KBRI Washington didukung pusat perbelanjaan Grand Indonesia dan Museum
Tekstil Indonesia mengadakan American Batik Exhibition yang akan
berlangsung dari 22 Februari hingga 4 Maret di Grand Indonesia.
Acara tersebut juga akan dilaksanakan di Museum Tekstil Indonesia
dari 6 hingga 31 Maret. Selain di kedua tempat tersebut, American Batik
Exhibition sendiri sudah diselenggarakan di JCC (Adiwastra Nusantara)
pada 15-19 Februari 2012 lalu.
Acara yang diprakarsai KBRI Washington ini menampilkan sembilan
karya batik Tanah Air yang didesain warga Amerika. Batik-batik ini
didesain dengan sentuhan pesan, variasi dan interpretasi serta gaya
Amerika.
Menurut duta besar RI untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, hal
ini menunjukkan adanya akulturasi budaya yang harmonis antara kedua
bangsa.
"Orang selama ini terfokus pada hubungan yang bersifat power seperti
politik, hankam dan militer antar kedua bangsa. Padahal dalam bidang
kebudayaan, kita juga banyak bekerjasama," ungkapnya.
Tiga pemenang kompetisi batik yang datang langsung dari Amerika
Serikat hadir dalam acara tersebut. Mereka adalah Elizabeth Urabe, Kelly
Cobb dan Joanne Gigliotti. Batik hasil karya ketiganya juga dipamerkan.
Ketiganya mengaku sangat mengagumi batik dan keberagaman motifnya. Hal
itu membuat mereka memberanikan diri untuk mengikuti American Batik
Design Competition.
Kompetisi ini dilaksanakan dengan menyadari keberadaan batik sebagai
warisan seni budaya Indonesia yang memiliki nilai seni tinggi. Dengan
telah diakuinya batik oleh UNESCO sebagai warisan kemanusiaan untuk
budaya lisan dan bendawi sejak Oktober 2009, tantangan dan bentuk
pelestarian batik adalah bagaimana mempromosikannya sebagai budaya
Indonesia dan mampu berakulturasi dengan budaya bangsa lain.
"Orang-orang asing terutama Amerika Serikat menaruh minat besar terhadap batik," ujar Dino.
Tujuan KBRI Washington sendiri untuk melaksanakan American Batik Design Competition tersebut adalah sebagai pilot project.
"Kami ingin menduniakan dan mempromosikan batik. Hal ini juga
membuka kesempatan bagi fashion designer asing terutama Amerika Serikat
untuk dapat merancang batik," ungkap Dino.
Hal ini mencerminkan keberadaan batik sudah menjadi kekuatan budaya
global. Pilot project ini diharapkan mampu memunculkan kompetisi serupa
di negara lain.
sumber: media indonesia