Sabtu, 11 Oktober 2008

Kalau Laris, Gimana?

"Sepupu saya sekarang sudah jadi 'orang'. Bisnis kainnya sudah merambah ke luar kota. Sudah kaya dia sekarang," kata ibu tetangga sebelah menceritakan familinya.

"Sudah berapa lama dia menjalankan bisnisnya?" tanya istri saya.

"Sudah lama banget, bu. Sudah sejak saya masih belum menikah," jawabnya.

"Ya sudah selayaknya dong kalau sekarang dia sukses. Dia serius dengan bisnisnya lebih sepuluh tahun lalu. Terus, mengapa Bu Ade (bukan nama sebenarnya) tidak ingin meniru dia?" tanya istri saya.

"Takut aja bu kalau gagal," jawabnya ringan.

Obrolan di atas sebenarnya tidak hanya sekali saja terjadi. Pembicaraan seperti itu sudah beberapa kali terjadi antara istri saya dengan ibu tetangga. Mengubah pola pikir memang bukan perkara mudah.

Bu Ade sering mengeluh kalau karir suaminya susah beranjak naik. Bukan karena prestasi suaminya jelek tapi perusahaan tempat suaminya bekerja berjalan stagnan, bahkan sekarang cenderung grafiknya menurun. Bu Ade sering sekali mengemukakan keinginannya untuk membuka usaha tapi pola pikir yang ada di kepalanya yang akhirnya menghentikan semua niatnya.

"Coba deh Bu Ade pikir. Anggap saja bu Ade bisa sukses nanti pada tahun ke-5...." (belum selesai istri saya melanjutkan kalimatnya, bu Ade memotong...

"Wah, lama banget kalau harus lima tahun..."

"Itu anggap saja, sukur bisa 2 tahun. Kalau sekarang mulai buka usaha, berarti nanti pada tahun 2013 bu Ade sudah merdeka. Itu kalau mulainya sekarang. Bagaimana kalau mulainya tahun depan atau dua tahun nanti. Makin lama lagi bisa merdeka finansial

Sebenarnya ibu kan punya keahlian, yaitu kalau membuat empek-empek (makanan khas Palembang) kelezatannya sudah diakui orang. Puasa kemarin jualan empek-empeknya laris kan?" kata istri saya.

"Alhamdulillah laris."

"Mengapa enggak diteruskan saja jualan empek-empeknya?"

"Iya sih... tapi kalau nggak laku, gimana?"

Inilah lagi-lagi pola pikir yang saya yakin menghinggapi mayoritas penduduk bumi Nusantara. Sebagian besar mereka sadar kalau membuka usaha, berbisnis adalah solusi kongkret menghadapi krisis yang sekarang sudah diambang pintu. Berbagai fakta dan gambaran yang kita kemukakan sebenarnya mereka terima. Tapi kalau diminta untuk action... inilah masalahnya.

Pola pikir negatif barangkali adalah pola pikir yang dianut sebagian besar masyarakat kita. Yang ada di benak mereka adalah 'bagaimana kalau gagal'. Padahal dengan cara yang sangat sederhana pola pikir ini sebenarnya bisa langsung dibalik dengan kalimat: 'bagaimana kalau berhasil'.

Tetapi ternyata mengubah kalimat yang sederhana itu tidak mudah kalau harus diterapkan di kehidupan nyata. Memasukkan 'bagaimana kalu berhasil' ke alam bawah sadar ternyata persoalan yang cukup sulit.

Tapi sulit bukan berarti tidak bisa. Sebenarnya ada beberapa metode yang bisa mengubah pola pikir itu secara sederhana dan cukup singkat. Salah satunya adalah workshop EDAN-nya pak Ikhwan Sopa...

4 komentar:

  1. Mohon maaf sebelumnya pak,saya bukan mau komen,tp saya hanya ingin bergabung dengan TDA,cuma saya kurang berhasil untuk masuk ke dalam komunitas ini. Saya ingin dibimbing spt org lain yang ingin jadi pengusaha. Saya akui saya masih hijau soal internet,jadi saya meminta bantuan kepada anggota TDA yang membaca tulisan ini agar bersedia untuk membantu saya di krisdianto.agung@yahoo.co.id. Terima kasih banyak Pak,semoga usaha batiknya semakin menguntungkan.

    BalasHapus
  2. Saya pernah mengalami fase2 ragu, kepikir hal negatif... kadang wirausahawan yang sdh jalan pun perlu diberi siraman motivasi..apalagi pengusaha perempuan yg cepat 'down'.

    BalasHapus
  3. terima kasih atas informasinya..
    kunjungi juga website kami Suspensi Mobil

    sukses selalu

    BalasHapus
  4. Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga

    kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
    keep update!model mobil

    BalasHapus