Rabu, 11 Februari 2009

Sareh, Seleh

"Apa sih resepnya awet muda? Kok Ibu masih tampak muda, sehat, dan cantik terus?"

"Biasa saja, kita harus selalu ikhlas menjalani hidup. Tiap masalah jangan dibawa jadi berat. Kita harus selalu ceria...."

Itulah sekelumit obrolan antara ibu-ibu, yang hampir semuanya berpenampilan trendy, dengan Dr. Hj. BRA Mooryati Soedibyo, SS, M.Hum. Banyak sekali ya titelnya. Sebagai catatan, titel itu adalah titel beneran, bukan titel-titelan.

BRA adalah singkatan Bandoro Raden Ayu, sebuah gelar bangsawan dari Kraton Solo. Dia adalah Cucu Sri Susuhunan Pakoe Boewono X, raja Kraton Solo yang paling cemerlang. Adapun gelar doktor didapatnya dari Universitas Indonesia. Pada usia 76 tahun Bu Mooryati memutuskan melanjutkan S-3 di UI. Dan pada usia 80 tahun, tepatnya pada 16 Mei 2007, resmi menyandang doktor setelah berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan tim penguji: Dr. Rhenald Khasali, Dr. Budi W.Soetjipto, Dr. Firmansyah dan Dr. Ruslan Prijadi. Disertasinya adalah "Kajian Terhadap Suksesi Kepemimpinan Puncak (CEO) Perusahaan Keluarga Indonesia (Menurut Perspektif Penerus)".

"Ah, masa cuma itu? Kok jawabannya sama dengan mbak Titik Puspa," komentar ibu-ibu yang merubungnya.

"Kalau memang itu jawabannya, saya harus jawab apa?" balas Bu Mooryati sambil ceria.

Terus terang saya sebenarnya tidak mengikuti obrolan antara Bu Mooryati dengan ibu-ibu pejabat, sebagian besar pejabat di daerah. Saya juga tidak tahu bagaimana ending pembicaraan mereka. Yang saya tahu setelah itu Bu Mooryati harus rela berdiri berlama-lama karena harus meladeni keinginan ibu-ibu yang antri untuk foto bareng. Saya mendapatkan cerita ini dari salah seorang kru dokumentasi yang meliput acara itu.

Yang ketiban rezeki tentu saja pada kru dokumentasi. Foto-foto yang mereka buat semuanya ludes dibeli meski harganya, tentu saja, sangat "beda".

Sareh dan seleh adalah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya ya ikhlas. Kalau kita sudah mampu ikhlas maka semua masalah yang kita hadapi menjadi biasa. Masalah memang harus dipecahkan tapi tidak harus menguras hati kita sehingga bisa mempengaruhi pelayanan kita kepada orang lain.

Pada acara yang diadakan minggu lalu, saya sendiri melihat Bu Mooryati memang tampak sehat dan selalu senyum. Tanda fisik yang menunjukkan bahwa beliau sudah usia senja adalah harus didampingi kalau menaiki tangga.

Meski awalnya kurang yakin dengan cerita kru dokumentasi, pembuktian itu akhirnya datang juga. Ketika Bu Mooryati mendatangi stand kami, dan saya harus menerangkan produk yang dipajang, dan jarak antara saya dengan Bu Mooryati kurang dari satu meter, ternyata benar.

Wajahnya halus banget. Saya tidak melihat keriput di wajahnya, padahal make up nya (yang saya tahu) tidak tebal. Ketika tangannya menunjuk sebuah produk memang tampak ada kerutan, tapi kerutan itu tidak banyak.

"Kok bisa ya seorang ibu yang sudah kepala delapan masih seperti ini, maksudnya, masih sehalus ini," kata saya (dalam hati tentu saja).

Ingin tahu jawabannya? Silahkan bertanya pada salah satu ahlinya, yaitu Oma Ning Harmanto. Kalau aksesnya luambaaat coba ke sini. :)

2 komentar:

  1. Salam kenal, Pak.

    dari yang selalu ingin jadi pengusaha...tapi belum jadi...

    BalasHapus
  2. Salam kenal ya Pak di Milad TDA nanti..

    Tiyang keraton memang merawat diri bangett yaa

    BalasHapus