Selasa, 31 Desember 2013

Mengenal Batik Tulis "Arah Timur dan Barat" di Madura

Warna yang mencolok memang ciri khas batik Madura.

Selain terkenal akan kegiatan karapan sapi, penduduk di Pulau Madura, Jawa Timur, juga memiliki keterampilan turun menurun berupa keterampilan membatik. Salah satu sentra batik di pulau garam ini ada di kota Bangkalan.

Bersama rombongan Indonesia Fashion Week dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kami berkesempatan mengunjungi salah satu galeri batik tulis terkenal yang bernama Tresna Art. Di galeri yang memiliki ciri rumah khas Madura ini kita bisa mendapatkan beragam batik tulis berwarna cerah. Warna yang mencolok memang menjadi ciri khas batik Madura.

“Warna-warna terang ini mencerminkan karakter orang Madura karena dikenal memang menyukai warna gonjreng,” ujar Supi Amin, pemilik Tresna Art Galeri, Minggu (29/12).

Dalam galerinya, ada dua jenis batik tulis yang disajikan, yaitu batik tulis arah timur dan arah barat. Yang dimaksud arah timur adalah batik tulis yang menggunakan pewarnaan bahan kimia, maka hasil warnanya pun terlihat lebih cerah.

Sedangkan untuk batik tulis arah barat masih menggunakan pewarnaan alam yang dihasilkan dari bahan-bahan seperti daun jati dan daun jambu. Daun jati sendiri dipakai untuk menghasilkan warna merah.
“Porsi batik yang menggunakan pewarnaan alami lebih banyak disini dibandingkan batik dari warna kimia,” lanjutnya.

Proses pewarnaan alami memakan waktu enam bulan sampai satu tahun. Bahan-bahan pewarna tersebut diendapkan di dalam gentong atau yang sering disebut oleh pengrajin batik yakni gentongan. Tak heran jika batik tulis yang berasal dari warna alami justru warnanya dapat bertahan sampai ratusan tahun.

“Makanya kain batik tulis warna alami ini juga paling mahal diantara batik tulis lainnya karena warna yang dihasilkan pun sempurna dan melekat pada kain dengan baik,” paparnya.

Untuk batik tulis gentongan sendiri dihargai sekitar Rp3 juta dengan motif yang beragam. Menurut Supi, selain warna-warna yang menjadi identitas batik tulis Madura, motifnya pun cenderung mayoritas didominasi oleh motif binatang.

“Kebanyakan identitas motif batik tulis Madura itu berbentuk binatang, seperti burung atau kupu-kupu. Tapi ada juga beragam motif bunga,” tandasnya.

Di Madura, beberapa motif klasik antara lain matahari dari Sampang dan manuk dari Bangkalan.

NationalGeographic

Rabu, 25 Desember 2013

Makna Motif Batik Parang (2)

Motif Parang identik dengan beralur miring 45 derajat. Komposisi miring pada parang menandakan kekuatan dan gerak cepat. Yang dipercaya memberi kekuatan magis pada batik bercorak parang itu adalah mlinjon, pemisah komposisi miring berbentuk seperti ketupat. 

Corak parang berpola pedang menunjukkan kekuatan atau kekuasaan. Pada jaman dulu batik bercorak parang biasanya hanya diperuntukkan para ksatria dan penguasa. Menurut kepercayaan, corak parang harus dibatik tanpa salah agar tak menghilangkan kekuatan gaibnya.

Motif batik parang pada dasarnya tergolong sederhana, berupa lilitan huruf S yang jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Susunan motif huruf S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat tidak pernah padam.

5. Parang Kusumo. 



Mengandung makna hidup harus dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin, ibaratnya keharuman bunga (kusumo). Demikianlah, bagi orang Jawa, hidup di masyarakat yang paling utama adalah keharuman pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin.

Kain batik motif Parang Kusumo biasanya digunakan pada saat tukar cincin.

6. Parang Curigo. 





Ciri khas dari pola ini adalah selalu ada ragam hias berbentuk belah ketupat yang juga sejajar dengan ragam hias utama pola parang, ragam hias ini disebut sebagai mlinjon.

Kegunaannya untuk menghadiri pesta. Si pemakai diharapkan memiliki kecerdasan, kewibawaan, serta ketenangan.


Masih banyak lagi jenis motif parang yang masing-masing memiliki filosofi tentunya.

Minggu, 22 Desember 2013

Hari IBU



Ibunda...

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran, yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. 

Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dhien, Tjoet Nyak Meutia, R.A. Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, dan lain-lain. 

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. 

Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate.

Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Di Solo, misalnya, 25 tahun Hari Ibu dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan. 

Pada waktu itu panitia Hari Ibu Solo juga mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok. Pada tahun 1950-an, peringatan Hari Ibu mengambil bentuk pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung. 

Satu momen penting bagi para wanita adalah untuk pertama kalinya seorang wanita, Maria Ulfah, menjadi menteri di tahun 1946. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973 Kowani menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu, memuji keibuan para ibu. Berbagai kegiatan pada peringatan itu merupakan kado istimewa, penyuntingan bunga, pesta kejutan bagi para ibu, aneka lomba masak dan berkebaya, atau membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari.

wikipedia

Makna Motif Batik Parang (1)

Salah satu motif batik yang terkenal adalah parang. Motif ini mempunyai ciri khas garis-garis lengkung, yang dapat diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam (raja). Komposisi miring pada parang juga melambangkan kekuasaan, kewibawaan, kebesaran, dan gerak cepat, sehingga pemakainya diharapkan dapat sigap dan cekatan.

Pada zaman Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, motif parang menjadi pedoman utama untuk menentukan derajat kebangsawanan seseorang dan menjadi ketentuan yang termuat dalam Pranatan Dalem Jenenge Panganggo Keprabon Ing Karaton Nagari Ngajogjakarta tahun 1927.

Dalam perkembangannya, motif parang memunculkan banyak variasi, seperti Parang Rusak, Parang Barong, Parang Kusuma, Parang Nitik, Parang Klithik, Parang Slobog, dsb.

Karena penciptanya pendiri Kerajaan Mataram, maka oleh kerajaan, motif-motif parang tersebut hanya diperkenankan dipakai oleh raja dan keturunannya, dan tidak boleh dipakai oleh rakyat biasa. Jenis batik itu kemudian dimasukkan sebagai kelompok batik larangan (batik yang tidak boleh dipakai oleh rakyat jelata).

Jenis-jenis motif parang

1. Parang Rusak




Motif ini merupakan motif batik sakral yang hanya digunakan di lingkungan kraton. Pada jaman dahulu, Parang Rusak biasanya digunakan prajurit setelah perang, untuk memberitahu Raja bahwa mereka telah memenangkan peperangan.

Motif ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. Konon, sang raja sering bertapa di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa yang dipenuhi oleh jajaran pegunungan seribu yang terlihat seperti pereng (tebing) berbaris.

Akhirnya, ia menamai tempat bertapanya dengan pereng yang kemudian berubah menjadi parang. Di salah satu tempat bertapa tersebut, ada bagian yang terdiri dari tebing-tebing atau pereng yang rusak karena terkikis deburan ombak laut selatan, sehingga lahirlah ilham untuk menciptakan motif batik yang kemudian diberi nama Parang Rusak

2. Parang Barong



Motif batik ini berasal dari kata “batu karang” dan “barong” (singa). Parang Barong merupakan parang yang paling besar dan agung, dan karena kesakralan filosofinya motif ini hanya boleh digunakan untuk Raja, terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan dan meditasi.

Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.

Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri

3. Parang Klitik



Motif batik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Dulu motif batik ini hanya dikenakan oleh para putri raja.

 






4. Parang Slobog


Motif batik yang menyimbolkan keteguhan, ketelitian, dan kesabaran.

Motif ini dulu dipakai pada upacara pelantikan para pejabat pemerintahan, karena melambangkan harapan agar para pejabat selalu diberi petunjuk dan kelancaran dalam menjalankan semua tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Selain untuk pelantikan pejabat, Slobokan atau parang Slobog hanya boleh dikenakan dalam acara pemakaman saja. Hal ini merupakan simbolisasi harapan agar arwah yang meninggal mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam perjalanan menghadap Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan keluarga yang ditingalkan juga diberi kesabaran dalam menerima cobaan kehilangan salah satu keluarganya.

apriliaisme

Senin, 16 Desember 2013

Proses Pembuatan Batik


Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal. Penamaan atau penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang dikerjakannya adalah sama.

1) Ngemplong
Ngemplong merupakan tahap paling awal.   Setelah kain pabrikan di loyor untuk membuang kanji yang melekat di kain, kemudian kain di padatkan seratnya dengan cara dipukul-pukul untuk mendapatkan kain dengan serat ideal untuk dibatik.












2) Nyorek atau Mola

Nyorek atau mola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah, dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini disebut ganggang.

3) Mbathik

Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori, dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4) Nembok



Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

5) Medel

 Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.








6) Ngerok dan Mbirah

Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.






7) Mbironi

Mbironi adalah menjaga warna dasar biru atau putih tidak kemasukan warna lain. Bagian yang tetap dipertahankan biru/putih ditutup dengan malam/lilin lebih dulu.

8) Menyoga



Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat tersebut.






9) Nglorod



Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. 

Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama. Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis berharga cukup tinggi.