Keris dan batik sama-sama diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Namun, keberadaan keris belum sepopuler batik.
Pernyataan itu diungkapkan Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) Ukus Kuswara saat membuka Kongres I Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) di Solo, Jawa tengah, Rabu (20/4).
"Dibandingkan dengan batik, keris masih menghadapi tantangan besar," katanya di hadapan 72 utusan paguyuban keris dan perwakilan tujuh museum keris dari berbagai daerah di Indonesia itu.
Selain anggota paguyuban keris, acara itu juga dihadiri Wali Kota Solo Joko Widodo, Staf Ahli Gubernur Jawa Tengah bidang Politik Maryanto, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, para empu (pembuat keris), seniman, dan kalangan akademisi.
Menurut Ukus, jika batik telah berhasil menembus batas-batas gender dan usia, keris masih identik dengan laki-laki dan belum terlalu akrab dengan kalangan muda. Kondisi itu merupakan sebuah pekerjaan rumah bagi SNKI di masa mendatang.
"Kalau tidak, ya bakal punah juga," kata Ukus, mewakili Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik yang berhalangan hadir dalam kesempatan itu.
Menanggapi pernyataan tersebut Sekjen SNKI Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk menjawab tantangan tersebut. Karena itulah, salah satu agenda utama dalam kongres tersebut adalah membahas upaya melestarikan dan memasyarakatkan keris.
sumber : Media Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar