Selasa, 24 Juni 2008

Logika 'logis'

"Pak Abduh, bapak perlu tambahan modal nggak?"

"Ya kalau ada yang ngasih kenapa tidak?" jawab saya sekenanya.

"Kira-kira perlu berapa pak, 200 juta, 400 juta?"

"Saya nggak butuh banyak pak. Emang bapak mau ngasih berapa?"

Itulah pembicaraan saya dengan seorang bapak sepuh via telepon kira-kira dua bulan lalu. Saya pertama bertemu dengan bapak ini di kereta eksekutif dari Bekasi menuju Gambir. Saat itu kami hanya ngobrol ngalor-ngidul biasa.

Saya masih ingat saat itu tiba-tiba ponsel saya berdering. Seorang pengusaha dari Medan memesan furnitur batik. Tentu saja bapak sebelah saya mendengar pembicaraan saya dengan buyer dari Medan tersebut.

"Wah saya kagum dengan sampeyan, mas. Masih muda tapi usahanya sudah dahsyat. Saya hanya pensiunan yang sedang mencari kesibukan. Kebetulan saat ini saya dipercaya mencairkan dana dari seorang pengusaha."

Saya hanya terseyum mendengar pujiannya. Kami akhirnya berpisah di Gambir. Saya menuju gedung Dept Perdagangan (memenuhi undangan dari Depdag). Sedangkan bapak itu meneruskan ke Jl Juanda.

Lama kami tidak bertemu sampai akhirnya ada telepon yang tiba-tiba menawarkan pinjaman tanpa agunan sebesar itu. terus terang saya sangat pesimis dengan tawaran semacam itu. Secara logika biasa tawaran itu kurang masuk akal.

Dan ketika saya pancing dengan pura-pura tertarik tawaran bapak sepuh tersebut, belangnya langsung tersingkap. "Tapi mas Abduh tolong setor dulu 25 juta ya mas untuk administrasi pencairan dana." Akhirnya telepon saya tutup.

Beberapa hari kemudian beliau masih terus berusaha mengontak saya tapi jawaban saya sama, bahwa saya sama sekali tidak tertarik dengan tawaran itu.

Upaya menawarkan dana murah yang tidak logis masih saja terus terjadi. Dan orang-orang yang terpedaya juga masih saja banyak. Kalau yang terpedaya adalah masyarakat yang berpendidikan rendah masih bisa dimaklumi. Tapi kalau yang jadi kurban adalah kalangan terpelajar, menunjukkan bahwa kondisi saat ini memang membuat orang-orang pinter tidak bisa memakai logikanya dengan semestinya.

Selasa siang lalu Metro Realitas menyajikan aksi Ahmad Zaini. Pria ini mengaku punya uang 18.000 trilyun rupiah. Dia ingin meminjamkan dana kepada siapapun yang punya proyek di atas 50 milyar rupiah. Tanpa agunan tanpa bunga. Dahsyat.

Banyak orang berbondong-bondong datang ke pertemuan yang diadakan Ahmad Zaini. Selain pengusaha ada juga dari kalangan akademisi yang datang. Bahkan rektor sebuah perguruan tinggi di Bandung juga datang membawa proposal proyek. Hasilnya?

Ahmad Zaini sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. Polisi pun belum berniat menangkapnya karena belum ada orang yang dirugikan secara materi. Musibah yang dialami orang-orang yang datang ke Villa Bunga 'hanyalah' rasa malu.

"Kalau yang kena tipu masyarakat berpendidikan rendah saya masih bisa maklum. Tapi ini yang datang adalah orang-orang pinter semua. Ada pengusaha, profesional, bahkan rektor," kata Kapolda Jawa Barat sambil geleng-geleng kepala...

2 komentar:

  1. Salam kenal, Mas Abduh.

    Betul Mas, tawaran yang sangat tidak logis. Saya sering bertemu dengan pengusaha yang mendapat tawaran serupa, tapi ujung-ujungnya cari duit sendiri.

    Yang logis, kayaknya jika kita kontakan! Haha.. Thanks sdh mampir di blog saya bbrp waktu lalu. Saya jg sdh balas.

    Pokoknya, siap-siap saja ditelpon dari 0812-304-6517 atau 021-3100153. Itu no direct dan kantor saya. :)

    OK Mas, salam sukses!

    Fajar S Pramono
    (Penulis buku "Rahasia Sukses Ngutang di Bank")

    BalasHapus
  2. bukan perkara logis atau tidak logis. kalau uang sudah jadi Tuhan. apapun yang dikatakan atas nama uang, ya... sabda pandita ratu.

    sedih memang, tapi banyak terjadi. orientasi hanya hasil bukannya to-be or to-do.

    salam kenal,
    salwangga.

    BalasHapus