Rabu, 25 Maret 2015

Gus Mus: Mengenakan Batik, Meneladani Nabi Muhammad SAW

Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Mustofa Bisri kembali menegaskan perbedaan antara muslimin Indonesia dan Arab Saudi. Meski keduanya menganut agama yang sama tapi masing-masing memiliki kekhasan budaya.

“Islam kita itu ya Islam Indonesia bukan Islam Saudi Arabia, bukan berarti kalau tidak pakai jubah dan sorban Islam kita tidak diterima,” katanya saat membuka Pameran Seni Rupa Nasirun di Bentara Budaya Yogyakarta, Selasa (2/10).

Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini berpesan kepada umat Islam di Indonesia untuk meneladani Nabi Muhammad SAW secara tepat. Menurut dia, Nabi termasuk pribadi yang menghargai tradisi setempat dan berperangai menyenangkan.

“Rasulallah SAW memakai jubah, sorban dan berjenggot ya karena tradisi orang Arab seperti itu. Abu Jahal juga berpakaian yang sama, berjenggot pula. Bedanya kalau Rasul wajahnya mesem (sarat senyum). Nah, kalau Abu Jahal wajahnya kereng (pemarah). Silahkan mau pilih yang mana?” katanya disambut gelak tawa hadirin.

“Seandainya, ini seandainya, kalau Rasulullah itu lahir di Texas, mungkin pake jeans,” ujar Gus Mus.

“Makanya Gus Dur, saya, make pakaian sini (Jawa); pake batik,” tambah GusMus, seperti dilansir NU Online.

Menurut Gus Mus, mengenakan batik bisa diartikan sebagai ittiba’ Kanjeng Nabi. Sedangkan mengenakan serban, jubah, berjenggot, bisa juga dikatakan sebagai ittiba’ Abu Jahal. Bukankah Abu Jahal juga mengenakan jubah, serban dan berjenggot?

Perbedaan antara Abu Jahal, Abu Lahab, dengan Kanjeng Nabi adalah air mukanya. Kanjeng Nabi itu wajahnya tersenyum, Abu Jahal wajahnya sangar. Kalau ingin ittiba’  Kanjeng Nabi, pake serban pake jubah, wajah harus tersenyum.

Gus Mus lalu mengisahkan, pada zaman Nabi, kalau ada sahabatnya yang sumpek, mempunyai beban, ketemu Kanjeng Nabi, melihat wajahnya, hilang sumpeknya.

“Sekarang ini, nggak (demikian). Pakaiannya aja yang sama. Kita nggak sumpek, nggak apa, lihat wajahnya malah sumpek,” pungkasnya.

Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh Unesco telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral andIntangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

Batik memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yangmemiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Saat ini, penggunaan batik kembali dihidupkan di masyarakat Indonesia, dengan menjadikan batik sebagai pakaian dalam acara-acara kenegaraan. Memakai batik juga berarti membantu meningkatkan produktivitas para perajin, yang artinya membantu meningkatkan penghasilan para pekerja, pedagang, dan lainnya, yang terkait dengan industri batik.

sumber:
nu.or.id
liputanislam

2 komentar:

  1. Nah ini nih, jadi kontrofersial dikalangan pesantren, orang-orang tanya apa dalillnya??
    ya saya sebagai orang awam kurang paham..

    by 'jual batik tulis madura eksklusif' 'batik eksklusif', 'batik madura' , 'jual batik madura online', batik pamekasan madura

    BalasHapus
  2. Setuju sekali gus , we are indonesian , kita muslim indonesia

    BalasHapus