Kamis, 13 November 2008

Mengapa yang Miskin Lebih Dermawan?

Siti Hajar mulai kelelahan setelah sekian kali berlari dari Safa ke Marwa dan sebaliknya. Dan pada kali ketujuh setelah bolak-balik Safa - Marwa, dia pun tidak kuat lagi. Setelah menempuh kurang lebih 7x350 meter dia pun ambruk, pasrah. Dia pasrah menerima apa pun yang akan terjadi setelah usahanya mencarikan air bagi anak tercinta, Ismail, belum membuahkan hasil.

Dan ketika upayanya sudah maksimal, maka pertolongan Allah pun turun. Tiba-tiba dari bawah kaki Ismail memancar air yang sangat jernih. Air ini kemudian dinamakan air Zam-zam.

Sampai sekarang air Zam-zam tidak pernah habis dikonsumsi oleh jutaan orang pada waktu yang bersamaan ketika musim haji.

"Apakah air yang didapat Siti Hajar adalah usahanya?" tanya pak Quraish Shihab ketika Beliau memberi materi di televisi.

"Air itu bukan usaha Siti Hajar tapi pertolongan langsung dari Allah," Beliau jawab sendiri pertanyaannya.

"Tapi (ini poin terpenting), air itu tidak akan keluar jika Siti Hajar tidak berusaha mencarinya. Jika Siti Hajar cuma berdiam diri maka tidak ada apa pun yang didapatnya," tambah ahli tafsir ini.

Pelajaran buat kita adalah kita harus berusaha maksimal untuk mendapatkan impian kita. Maksimal dan maksimal. Hanya kita sendiri yang bisa mengukur apakah usaha kita sudah maksimal atau belum. Pasrah adalah menyerahkan hasil yang kita upayakan kepada Allah ketika kita sudah maksimal.

Kepasrahan total setelah upaya maksimal akan melahirkan kejadian yang sama sekali di luar jangkauan nalar kita.

"Tolooong"

Anak saya setiap habis Isya suka melihat tayangan televisi "Tolooong". Acara ini dikemas sedemikian rupa sehingga penonton tahu seberapa besar kepedulian kita kepada masalah yang sedang dihadapi orang lain.

Kejadian-kejadian pada "Tolooong" tidak direkayasa. Selalu ada kamera tersembunyi yang mengikuti obyek yang sedang mempunyai masalah. Masalah yang ada memang direkayasa tetapi kejadian yang menimpa sang obyek adalah original, asli.

Pada satu episode dikisahkan ada seorang anak yang kesulitan mencarikan obat buat ibunya. Obatnya tidak susah dicari tapi anak ini tidak mempunyai uang untuk membeli obat. Harga obatnya murah karena obat yang biasa beredar di pasaran. Anak ini diminta sang produser untuk minta tolong kepada orang-orang yang ditemui di jalanan. Bagaimana reaksi orang-orang yang dimintai tolong inilah inti program ini.

Sang anak keluar masuk toko, keluar masuk warung, keluar masuk pasar, menemui orang-orang yang dijumpai. Tidak ada seorang pun yang peduli. Ada yang berusaha mendengar keluhan anak tapi tidak berupaya menolong. Lebih banyak yang cuma melirik dengan sebelah mata sebelum ngeloyor pergi. Sekian puluh orang dari beragam kalangan yang ditemui semuanya nihil. Ada beberapa yang meledek, "tidak punya uang kok mau beli obat..." Astaghfirullah.

Hingga kemudian anak ini berjumpa dengan seorang ibu, pedagang kaki lima, yang menggelar dagangannya di depan emperan sekolah. Setelah mendengar keluhan sang anak ibu ini pun sedikit bertanya sebelum berdiri. Mereka berdua kemudian pergi ke sebuah warung terdekat. Sang Ibu membelikan obat dan menyerahkannya kepada anak itu. Sang anak mengucapkan beribu terima kasih dan pergi. Sang Ibu kembali ke lapaknya dan kembali duduk beralaskan sandalnya sendiri.

Tidak lama kemudian datang kru "Tolooong". Dia berpura-pura membeli dagangan sang Ibu. Dagangan ibu ini dibayar dengan setumpuk uang 50.000-an. Sang ibu kaget, tidak percaya, dan akhirnya cuma diam. Yang sangat menginspirasi adalah ketika sang kru memaksa ibu ini untuk menerima tumpukan 50.000-an, ibu ini menolak. Dia betul-betul menolak. Dipaksa tetap menolak sambil menangis.

"Saya hanya mau menerima uang ini setelah tahu dari mana dan mengapa diberikan kepada saya," tanya ibu ini sambil menangis. Kejadian yang terekam cukup dramatis, membuat saya sangat kesulitan menahan mata saya tetap kering. Dan saya pun pura-pura menguap supaya mata saya yang basah tidak terlihat oleh anak saya sebagai menangis.

Setelah semuanya reda, dan sang ibu sudah bersedia menerima setumpuk 50.000-an dia bercerita tentang keluarganya yang serba kekurangan. Sambil menangis dia bercerita bagaimana dia sudah kehabisan akal mengatasi masalah yang ada. Anaknya sudah hampir setahun tidak membayar SPP. Penghasilan suaminya tidak mungkin cukup memenuhi kebutuhan minimal.

"Saya berjualan seperti ini kalau dihitung-hitung sebenarnya tidak akan cukup. Tapi yang bisa saya lakukan hanya berjualan seperti ini untuk membantu suami saya. Tadi saya menolong anak kecil karena saya bisa merasakan bagaimana susahnya kalau keluarga kita sedang sakit. Sebenarnya hasil jualan saya habis buat membelikan obat tadi, tapi tidak apa-apa. Masih ada yang lebih susah dibanding saya," cerita sang ibu.

kepasrahan total setelah usaha maksimal disertai kemurahan hati yang ikhlas akan melahirkan kejadian luar biasa.

Banyak lagi kisah nyata yang lain, seperti abang becak yang rela tidak dibayar untuk mengantar seorang perempuan yang akan melahirkan. Setelah ditolak sekian puluh orang yang dimintai tolong mengantar ke rumah sakit akhirnya sang ibu bertemu dengan abang becak murah hati. Dan ketika abang becak menerima penghargaan luar biasa dari kru "Tolooong", dia pun ambruk. Tidak percaya dengan anugerah yang diterimanya.

Ada lagi kejadian seorang perempuan hamil muda yang sangat membutuhkan jamu. Setelah ditolak sekian puluh toko jamu akhirnya perempuan ini bertemu dengan tukang jamu gendong berhati mulia. Ibu penjual jamu gendong ini memberikan apa pun jamu yang diminta secara gratis. "Yang penting bayimu sehat," nasehatnya kepada yang minta. Dan anugerah luar biasa diterimanya ketika keikhlasan menyertai usahanya yang maksimal.

Yang sangat menarik dari hampir semua episode "Tolooong" adalah, mengapa orang-orang berhati mulia lahir dari kalangan yang sebenarnya juga sangat membutuhkan pertolongan? Mengapa orang-orang berhati malaikat belum pernah ditemukan dari kalangan mapan dalam acara ini?

Inilah otokritik buat kita semua.............

foto oleh omaigat.

2 komentar:

  1. postingan yang bagus pak abduh.
    bbrp hari yg lalu, saya pun di tlg oleh Allah, stlh betul2 aku pasrahkan masalahku kepada-Nya.

    BalasHapus
  2. orang miskin kebanyakan memang suka menolong orang lain, berbeda dengan orang kaya yang beranggapan jika menolong orang lain, uangnya hilang.

    semoga yang lebih mengutamakan akhirat mendapatkan surga yang tinggi. amin.

    BalasHapus