Kita semua tidak asing dengan
Ilmuwan-ilmuwan seperti Thomas A. Edison, Graham Bell, James Watt,
Gallieo Gallilei, dan masih banyak yang lain yang kesemuanya itu adalah
ilmuwan-ilmuwan luar negeri. Tapi, apa kita tahu nama-nama ilmuwan
Indonesia yang cukup memiliki peranan penting dalam kemajuan dunia?
Berkat bantuan mesin pencari Google kita mencoba mencari nama -nama ilmuwan Indonesia tersebut. Ternyata memang cukup banyak Imuwan-ilmuwan Indonesia yang menyumbangkan pikiran-pikiran atau penemuan-penemuan yang berdampak kemajuan dunia. Berikut ulasan singkat mengenai beberapa penemuan yang dimaksud.
1955
Teori 23 KromosomBerkat bantuan mesin pencari Google kita mencoba mencari nama -nama ilmuwan Indonesia tersebut. Ternyata memang cukup banyak Imuwan-ilmuwan Indonesia yang menyumbangkan pikiran-pikiran atau penemuan-penemuan yang berdampak kemajuan dunia. Berikut ulasan singkat mengenai beberapa penemuan yang dimaksud.
1955
Dr.
Joe Hin Tjio, seorang ahli Cytogenetics asal Indonesia menemukan fakta
bahwa kromosom manusia berjumlah 23 buah. Melalui penelitian di
laboratorium Institute of Genetics of Sweden’s University of Lund,
temuannya berhasil mematahkan keyakinan para ahli genetika bahwa jumlah
kromosom adalah 24 buah. Ia berhasil menghitung jumlah kromosom dengan
tepat setelah menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada
preparat gelas yang dikembangkan Dr. T.C. Hsu di Texas University, AS.
1960-an
Crack Progression1960-an
Titik rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Pada saat itulah muncul Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Habibie-lah yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik krack itu bekerja.
Perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori Habibie ini lantas dinamakan crack progression. Dari sinilah Habibie mendapat julukan sebagai Mr. crack. Dengan teori ini membuat pesawat lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah.
1961
Pondasi Cakar Ayam
Teknologi ini ditemukan oleh
Prof. Dr. Ir. Sedijatmo ketika ia sebagai pejabat PLN diminta mendirikan
7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol, Jakarta.
Pondasi yang dibuatnya ternyata mampu mengurangi hingga 75% tekanan pada
permukaan tanah di bawahnya dibandingkan dengan pondasi biasa. Pondasi
cakar ayam ini kemudian digunakan di Bandara Juanda, Surabaya yang
memungkinkan landasan menahan beban hingga 2.000 ton atau seberat
pesawat super jumbo jet. Selain di Indonesia teknologi yang sudah
dipatenkan ini juga digunakan di 9 negara lain, seperti Jerman, Inggris,
Perancis, Italia, Belgia, Kanada, AS, Belanda.
1979
Ketela Pemadam Api1979
Ketika sedang melakukan uji coba menggunakan cairan pelumas berbahan kulit ketela pohon di Queen Marry College-London University, Inggris, Randall Hartolaksono menemukan teknologi untuk memadamkan api secara efektif dan ramah lingkungan. Ketika itu, cairan buatannya tidak sengaja tumpah dan memadamkan api yang sedang menyala. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata diketahui bahwa cairan tersebut jika terkena panas akan mengeluarkan uap yang dapat menyerang api. Kini temuannya digunakan di berbagai perusahaan pertambangan di penjuru dunia sebagai solusi untuk mengatasi kebakaran
1983
Adalah pesawat dengan mesin turbo propeller hasil kerjasama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dengan CASA asal Spanyol. Pesawat ini mampu mengangkut 2 pilot hingga 45 orang penumpang dengan kecepatan maksimal 509 km per jam dan jarak tempuh 796 km. Pesawat ini kemudian digunakan oleh berbagai maskapai penerbangan sipil dan militer di sejumlah negara di dunia
1998
Di bawah bimbingan Profesor Toyohide Takeuchi di Universitas Gipu, Jepang, pada tahun 1998, Prof. Dr. Rahmiana Zein, yang saat itu sedang melakukan penelitian untuk disertasi doktor bidang kimia menemukan teknik kromatografi tercepat di dunia. Jika sebelum ini peneliti membutuhkan waktu antara 1.000 dan 100 menit untuk membedah senyawa kimia, teknik yang digunakan Rahmiana Zein mampu mendiagnosis senyawa kimia dalam waktu kurang dari 10 menit.
2000
Teknik pengeringan – yang disebut sebagai evaporative drying – serta penyimpanan sperma dalam ruangan bertemperatur kamar ditemukan oleh Mulyoto Pangestu, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil gelar Ph.D di Monash University, Australia. Uniknya, Mulyoto berhasil melakukannya menggunakan perlengkapan yang dapat ditemukan dengan mudah dan murah. Penemuannya ini dipatenkan di Australia dan menjadi milik Monash University. Akan tetapi, Mulyoto tetap tercatat sebagai penemunya.
2005
Persamaan matematika ini berhasil dipecahkan oleh Yogi Ahmad Erlangga, dosen ITB asal Tasikmalaya. Ketika memecahkan rumus tsb, Yogi sedang menempuh program Ph.D di Delft University of Technology, Belanda. Persamaan Helmholtz yang berhasil dipecahkannya, membuat banyak perusahaan minyak dunia gembira. Pasalnya, dengan rumus temuan Yogi itu mereka dapat lebih cepat dalam menemukan sumber minyak di perut bumi. Rumusnya juga bisa diaplikasikan di industri radar, penerbangan, dan kapal selam.
2006
Electrical Capacitance Volume Tomography ditemukan oleh Dr. Warsito Purwo Taruno dan dipatenkan secara internasional. ECVT merupakan teknologi yang menggunakan sensor medan listrik statis yang bisa menampilkan gambar 4 dimensi dari tingkah laku gas dan partikel di dalam reaktor tertutup. Teknologi ECVT ini diperkirakan dapat mengubah drastis perkembangan riset dan teknologi di berbagai bidang, mulai dari energi, proses kimia, kedokteran, hingga nano-teknologi.
2010
Bersama koleganya, Khoirul Anwar, alumni ITB kelahiran Kediri ini merombak pakem efisiensi alat komunikasi. Ia mematenkan temuannya seputar sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Atas karyanya, Khoirul Anwar mendapat penghargaan pada 2010, dari Institute of Electrical and Electronics Engineers Vehicular Technology Conference (IEEE VTC), Taiwan.
sumber: daniel