Jumat, 29 Agustus 2014

Ciri Khas Corak Batik Kebumen

Jika menilik letak geografis wilayah Kabupaten Kebumen, dan juga dari ketidak jelasan sejarah keberadaan batik Kebumen sendiri, maka sangat wajar jika dalam implementasi nyata pada motif-motif yang ada, batik Kebumen terkesan unik. 

Teguh Budiyanto, salah satu pembatik di Desa Seliling, menyatakan bahwa batik Kebumen merupakan bawaan model dari kerajaan di Solo dan Yogyakarta, karena menurutnya, orang-orang sebelum dirinya telah belajar batik dari dua kota tersebut sebelum akhirnya kembali ke Kebumen dan mengembangkan batik di daerahnya sendiri. Artinya Pak Teguh hendak menegaskan bahwa motif batik Kebumen lebih cenderung bercorak pedalaman yang menginduk pada model-model batik keraton. Namun dia juga mengakui bahwa pada perkembangannya, beberapa motif warna cerah ala pesisiran mulai disukai para pembeli.

Mengenai motif tradisional Kebumen, Pak Teguh menyatakan paling tidak ada empat motif tradisional Kebumen yang dikenal secara turun temurun. Dia menyebutkan ada Jagatan Kebumen, Bang-bangan, Sirkit, dan Gringsing Kebumen. Dia bahkan menyatakan bahwa Gringsing Kebumen sangat unik dan merupakan batik tulis terhalus, bukan saja secara nasional, bahkan internasional.

Sementara menurut Ibu Wahyuni, pengrajin batik Desa Jemur, ciri utama dari motif batik Kebumen adalah pada warnanya. Menurutnya, jika masalah corak, bentuk, atau gambar bisa saja dipersamakan dengan daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan sebagainya. Namun masalah warna, Kebumen memiliki ciri khusus yaitu pada beragamnya warna yang digunakan. Dalam satu kain batik bisa sampai 4 warna, sedang biasanya batik secara umum hanya memakai dua kombinasi warna saja. Warna khas yang digunakan di Kebumen menurutnya adalah warna biru tua, biru muda, hijau, dan hitam. Wahyuni dengan tegas menyatakan bahwa model pewarnaan seperti itu hanya dikenal di Kebumen. Di daerah lain tidak ada. Dia menyebutnya sebagai warna klasik asli Kebumen.

Berkaitan dengan pengaruh motif batik yang berkembang di Kebumen, Wahyuni menilai kalau motif dasar atau baku model Kebumen memang tidak dikenal. Adanya motif-motif yang muncul di Kebumen itu bersifat baru atau kontemporer, hanya cara atau model pewarnaannya saja yang unik dilihat dari kombinasinya. Ketika ditanyakan tentang orisinalitas, dia mengaku tidak terpengaruh dari motif luar. Beberapa motif yang dia hasilkan berasal dari pemikirannya sendiri yang terinspirasi oleh alam sekitarnya. 

Berbeda dengan Pak Muhtadin yang tetap mempertahankan pakem dalam hal membatik. Batik yang dikerjakannya hanya model/motif klasik khas Kebumen. Sejauh ini Pak Muhtadin dan beberapa pengrajin di Kelompok Pengrajin Batik “Mekar Sari” hanya mengerjakan batik tulis klasik. Tidak ada motif lain yang coba dia kembangkan. Namun dia pernah mencoba sekali membuat kreasi dalam hal motif. Dia terinspirasi dari berbagai potensi Kebumen, sehingga motif ciptaannya dia namakan motif “sebagian potensi Kebumen”. Warna yang ditampilkan dalamkreasi batik Pak Muhtadin cenderung ke warna cerah dan warna muda. Berikut gambar motif batik hasil kreasi Pak Muhtadin:














 Berdasarkan pada keterangan dari beberapa sumber yang terkait, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pada dasarnya motif batik Kebumen lebih bercirikan ke model pesisir, mengingat jenis warna yang digunakan lebihcenderung pada warna muda. Namun karena lokasi daerah batik yang berada dilereng bukit dan dekatnya dengan dunia pantai, maka ada percampuran ataukombinasi secara alami dalam kondisi geografisnya, antara dunia pesisir dan dunia pegunungan. Motif yang berkembang kemudian lebih banyak bernuansa flora dan fauna, dedaunan, bunga, hewan, dan unggas, serta ikan.

Mengenai motif tradisional yang bersifat turun temurun, ternyata tidak ada kesepahaman di antara para pengrajin sendiri. Pemerintah Kabupaten Kebumen sendiri tidak pernah memberikan semacam justifikasi atas suatu motif sebagaimotif batik tradisional Kebumen.

Beberapa motif batik Kebumen yang saat ini telah terdaftar di Ditjen HKI merupakan motif-motif yang diciptakan oleh para pengrajin Kebumen, bukan motif tradisional yang telah ada sejak masa lalu dan diajarkan secara turun temurun. Sementara ini, perbedaan yang mencolok antara batik Kebumen dan batik luar adalah pada hal pewarnaan saja. Wahyuni berani memberikan jaminan bahwa model kombinasi warna klasik asli Kebumen, belum ada di daerah lain, karena sangat khas dan tua.

Dengan demikian, corak dasar batik Kebumen yang membedakan dengan batik-batik di luar adalah pada model pewarnaan yang unik yang belum bisa ditiru oleh pengrajin batik di luar daerah. Sedangkan mengenai gambar pada motif Kebumen secara keseluruhan bersifat baru dan lebih banyak terinspirasikan dari gambaran alam, baik flora, fauna, maupun arsitektur. Selera pasar menjadi standar utama, namun kekhasan warna tetap menjadi perhatian. 

Secara tegas ciri khas batik Kebumen dapat dirumuskan sebagai berikut:
Motif-motifnya bernuansa alam, baik flora seperti dedaunan dan bunga, maupun fauna seperti burung-burungan, baik daerah bebukitan maupun kehidupan pantai seperti ikan.

Warna yang digunakan lebih banyak bersifat terang dan kombinasinya antara biru muda, biru tua, hijau, hitam, serta merah. Motif yang banyak dijumpai antara lain Jagatan Kebumen, Gringsing, sirkit, dan bang-bangan.

Hilangnya Nilai Filosofi dan Makna Motif batik

Bagi beberapa pengrajin batik Kebumen, batik merupakan salah satu jalan hidupnya. Artinya mereka membatik dengan murni motivasi seni dan hobi bukan sekedar motif ekonomi. Bagi para pengrajin batik Kebumen, batik bukan lagi sebuah kesenian yang eksklusif dan terikat dengan budaya keraton lagi sebagaimanasejarah batik pada masa lampau. Batik dengan beragam motif memiliki maknakhusus tersendiri, baik budaya mapun spiritual. Kadang motif batik bermakna doa,dan kedudukan sosial, atau prosesi budaya yang tengah dijalankan, atau bahkanhanya sebatas seni artistik semata.

Motif-motif batik yang berkembang di Kebumen lebih pada nilai seni artistik. Artinya nilai batik di lihat dari keindahan dan kerumitan cara dan hasil prosesnya.Bukan pada nilai budaya yang melatar belakanginya. Dari beberapa pengrajin yang berhasil ditemui, mereka mengaku bahwa motif-motif baru yang mereka hasilkan murni berasal dari pengamatan indra penglihatan, seperti alam, tumbuh-tumbuhan, hewan dan suasana. Tidak ada yang menggambarkan abstraksi makna, seperti motif yang bermakna sikap dan niai-nilai moral atau harapan-harapan. Semua disandarkan pada objek nyata yang terlihat dan terasa. 

Bahkan ketika mereka dimintai keterangan mengenai arti dari beberapa jenis motif yang telah mereka hasilkan, pengrajin sendiri kurang begitu mengerti. Semuanya hanya berdasarkan tradisi turun-temurun atau berdasarkan pengamatan pada alam sekitar. Jawaban ini dimungkinkan juga karena keterputusan tradisi dan budaya membatik dari para pendahulunya. Regenerasi batik diturunkan hanya pada taraf seni kerajinan membatiknya saja tanpa transformasi mengenai filosofi dari motif-motif yang dibuat.

Namun ada juga motif Jagatan Kebumen yang menggambarkan keanekaragaman budaya etnis dan kekayaan alam Kebumen. Motif batik tersebut berusaha merangkum beberapa gambaran dari pantai, karang, burung, dan tumbuh-tumbuhan. Motif batik yang berkembang lebih banyak disandarkan pada esensi artistik gambar yang berusaha menggambarkan keanekaragaman alam dan budaya dalam selembar kain.

dari: Bambang Wibiono (www.academia.edu/3441681/batik_kebumen)