Sabtu, 24 April 2010

Carilah Partner tak "Sepaham"


Apakah judul di atas mengherankan? Apakah tidak ada yang salah dengan judul itu?

Pertanyaan-pertanyaan itu bisa dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan lain, misalnya bagaimana mungkin kita disuruh mencari partner yang bertolak belakang dengan keinginan kita? Mana bisa tujuan bisa dicapai kalau tim tidak sejalan dengan keinginan kita?

Saya masih ingat dengan cerita James Gwee (mudah-mudahan semua sudah tahu siapa James Gwee itu). Sewaktu baru saja lulus dari perguruan tinggi dia dan kawan-kawannya bermaksud membuka bisnis.

Dengan semangat yang membara James bertekad menjadi pengusaha. Dia kumpulkan teman-teman seide untuk mewujudkan mimpi bersama. James merasa beruntung menemukan teman yang selalu seide. Hampir semua usulannya diterima.

Singkat kata bisnis yang dijalani berjalan dengan cepat melesat. Sebagai orang yang mempunyai banyak ide dia selalu disupport oleh mitra kerjanya. Berbagai produk baru terus diciptakan. Temannya juga selalu menciptakan produk-produk baru. Kreasi yang terus muncul menjadikan perusahaan cepat dikenal dan terkenal. Tetapi, nyawa perusahaan ini ternyata hanya seumur jagung. Dengan waktu yang tidak lama perusahaan yang melesat cepat itu akhirnya harus runtuh dan tutup buku.

Di kemudian hari James Gwee baru menemukan jawabnya. Sebab utamanya adalah perusahaan mereka dijalankan oleh orang yang punya tipe yang sama. James dan kawannya punya tipe kreator. Mereka terus menciptakan produk baru. Mereka selalu bertemu dengan klien. Namun mereka tidak mempunyai orang yang mengurus perusahaan dengan baik, teliti, detil, dan njlimet dengan angka-angka. Mereka tidak punya orang yang tipenya supporter.

Pelajaran yang bisa diambil adalah kita seharusnya mengenali tipe diri kita. Roger Hamilton sudah membuat klasifikasi manusia menjadi 8 tipe kepribadian (Creator, Star, Supporter, Deal Maker, Trader, Accumulator, Lord, Mechanic). Ke 8 tipe ini bisa menjelaskan hampir semua kepribadian manusia dan pekerjaan yang paling optimal untuk masing-masing tipe.

Beberapa hari lalu di milis TDA kita membaca keluhan salah seorang sahabat yang omset tokonya merosot tajam setelah ditinggalkan pagawainya. Padahal biasanya omset selalu naik dari hari ke hari.

Untuk sebuah usaha yang dijalankan secara offline (seperti toko) maka sangat menentukan bagaimana kita memilih pegawai yang dijadikan ujung tombaknya. Pegawai yang banyak bicara, supel, pinter ngajak bicara orang lain, pinter nggodain customer, sangat vital peranannya. Pokoknya pegawai yang tipenya mirip Dorce adalah jaminan (meski tidak 100%) bahwa usahanya akan sukses. Tipe Dorce adalah kalau dia ngerjain orang, yang dikerjain tidak mungkin marah.

Saya mempunyai famili yang tipenya introvert, tidak suka bertemu dengan banyak orang. Dia punya usaha yang dijalankan secara offline. Karena menyadari bahwa dirinya tidak bisa ngajak omong orang lain yang belum dia kenal, maka dia merekrut familinya yang tipenya ramai, banyak omong, ramah, mudah gaul untuk dijadikan ujung tombak pemasaran produknya. Padahal famili saya ini tidak pernah kenal dengan orang yang bernama Roger Hamilton.

Suatu saat dia ditawari mengadakan pameran di sebuah mal yang masih sepi. Saking sepinya mal itu dia dibebaskan dari biaya sewa tempat. Hampir semua peserta pameran mengeluh sepi karena sedikitnya pengunjung yang datang. Tetapi khusus famili saya, omsetnya cukup bagus dan terus naik, Ini karena ujung tombaknya adalah orang yang tipenya pas dengan medannya.

Sedangkan kalau usaha itu dijalankan secara online tentu saja diperlukan orang dengan tipe yang berbeda.

Manusia adalah makhluk unik. Satu orang dengan yang lain tidak sama. Tidak ada manusia yang sempurna. Kekurangan yang dimiliki satu orang bisa ditutupi oleh orang lain yang punya tipe dan watak yang berbeda.

Ibaratnya puzzle (sepeti foto di atas), puzzle itu akan membentuk sebuah bangun yang sempurna kalau tonjolan salah satu unsurnya bertemu dengan lekukan unsur yang lain. Terus menerus seperti itu. Kekurangan unsur yang lain dipertemukan dengan kelebihan unsur lainnya. Saling lengkap-melengkapi inilah yang akhirnya membentuk puzzle menjadi sebuah bangun yang sempurna.

Maka kalau usaha kita ingin berhasil kenalilah tipe diri kita dan carilah partner yang tidak "sepaham" alias berbeda dengan kita. Partner yang saling melengkapi dan menutup kekurangan masing-masing...

Selasa, 06 April 2010

Produk RI Tembus Supermal Harrods London

London - Dikawal teks Remarkable Indonesia, the Legacy of Timeless Treasures, produk Indonesia dari batik, handicraft, furnitur, sampai jewelry hadir sangat mewah di supermal Harrods, London.

Keberhasilan produk nasional masuk Harrods, supermal mewah yang didirikan oleh Charles Henry Harrod (1834) dan kini dimiliki Al-Fayyed, itu berkat kerjasama KBRI London, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Budaya dan Pariwisata dalam rangka promosi Indonesia, yang akan resmi dibuka pada 8/4/2010 dan akan berlangsung sebulan penuh.

"Di antara produk Indonesia itu ada gunungan dan tokoh wayang kulit nan artistik, dipadu dengan wayang golek dan latar belakang Candi Borobudur," tutur PLE Priatna, warga Indonesia di Brussel yang sedang liburan Paskah di London kepada detikcom, 5/4/2010.

Menurut Priatna, sebagai orang Indonesia dia merasa bangga dan berdecak kagum dengan keberedaan Indonesia's Corner di supermal mewah Harrods. "Ternyata barang dan produk Indonesia tampak bagus, mewah terpajang di tempat bergengsi ini," tegas Priatna.

Secara terpisah, Dubes RI untuk Inggris dan Irlandia Yuri O. Thamrin mengatakan bahwa upaya pihaknya menghadirkan Indonesia di supermal Harrods yang terkenal di seluruh penjuru dunia adalah sebagai langkah promosi terobosan untuk mengundang pelancong melihat Indonesia dari sudut kota London.

"Puluhan ribu pelancong dan warga Inggris sendiri setiap ke London pasti mendatangi Harrods. Berkunjung ke London tanpa ke Harrods terasa tidak lengkap. Esensi dan peluang itu yang kita tangkap," ujar Yuri, ketika berjumpa Priatna di Bandara Heathrow sehari sebelumnya.

Kehadiran produk dan promosi Indonesia di Harrods tersebut tidak hanya secara fisik visual di etalase dan gala dinner, tetapi juga akan melekat terbawa pulang oleh ribuan orang yang berbelanja di supermal bermoto Omnia Omnibus Ubique (Semua Barang untuk Semua Orang, di Mana Saja, red).

Sebab dalam struk tanda bukti pembayaran belanja di Harrods akan tertera teks "Remarkable Indonesia, Visit the Food Hall to sample Indonesian Cuisine and see Indonesia Fashion, Art, and Design, in the Exhibition Windows. "

Menurut Priatna, struk seperti ini melekatkan citra produk Indonesia ke benak pengunjung sekaligus mematrikan citarasa dan karya seni Indonesia di manca negara. "Ini juga bisa menjadi memorabilia, kenangan indah yang istimewa dan mahal harganya," tandasnya.

Priatna berpendapat, bahwa terobosan promosi terpadu semacam ini sepatutnya tidak hanya di lakukan sekali, tapi harus berkesinambungan dan di banyak kota lain di Eropa.

"Selamat datang Indonesia di Harrods, London!" pekik Priatna. (es/es)

sumber: detik.com