Selasa, 23 November 2010

Open Source Ungkap 'DNA' Batik

Siapa menyangka dari hasil pembicaraan santai sekelompok anak muda di Bandung seputar batik akhirnya menghasilkan inovasi teknologi yang berpotensi memajukan industri batik. Dibantu para peneliti di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), tim yang menyebut dirinya Pixel People Project berhasil mengembangkan software untuk mengungkap kekhasan atau "DNA" batik untuk mengidentifikasi motif asli Indonesia dan membuat motif variannya dengan cepat.

"Setelah dipelajari batik sebetulnya suatu bentuk perulangan yang disebut fraktal. Dalam matematika itu berkaitan dengan teori chaos," ujar Idwan Suhardi Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek Kementrian Riset dan Teknologi di Jakarta, Rabu (11/6). Hal tersebut disimpulkan setelah tim BPPT melakukan melakukan analisis terhadap 300 motif batik dari Sumatera, Jawa, Madura, dan daerah lainnya..

Bahkan dari analisis tersebut dapat diketahui motif dasar atau boleh dibilang DNA batik. Dari motif dasar diketahui rumus matematikanya sehingga dengan mengubah-ubah variabel yang mempengaruhi dapat dibuat variasi motif yang sangat banyak. Dengan teknik tersebut, pembuatan desain baru dapat dilakukan dengan cepat bahkan setiap saat apalagi telah dikembangkan software yang siap pakai.

Ada dua parameter yang digunakan untuk menyusun “DNA” Batik Indonesia. Yang pertama adalah besaran yang mengukur struktur bentuk motif. Kita menggunakan dimensi fraktal. Parameter kedua adalah distribusi warna motif. Konfigurasi warna yang ada tersusun atas kombinasi tiga warna dasar. Parameter-parameter ini kemudian disusun menjadi tabel kumpulan meme yang merefleksikan data-data Batik yang diobservasi. Kemudian dihitung jarak antar artefak batik. Jarak ini yang selanjutnya divisualisasikan ke dalam pohon filomemetika Batik Indonesia.

Proses komputasional ini memperlihatkan terjadinya pengelompokan batik berdasarkan wilayah. Sampel desain Batik dari Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Cirebon, Garut, Riau hingga Bengkulu cenderung mengelompok berdasarkan daerah asalnya. Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas.

Hasil yang diperoleh sangat mengejutkan. Mengapa demikian? Sekarang coba kita bayangkan, kita ambil satu buah desain batik acak dari Pasar Klewer, Solo, yang tidak kita ketahui asalnya. Lalu kita foto dengan kamera digital. Setelah melalui proses perhitungan di komputer maka secara probabilistik dapat diketahui dari daerah mana ia berasal.


"Ini adalah contoh bahwa dengan pendekatan sains sebuah heritage dapat dikembangkan lebih jauh," ujar Idwan. Apalagi software yang dibangun untuk menghasilkan desain secara real time berbasis open source sehingga berpotensi besar dikembangkan terus kemampuannya melalui komunitas. Teori fraktal selama ini dipakai dalam metode mutakhir untuk mengenali gejala retakan pada isolator listrik atau pesawat.

Pemanfaatan teori fraktal sangat berguna untuk menandai motif batik asli Indonesia sehingga tak diakui sebagai produk negara lain. Namun akan lebih bermanfaat jika penemuan ini lebih menggairahkan industri batik sehingga menjadi salah satu sumber perekonomian nasional

.Sumber: RumahBatik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar