Selasa, 29 April 2008

Friday Mania


Thanks god it's friday, adalah kalimat yang dulu ketika masih ngantor sering saya dengar. Begitu hari memasuki Jumat maka sebuah stasiun radio memberi nama acaranya dengan kalimat yang sudah saya tulis di awal paragraf ini.

Radio itu memang memposisikan dirinya sebagai radio untuk para profesional. Saya sendiri tidak tahu persis apa batasan profesional itu. Tapi kalau melihat acara-acaranya yang dimaksud profesional adalah para karyawan. Orang kantoran yang jam kerjanya sangat teratur.

Thanks god it's friday adalah kalimat sukur bahwa hari sudah Jumat. Kerja tinggal satu hari lagi. Besok libur, senang-senang, belanja, piknik, tidur seharian. Adapun Minggu adalah hari perbatasan antara senang dan sedih. Senang karena masih libur, Sedih karena hari kerja sudah diambang pintu. Dan Senin adalah hari yang 'dibenci' karena harus kembali kepada aktivitas semula. I don't like monday.

Sekilas tidak ada yang aneh dengan 'sukur Jumat' tersebut. Tapi sesungguhnya ada sebuah kultur yang sangat menyedihkan dengan adanya kalimat 'terima kasih Tuhan sekarang sudah Jumat' itu.

Secara sadar dan sistematis kita telah menggiring alam bawah sadar bahwa kerja adalah beban. Kerja adalah masalah. Kerja adalah terpaksa. Dan Jumat adalah hari terakhir kita memanggul beban, kita menanggung masalah. Jumat adalah hari pembebasan. Oleh karena itu harus disukuri.

Namun 'kebebasan' ini hanyalah semu sebab Senin kita harus bertemu lagi dengan berbagai masalah tersebut. Jadi mirip dengan orang yang menghindari masalah dengan cara mabuk-mabukan. Masalah tidak hilang tapi hanya dihindari sesaat.

Kalau 'madzhab' ini diikuti oleh banyak orang akibatnya jadi tragis. Bagaimana bangsa ini bisa berprestasi kalau rakyatnya menganggap bahwa kerja adalah beban, kerja adalah sesuatu yang harus dihindari. Padahal agama mengajarkan bahwa kerja adalah ibadah. Ibadah dan kerja tidak bisa dipisahkan. Tingkatan spiritual seseorang akan naik manakala dia mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang.

Begitu juga sejarah telah memberi pelajaran kepada kita. Semua karya besar, semua sukses besar dihasilkan oleh orang-orang yang menganggap kerja bukanlah beban. Melainkan kerja adalah hobi.

Kalau kita mampu menjadikan kerja adalah hobi maka semua hari adalah anugerah yang harus disukuri. Semua hari adalah berkah. Semua hari harus dinikmati. Dari sinilah maka prestasi bisa diharapkan muncul.

Jadi, masihkah kita tidak malu mengatakan
Thanks god it's friday?

Kamis, 24 April 2008

'Penampakan'


Siang itu seorang laki-laki datang ke sebuah showroom mobil kelas atas di Jakarta. Dia hanya mengenakan pakaian biasa, sepatu sandal non mewah, dan cukup cuek dengan sekitarnya. Sang penjaga showroom pun dengan malas-malasan hanya melihat dari jauh. Dia tidak berusaha mendekati pria itu, apalagi melayani dengan semestinya.

Ketika sang 'tamu' hanya melihat-lihat, mengitari beberapa mobil, dan tidak ada yang berusaha melayani, dia pun pergi. Keluar dari showroom mobil mewah yang tak punya itikad melayani konsumen. Tapi sebelum pergi dia menghampiri resepsionis,

"Saya sebenarnya mau membeli mobil tapi karena tidak dilayani maka lebih baik saya pergi ke showroom yang lain saja."

Kontan seisi showroom kelabakan. Sang manajer pun buru-buru keluar ruangan. Alangkah kagetnya dia ketika yang dicuekin ternyata adalah Ebiet G. Ade.

Cerita ini memang hanya terputus di sini saja. Tidak diceritakan sanksi apa yang diterima para sales counter di showroom itu. Juga tidak diceritakan pembenahan apa yang dilakukan showroom itu untuk mengubah mindset para karyawannya.

Mindset atau pola pikir pengusaha adalah melayani. Dan karena kewajibannya adalah melayani maka tidak heran kalau penampilan wiraniaga haruslah punya nilai dan daya tarik yang membuat calon pelanggan merasa nyaman berada di sana.

Sedangkan konsumen, karena dilayani, maka kita tidak bisa dan tidak berhak komplain jika penampilan mereka sangat jauh dengan wiraniaga kita. Pelajarannya adalah jangan pernah meremehkan orang yang masuk ke tempat usaha kita bagaimana pun 'penampakannya'.

Dua minggu yang lalu saya bertemu dengan seseorang di kantor pusat Departemen Perdagangan. Penampilannya sangat tidak 'menjanjikan'. Yang dia bawa hanya lah sebuah hape biasa. Pakaiannya pun sangat bersahaja. Saat itu saya tidak memperhatikannya. Saya lebih tertarik dengan untuk ngobrol dengan yang lain.

Namun ketika meeting dimulai dan dia mulai berbicara di forum baru lah saya tahu kelas pria ini. Pengetahuannya yang sangat luas mengenai produk kerajinan yang pas untuk konsumen berbagai negara menunjukkan bahwa dia bukan sembarangan. Ternyata dia adalah pengusaha besar bidang craft/kerajinan. Produknya sudah merambah ke berbagai negara.

"Minggu depan saya mau ke Jepang, terus ke Hongkong, Cina, Paris, Milan," katanya kepada saya ketika dia saya 'kejar' selepas meeting.

"Ada acara apa pak?"

"Kita harus melakukan marketing intelligent sebelum membuat produk. Kita harus tahu produk apa saja yang dibutuhkan konsumen manca negara. Kita juga harus tahu tren desain yang akan datang," jawabnya.

"Bapak sering melakukan marketing intelligent?" tanya saya.

"Kerjaan saya sekarang cuma itu, mas. Jalan-jalan mencari ide."

Mencari ide ke Jepang, Hongkong, Italia, Perancis. Asik juga ya... ternyata saya sangat 'tertipu' dengan penampilannya.

Senin, 14 April 2008

Calon Hero dari Jepang

Siang ini saya menerima surat dari seorang pemuda luar biasa. Saya sangat kagum dengan perjuangan dan jalan hidupnya. Kelak, bisa jadi, dia akan menjadi salah satu 'hero' di Negeri ini. Negeri ini sangat membutuhkan sosok pejuang seperti pemuda ini.

Di sini saya coba menyalin suratnya apa adanya.

--------------

Japan 13 April 2008
Kepada bapak M Abduh yang terhormat, Perkenalkan nama saya sst, hari ini saya telah membaca blog kepunyaaan bapak dan dari situ saya banyak sekali mendapatkan masukan, terutama tentang bisnis.

Pertama tama saya akan memperkenalkan diri saya kepada bapak, Saya adalah pemuda yang berasal dari W (kota kecil yang berada di kawasan kota Bt tepatnya di Jatim). Saya berasal dari keluarga guru dan dalam kehidupan sehari-hari jauh dari kesenangan seperti teman-teman saya (istilahnya dalam keadaan pas-pasan).

Tapi dengan keadaan ini saya sangat bersyukur karena dengan didikan kedisiplinan dari bapak saya bisa menjadikan motivasi buat berhasil saya. Saya anak ke 2 dari 3 bersaudara dan saya akui saya mempunyai kemampuan yang lebih lemah dibanding saudara-saudara saya.

Di saat lulus SMK saya pingin banget bisa masuk ke perguruan tinggi tapi di saat itu bersamaan dengan kedua saudara saya. Kakak saya masuk ke semester baru di kuliahnya dan adik saya masuk ke SMA. Karena dana yang dimiliki dari bapak sangat tipis akhirnya saya mengalah dan memutuskan untuk mencari kerja. Dan tak lama setelah lulus dari SMK saya langsung mendapatkan kerja di kota G yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian saya yang saya pelajari di SMK (di bidang pengelasan).

Saya bekerja di kota G tak lama. Kira-kira 1 tahun setelah itu saya pindah ke Bali dengan bidang kerja yang sama. Karena sejak SMK dah jauh dari ortu saya memutuskan untuk pulang setelah 6 bulan di Bali. Dari uang gaji saya yang terkumpul saya gunakan untuk masuk ke sekolah teknik yang ada di kota M. Sekolah ini adalah sekolah milik Depdiknas yang bekerja sama dengan negara Swiss dan Jerman.

Saya di sekolah ini mengambil jurusan otomotif dan saya tempuh selama kurang lebih 1 tahun. Di saat kelulusan, bersamaan dengan itu ada pendaftaran Beasiswa Training Magang kerja ke Jepang. Dari 500 anak yang mengikuti seleksi yang terdiri dari berbagai lulusan universitas baik negeri maupun swasta yang hadir, saya termasuk 20 anak yang terpilih untuk berangkat ke Jepang.

Pada awalnya saya sangat minder. Di saat pendaftaran sampai saya tidak menceritakan bahwa saya ikut tes ke Jepang, tapi dengan kemampuan dan usaha saya ternyata berhasil maju terus ke seleksi-seleksi selanjutnya. Pada suatu hari saya baru menceritakan bahwa saya ikut tes ke jepang dan di mana tes itu membutuhkan kedua ortu saya untuk wawancara. Di hari itu saya dimarahi habis habisan oleh ortu saya karena tidak pernah bilang. Saat ditanya kenapa tidak bilang saya menjawab malu jika tidak lolos karena kemampuan saya yang pas-pasan.

Inilah cerita singkat tentang saya dan dalam hal ini saya ingin meminta petunjuk kepada bapak untuk memberikan saran atau masukan tentang bisnis yang akan saya jalani. Selama 3 tahun training di Jepang saya mendapatkan uang saku yang lumayan buat menjalankan bisnis.

Bisnis yang akan saya jalani muncul dari daerah sekitar saya yang berada di Bt, dimana banyak sekali teman teman saya yang pengangguran dan sepertinya tak memikirkan masa depannya. Selain itu setiap saya melihat berita di Indonesia saya melihat pada kebutuhan masyarakat yang sangat penting seperti gizi. Dan yang baru-baru ini adalah sulitnya Mitan dan mahalnya Migas.

Saya dan kakak saya, (keterangan sedikit tentang kakak saya). Kakak saya adalah lulusan dari ITB dan sekarang bekerja di BUMN PT RI. Baru-baru ini kakak saya melakukan riset tentang pembuatan Biogas.

Saya dan kakak saya ingin bekerjasama untuk membuat peternakan sapi dan memanfaatkan kotorannya digunakan sebagai biogas yang mungkin bisa membantu masyarakat sekitar untuk mengatasi mahalnya migas dan sulitnya mitan. Kebetulan juga di daerah saya juga terkenal daerah peternakan sapi perah. Mungkin dengan bisnis yang akan saya geluti ini mudah-mudahan bisa mengurangi angka pengangguran di Indonesia dan di Bt khususnya.

Ada 1 hal yang terlupakan dalam kasus yang saya amati di Bt. Saya melihat semua peternak sapi selalu menyetorkan susunya ke KUD. Susu dari peternak oleh KUD dibeli Rp 2000/liternya. KUD sendiri menjual ke Dw Rp 8000/liternya. Secara sepihak sangat menguntungkan sekali buat KUD-nya sedangkan buat para peternaknya sama sekali tak ada kemajuan sama sekali terutama di bidang ekonominya. Sedangkan semua kebutuhan pokoknya sekarang sudah sangat meningkat.

Selain training di Jepang saya juga menyempatkan diri belajar ke peternak sapi yang ada di Jepang, baik cara pengolahan susunya hingga penyeterilannya sampai proses pengepakannya. Mungkin setelah saya pulang nanti saya bisa mempraktekannya sehingga bisa meningkatkan taraf hidup bagi para peternak yang ada di daerah saya.

Pertanyaan saya kepada bapak
1 . Apakah bapak bisa memberikan langkah-langkah awal dalam menjalani bisnis saya ini?
2 . Bagaimana cara pengaturan modal yang pas-pasan agar bisa menghasilkan sesuatu?
3 . Bagaimanakah cara pemasaran yang baik?
4 . Langkah awal apa yang bisa saya lakukan untuk menarik konsumen?

sekian pertanyaan dari saya. Saya harapkan bapak bisa memberikan masukan atapun saran kepada saya maupun kepada bisnis yang akan saya lakukan nanti. Saya sangat mengharapkan balasan email dari bapak dan atas itu semua untuk sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan banyak banyak terima kasih kepada bapak. Saya mohon maaf jika dalam email saya ini ada kata-kata yang tidak berkenan di hati bapak.

Sekian email dari saya. Saya sangat berharap dengan bantuan bapak meskipun kecil saya sebagai pemuda indonesia bisa membawa Indonesia lebih baik.

Hormat Saya
sst

Kamis, 10 April 2008

Ekonomi Kreatif 2025

Saya merasa mendapat kehormatan ketika kemarin datang pada acara FGD (Focus Group Discussion) di Kantor Pusat Departemen Perdagangan RI.

Kurang lebih hanya 14 orang yang mengikuti FGD ini. Yang membuat saya merasa sangat surprise adalah yang mengikuti FGD ini merupakan sosok-sosok yang tidak sembarangan.

Ada pejabat eselon I dari Depdag dan Departemen Perindustrian. Sebenarnya Dept Perdagangan juga mengundang Diknas dan Kementrian Kebudayaan & Pariwisata tapi mereka tidak hadir.

Juga hadir dari Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) Pusat. Dan tentu saja ada perwakilan dari pelaku usaha. Ternyata yang diundang adalah pelaku usaha yang juga tidak sembarangan. Mereka adalah pemain-pemain besar. Bisnisnya sudah merambah ke berbagai negara. Mereka sudah mampu melakukan marketing intelligent untuk mencari informasi produk apa saja yang disukai konsumen Amerika, Eropa, Timur Tengah, Jepang, dll.

Mengapa Anin Rumah Batik juga diundang di acara itu? Entah. Saya sendiri tidak tahu. Tapi mudah-mudahan saja keunikan kami lah yang membuat panitia mensejajarkan dengan pemain-pemain industri kreatif besar lainnya (ehm, pede aja lage...) . :)

Acara ini diadakan adalah dalam rangka mencari masukan yang komprehensif dari berbagai pihak. Departemen Perdagangan sendiri sebenarnya sudah menyusun Visi Ekonomi Kreatif 2025, tapi mereka masih perlu menyempurnakannya. Banyak sekali yang dibahas dari jam 9.00 sampai jam 15.00.

Ada satu info (kecil) menarik dari acara ini. Saya baru tahu bahwa ternyata 90% (sembilan puluh persen) pelaku usaha industri kreatif di Bali adalah orang bule. Mereka lah yang selama ini menjadi pemilik toko-toko barang kerajinan, furnitur, produk budaya yang bertebaran di seantero Bali. Modusnya bermacam-macam, salah satunya adalah menikah dengan perempuan lokal. Atau kalau pemiliknya perempuan, mereka menikah dengan laki-laki lokal. Pasangan lokal ini lah yang tercantum di akte perusahaan.

Dari fenomena ini saya jadi makin bangga dengan mbak Eka dan pak Stenly. Mereka adalah pasangan, member TDA, yang menjadi pemain di industri kreatif di Bali. Mereka asli Indonesia. Pasangan ini termasuk langka. Mereka adalah salah satu dari hanya 10% pelaku industri kreatif di Bali yang non-bule.

Fenomena bule nikah dengan orang lokal juga sudah merambah ke Jepara. Di kota yang terkenal dengan kreasi ukirnya ini banyak sekali usaha yang pemilik sebenarnya adalah orang-orang asing. Terungkapnya kasus penyelundupan narkoba yang dimasukkan di laci lemari hanyalah puncak dari fenomena 'gunung es'.

Yang paling menarik tentu saja adalah saya bisa berkenalan dengan pemain-pemain besar di industri kreatif. Mereka tidak keberatan ketika saya mengutarakan niat untuk belajar dari mereka. Belajar mengenai produk-produk apa saja yang disukai konsumen manca negara. Juga produk apa saja yang dicari konsumen lokal.

"Anda punya potensi besar mas. Yang anda lakukan sudah cukup baik. Anda berhasil mem-batik-kan furnitur dan barang-barang kerajinan lain. Yang masih harus diasah adalah kemampuan membaca selera konsumen," kata salah satu pemain besar kepada saya.

Pak Tung bilang, "Kalau kita mau pindah 'gelombang', maka carilah orang-orang yang sudah mencapai 'gelombang' seperti yang Anda impikan. Bergaullah dengan. Belajarlah dari mereka."

Selasa, 08 April 2008

Be Different lah...!

Apa yang membedakan kesuksesan sebuah usaha dibanding dengan yang lain? "Mereka melakukan yang berbeda," kata Adam Khoo. "Anda harus berbeda dengan yang lain kalau ingin dikenal," kata Bob Sadino.


Apa sih enaknya pakai mobil kalau jalanan yang dihadapi seperti ini (Foto saya ambil dari depan Gambir)? Mengapa hal ini bisa terjadi?


Mengapa penumpang KRL harus berdiri seperti ini (foto saya ambil pas jam pulang kantor)?

Ya karena mereka melakukan kegiatan secara bersamaan, bareng-bareng. Mereka tidak ingin melakukan hal berbeda untuk bisa mendapatkan kenyamanan. Masih mending berdiri di KRL pakai AC.


Kenyamanan akan kita dapatkan kalau kita melakukan hal berbeda dibanding orang lain. Gerbong Argo Lawu ini kelihatannya saya sewa sendiri. Saya pakai hanya untuk keluarga saja. Ini karena saya melakukan perjalanan bukan pada masa liburan, berbeda.


Begitu juga dengan KRL AC ini. Nyaman sekali pakai kereta pada jam non sibuk. Sejuk, tidak macet, bisa duduk nyaman.

"Maka lakukan hal berbeda kalau bisnis kita ingin lebih dikenal," sambung pak Bob.

Kamis, 03 April 2008

Dirangkul Adam Khoo

Saya merasa beruntung. Ketika menghadiri executive gathering di Hotel Aryaduta kemarin saya dirangkul oleh Adam Khoo.

Ya, saya memang dirangkul karena tangan saya tidak nyampe ketika berusaha merangkul balik. :)

Di balik sosoknya yang sangat bersahaja ternyata 'pemuda' ini mempunyai reputasi sangat-sangat luar biasa.

Di sini saya berusaha menyalin CV-nya. Mudah-mudahan tidak banyak yang terlewat:

  • Adam Khoo is an entrepreneur, a best-selling author and a peak performance trainer.
  • A self-made millionaire by the age of 26 and now a multi-millionaire at the age of 31.
  • He owns and runs 3 different companies with a combined annual turnover of $20 million.
  • He is the best-selling author of "I Am Gifted, So Are You!", a motivational accelerated book that was ranked MPH #1 best-seller in 1998 and 1999.
  • He is also the co-author of "How to Multiply your Child's Intelligence" and "Clueless in Starting a Business".
  • Another of his Best-selling books, “Master your Mind, Design your Destiny” has been ranked #2 on the Straits Times Life! Best-sellers list since its launch.
  • The latest collection to his fine collection is the “Secrets of Self-Made Millionaires”.
He holds an honours degree in Business Administration from the National University of Singapore, from where he was ranked among the top one percent (1%) of academic achievers.

Adam is known as one of the most dynamic and powerful speakers in Asia, having motivated and trained over 200,000 professionals, managers, executives, salespeople, teachers and students in areas like Entrepreneurship, Strategic Marketing and Sales, Motivation, Presentation and Communication Skills and Accelerated Learning Techniques and Behavioural Change Technologies, among other areas. He has worked with hundreds of multi-national corporations, schools and non-profit organizations in Singapore and around the region.

His success and achievements have been featured in The Straits Times, The Sunday Times, The New Paper, Lianhe Zaobao, Channel News Asia (CNA), Streats, The Business Times, Mediacorp Channel 8 Money News, Mediacorp News Radio 93.8, Asian Business the Magazine for Entrepreneur, Prestige, Her World Magazine, Calibre Magazine, Channel U, The Star and The Sun Malaysian newspapers and others.

Hmm... Orang-orang luar biasa penampilannya memang bersahaja...