Senin, 28 Mei 2012

Motif-Motif Etnik di Batik Batak

Batik Batak mungkin sebelumnya tak banyak terdengar, tapi sejak ada ‘sentuhan’ Nurcahaya Nasution (67), batik dengan dengan motif berbagai daerah di Sumatera Utara itu mulai dikenal.


Semua berawal dari keikutsertaan Nurcahaya pada pelatihan membatik yang diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Medan.


Saat itu, Nurcahaya baru saja pensiun dari Dinas Kesehatan Kota Medan. Ia dipanggil Dekranasda untuk ikut pelatihan membatik.  


“Kok rasa-rasanya kalau kita kembangkan, ibu-ibu rumah tangga ini ikut membatik, akan bertambahincome keluarga, jadi  bisa juga mengentaskan kemiskinan,” kata Nurcahaya.


Alasan ini pula yang kemudian mendorong Nurcahaya membuat usaha batik motif khas Sumatera Utara pada tahun 2008. Bekal kemampuan membatik dari Dekranasda tak membuat Nurcahaya puas. Ia berhasrat untuk membuat batik dengan motif khas Sumatera Utara.


Nurcahaya pun mendatangi perpustakaan daerah. Ia membenamkan diri mencari motif yang cocok untuk dijadikan motif pada batik buatannya nanti. Usaha ini membawanya pada ide untuk membuat motif sesuai dengan lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara.


Kelima etnis Batak yang menjadi inspirasi Nurcahaya untuk membuat motif batik yakni Mandailing, Tapanuli Utara (Toba), Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah.


Selain mengembangkan motif batik dari etnis Batak, Nurcahaya pun meramu motif batik Melayu Deli dan Nias.


Beragam motif batik dari lima etnis Batak, itu di antaranya motif ulos yang mengambil corak dari kain ulos Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit yang menunjukkan ciri khas Batak Toba, dan motif Pani Patunda dari Simalungun. Ada juga motif Pelana Kuda yang identik dengan budaya Melayu Deli.


Ada dua jenis batik yang diproduksi oleh Nurcahaya, yakni batik tulis dan batik cap. Menurut Nurcahaya, batik cap membutuhkan waktu tiga hari pembuatan, sedangkan batik tulis memakan waktu minimal satu minggu.


Proses pembuatannya sendiri seperti diakui Nurcahaya tak jauh berbeda dengan pembuatan batik di Pulau Jawa.


Kain polos, kira-kira 2,5 meter x 1,3 meter diberi motif pakai pensil. Lalu dicanting, mengikuti gambar yang sudah dibuat pakai pensil. Kemudian, batik direbus beberapa kali, setelah itu diwarnai. "Terakhir ya dijemur,” tutur Nurcahaya. 


Batik Batak Nurcahaya punya banderol mulai ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah, tergantung kesulitan pengerjaan batik tersebut.


sumber: antaranews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar