Selaraskan personal value kita dengan pekerjaan atau bisnis yang akan digeluti," nasehat RedPyramid. Kalau kita menyukai tantangan pilihlah bisnis yang belum pernah digeluti orang lain. Kalau anda tipe gigih maka bisnis yang cocok adalah yang punya tingkat kesulitan tinggi tapi menjanjikan profit yang bagus.

Apakah orang-orang introvert, tidak suka keramaian, tidak suka gaul adalah tipe yang susah dengan kesuksesan?

Warren Buffet adalah orang terkaya no.2 di dunia setelah Bill Gates. Kalau harta Bill Gates 46,5 miliar dollar maka kekayaan Buffet 'cuma' 44 miliar dollar. Yang menarik adalah Buffet introvert, menyendiri, tidak suka gaul, menghindari keramaian.

Buffet, 77 tahun, ketika ditanya apa yang akan dilakukannya 10 tahun ke depan dia menjawab, "Saya akan melakukan persis dengan apa yang saya lakukan sekarang karena yang saya lakukan sekarang persis dengan apa yang saya sukai."

Selaraskan personal value dengan pekerjaan kita....