Rabu, 22 Februari 2012

Batik Warga Amerika Dipamerkan

KBRI Washington didukung pusat perbelanjaan Grand Indonesia dan Museum Tekstil Indonesia mengadakan American Batik Exhibition yang akan berlangsung dari 22 Februari hingga 4 Maret di Grand Indonesia.

Acara tersebut juga akan dilaksanakan di Museum Tekstil Indonesia dari 6 hingga 31 Maret. Selain di kedua tempat tersebut, American Batik Exhibition sendiri sudah diselenggarakan di JCC (Adiwastra Nusantara) pada 15-19 Februari 2012 lalu.

Acara yang diprakarsai KBRI Washington ini menampilkan sembilan karya batik Tanah Air yang didesain warga Amerika. Batik-batik ini didesain dengan sentuhan pesan, variasi dan interpretasi serta gaya Amerika.

Menurut duta besar RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, hal ini menunjukkan adanya akulturasi budaya yang harmonis antara kedua bangsa.

"Orang selama ini terfokus pada hubungan yang bersifat power seperti politik, hankam dan militer antar kedua bangsa. Padahal dalam bidang kebudayaan, kita juga banyak bekerjasama," ungkapnya.

Tiga pemenang kompetisi batik yang datang langsung dari Amerika Serikat hadir dalam acara tersebut. Mereka adalah Elizabeth Urabe, Kelly Cobb dan Joanne Gigliotti. Batik hasil karya ketiganya juga dipamerkan. Ketiganya mengaku sangat mengagumi batik dan keberagaman motifnya. Hal itu membuat mereka memberanikan diri untuk mengikuti American Batik Design Competition.

Kompetisi ini dilaksanakan dengan menyadari keberadaan batik sebagai warisan seni budaya Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi. Dengan telah diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan bendawi sejak Oktober 2009, tantangan dan bentuk pelestarian batik adalah bagaimana mempromosikannya sebagai budaya Indonesia dan mampu berakulturasi dengan budaya bangsa lain.

"Orang-orang asing terutama Amerika Serikat menaruh minat besar terhadap batik," ujar Dino.

Tujuan KBRI Washington sendiri untuk melaksanakan American Batik Design Competition tersebut adalah sebagai pilot project.
"Kami ingin menduniakan dan mempromosikan batik. Hal ini juga membuka kesempatan bagi fashion designer asing terutama Amerika Serikat untuk dapat merancang batik," ungkap Dino.

Hal ini mencerminkan keberadaan batik sudah menjadi kekuatan budaya global. Pilot project ini diharapkan mampu memunculkan kompetisi serupa di negara lain.

sumber: media indonesia