Jika
menilik letak geografis wilayah Kabupaten Kebumen, dan juga dari
ketidak jelasan sejarah keberadaan batik Kebumen sendiri, maka sangat
wajar jika dalam implementasi nyata pada motif-motif yang ada, batik
Kebumen terkesan unik.
Teguh Budiyanto, salah satu pembatik di Desa
Seliling, menyatakan bahwa batik Kebumen merupakan bawaan model dari
kerajaan di Solo dan Yogyakarta, karena menurutnya, orang-orang sebelum
dirinya telah belajar batik dari dua kota tersebut sebelum akhirnya
kembali ke Kebumen dan mengembangkan batik di daerahnya sendiri. Artinya
Pak Teguh hendak menegaskan bahwa motif batik Kebumen lebih cenderung
bercorak pedalaman yang menginduk pada model-model batik keraton. Namun
dia juga mengakui bahwa pada perkembangannya, beberapa motif warna cerah
ala pesisiran mulai disukai para pembeli.
Mengenai
motif tradisional Kebumen, Pak Teguh menyatakan paling tidak ada empat
motif tradisional Kebumen yang dikenal secara turun temurun. Dia
menyebutkan ada Jagatan Kebumen, Bang-bangan, Sirkit, dan Gringsing
Kebumen. Dia bahkan menyatakan bahwa Gringsing Kebumen sangat unik dan
merupakan batik tulis terhalus, bukan saja secara nasional, bahkan
internasional.
Sementara
menurut Ibu Wahyuni, pengrajin batik Desa Jemur, ciri utama dari motif
batik Kebumen adalah pada warnanya. Menurutnya, jika masalah corak, bentuk,
atau gambar bisa saja dipersamakan dengan daerah-daerah lain seperti
Banyumas, Pekalongan, dan sebagainya. Namun masalah warna, Kebumen
memiliki ciri khusus yaitu pada beragamnya warna yang digunakan. Dalam
satu kain batik bisa sampai 4 warna, sedang biasanya batik secara umum
hanya memakai dua kombinasi warna saja. Warna khas yang digunakan di
Kebumen menurutnya adalah warna biru tua, biru muda, hijau, dan hitam.
Wahyuni dengan tegas menyatakan bahwa model pewarnaan seperti itu hanya
dikenal di Kebumen. Di daerah lain tidak ada. Dia menyebutnya sebagai
warna klasik asli Kebumen.
Berkaitan
dengan pengaruh motif batik yang berkembang di Kebumen, Wahyuni menilai
kalau motif dasar atau baku model Kebumen memang tidak dikenal. Adanya
motif-motif yang muncul di Kebumen itu bersifat baru atau kontemporer,
hanya cara atau model pewarnaannya saja yang unik dilihat dari
kombinasinya. Ketika ditanyakan tentang orisinalitas, dia mengaku tidak
terpengaruh dari motif luar. Beberapa motif yang dia hasilkan berasal
dari pemikirannya sendiri yang terinspirasi oleh alam sekitarnya.
Berbeda
dengan Pak Muhtadin yang tetap mempertahankan pakem dalam hal membatik.
Batik yang dikerjakannya hanya model/motif klasik khas Kebumen. Sejauh
ini Pak Muhtadin dan beberapa pengrajin di Kelompok Pengrajin Batik
“Mekar Sari” hanya mengerjakan batik tulis klasik. Tidak ada motif lain
yang coba dia kembangkan. Namun dia pernah mencoba sekali membuat kreasi
dalam hal motif. Dia terinspirasi dari berbagai potensi Kebumen,
sehingga motif ciptaannya dia namakan motif “sebagian potensi Kebumen”.
Warna yang ditampilkan dalamkreasi batik Pak Muhtadin cenderung ke warna
cerah dan warna muda. Berikut gambar motif batik hasil kreasi Pak
Muhtadin:
Berdasarkan pada keterangan dari beberapa sumber yang terkait, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pada dasarnya motif batik Kebumen lebih bercirikan ke model pesisir, mengingat jenis warna yang digunakan lebihcenderung pada warna muda. Namun karena lokasi daerah batik yang berada dilereng bukit dan dekatnya dengan dunia pantai, maka ada percampuran ataukombinasi secara alami dalam kondisi geografisnya, antara dunia pesisir dan dunia pegunungan. Motif yang berkembang kemudian lebih banyak bernuansa flora dan fauna, dedaunan, bunga, hewan, dan unggas, serta ikan.
Namun
ada juga motif Jagatan Kebumen yang menggambarkan keanekaragaman budaya
etnis dan kekayaan alam Kebumen. Motif batik tersebut berusaha
merangkum beberapa gambaran dari pantai, karang, burung, dan
tumbuh-tumbuhan. Motif batik yang berkembang lebih banyak disandarkan
pada esensi artistik gambar yang berusaha menggambarkan keanekaragaman
alam dan budaya dalam selembar kain.
Berdasarkan pada keterangan dari beberapa sumber yang terkait, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pada dasarnya motif batik Kebumen lebih bercirikan ke model pesisir, mengingat jenis warna yang digunakan lebihcenderung pada warna muda. Namun karena lokasi daerah batik yang berada dilereng bukit dan dekatnya dengan dunia pantai, maka ada percampuran ataukombinasi secara alami dalam kondisi geografisnya, antara dunia pesisir dan dunia pegunungan. Motif yang berkembang kemudian lebih banyak bernuansa flora dan fauna, dedaunan, bunga, hewan, dan unggas, serta ikan.
Mengenai
motif tradisional yang bersifat turun temurun, ternyata tidak ada
kesepahaman di antara para pengrajin sendiri. Pemerintah Kabupaten
Kebumen sendiri tidak pernah memberikan semacam justifikasi atas suatu
motif sebagaimotif batik tradisional Kebumen.
Beberapa
motif batik Kebumen yang saat ini telah terdaftar di Ditjen HKI
merupakan motif-motif yang diciptakan oleh para pengrajin Kebumen, bukan
motif tradisional yang telah ada sejak masa lalu dan diajarkan secara
turun temurun. Sementara ini, perbedaan yang mencolok antara batik
Kebumen dan batik luar adalah pada hal pewarnaan saja. Wahyuni berani
memberikan jaminan bahwa model kombinasi warna klasik asli Kebumen,
belum ada di daerah lain, karena sangat khas dan tua.
Dengan
demikian, corak dasar batik Kebumen yang membedakan dengan batik-batik
di luar adalah pada model pewarnaan yang unik yang belum bisa ditiru
oleh pengrajin batik di luar daerah. Sedangkan mengenai gambar pada
motif Kebumen secara keseluruhan bersifat baru dan lebih banyak
terinspirasikan dari gambaran alam, baik flora, fauna, maupun
arsitektur. Selera pasar menjadi standar utama, namun kekhasan warna
tetap menjadi perhatian.
Secara tegas ciri khas batik Kebumen dapat dirumuskan sebagai berikut:
Motif-motifnya bernuansa alam, baik flora seperti dedaunan dan bunga, maupun fauna seperti burung-burungan, baik daerah bebukitan maupun kehidupan pantai seperti ikan.
Warna yang digunakan lebih banyak bersifat terang dan kombinasinya antara biru muda, biru tua, hijau, hitam, serta merah. Motif yang banyak dijumpai antara lain Jagatan Kebumen, Gringsing, sirkit, dan bang-bangan.
Hilangnya Nilai Filosofi dan Makna Motif batik
Bagi
beberapa pengrajin batik Kebumen, batik merupakan salah satu jalan
hidupnya. Artinya mereka membatik dengan murni motivasi seni dan hobi
bukan sekedar motif ekonomi. Bagi para pengrajin batik Kebumen, batik
bukan lagi sebuah kesenian yang eksklusif dan terikat dengan budaya
keraton lagi sebagaimanasejarah batik pada masa lampau. Batik dengan
beragam motif memiliki maknakhusus tersendiri, baik budaya mapun
spiritual. Kadang motif batik bermakna doa,dan kedudukan sosial, atau
prosesi budaya yang tengah dijalankan, atau bahkanhanya sebatas seni
artistik semata.
Motif-motif
batik yang berkembang di Kebumen lebih pada nilai seni
artistik. Artinya nilai batik di lihat dari keindahan dan kerumitan cara
dan hasil prosesnya.Bukan pada nilai budaya yang melatar belakanginya.
Dari beberapa pengrajin yang berhasil ditemui, mereka mengaku bahwa
motif-motif baru yang mereka hasilkan murni berasal dari pengamatan
indra penglihatan, seperti alam, tumbuh-tumbuhan, hewan dan suasana.
Tidak ada yang menggambarkan abstraksi makna, seperti motif yang
bermakna sikap dan niai-nilai moral atau harapan-harapan. Semua
disandarkan pada objek nyata yang terlihat dan terasa.
Bahkan ketika
mereka dimintai keterangan mengenai arti dari beberapa jenis motif yang
telah mereka hasilkan, pengrajin sendiri kurang begitu mengerti.
Semuanya hanya berdasarkan tradisi turun-temurun atau berdasarkan
pengamatan pada alam sekitar. Jawaban ini dimungkinkan juga karena
keterputusan tradisi dan budaya membatik dari para pendahulunya.
Regenerasi batik diturunkan hanya pada taraf seni kerajinan membatiknya
saja tanpa transformasi mengenai filosofi dari motif-motif yang dibuat.
sumber: RumahBatik.com
dari: Bambang Wibiono (www.academia.edu/3441681/batik_kebumen)
batik kebumen motifnya sangat bagus ya pak, tradisional, namun berkelas
BalasHapus