Batik Solo mengeluarkan aura megah dan kesan anggun. Tidak semata-mata
karena paduan warna dan lekuk motifnya, melainkan makna yang terkandung
di balik setiap motif itu.
Dalam sejarah, hanya di wilayah Jawa,
tepatnya di Solo dan Jogjakarta, batik masuk ke ranah kekuasaan.
Motif-motif batik khusus dibuat untuk raja dan kalangan keraton.
Selain motif, warna soga (kecoklatan) yang menjadi ciri khas batik
Solo, dan kemudian disebut sebagai batik Sogan ini, memiliki arti
“kerendahan hati, bersahaja” menandakan kedekatan dengan bumi, alam,
yang secara sosial bermakna dekat dengan rakyat.
Di antara beragam motif yang ada, ditemukan lima motif khas batik Solo, yang menarik untuk diperhatikan.
Sido Asih
Motif geometris berpola dasar bentuk-bentuk segi empat ini memiliki
arti keluhuran. Saat mengenakan kain Sido Asih, berarti seseorang
mengharapkan kebahagiaan hidup. Motif ini dikembangkan setelah masa
pemerintahan SISKS (Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan) Pakoe Boewono IV
di keraton Surakarta.
Ratu Ratih
Nama motif ini diambil dari kata "Ratu Patih" yang berarti seorang raja
yang memerintah didampingi oleh perdana menterinya, karena usia yang
masih sangat muda. Motif batik yang menggambarkan kemuliaan, dan
hubungan penggunanya dengan alam sekitar ini, mulai dibuat pada masa
pemerintahan SISKS Pakoe Boewono VI di tahun 1824
Parang Kusumo
Parang adalah motif diagonal, berupa garis berlekuk-lekuk dari sisi
atas ke sisi bawah kain. Sedangkan Kusumo berarti bunga. Motif Parang
Kusuma ini menjelaskan penggunanya memiliki darah raja (keturunan raja)
atau disebut sebagai Darah Dalem. Motif batik ini berkembang pada masa
pemerintahan Ingkang Panembahan Senopati di Kerajaan Mataram pada abad
ke-16.
Bokor Kencono
Sebuah motif geometris berpola dasar berbentuk lung-lungan yang
mempunyai makna harapan dan keagungan, kewibawaan. Motif ini untuk
pertama kalinya dibuat untuk dikenakan PB XI.
Sekar Jagad
Sekar berarti bunga dan Jagad adalah dunia. Paduan kata yang tercermin
dari nama motif ini adalah “kumpulan bunga sedunia”. Motif ini
merupakan perulangan geometris dengan cara ceplok (dipasangkan
bersisian), yang mengandung arti keindahan dan keluhuran kehidupan di
dunia. Motif ini mulai berkembang sejak abad ke-18.
sumber:
batikcintaku