Batik Lorok Pacitan Indonesia di tahun 2010 sudah mulai menampakkan keindahan. Para pembatik muda (ibu-ibu muda, remaja lulusan SLTA) sudah mulai terampil membatik. Ada dua jenis batik yang dibuat di era tahun ini yaitu, batik pewarna alam dan batik klasik modern seperti pada foto di samping.
Batik klasik modern dibuat seperti layaknya batik Lorok tempo dulu, yaitu dengan cara pewarnaan menggunakan wedel (nilo) lalu dilorot, dibatik lagi, di soga lalu dilorot lagi. Sentuhan modernnya berupa coletan warna merah (rapid) dan pemberian warna kuning (sol) pada bagian obyek tertentu.
Desain batik juga dibuat lebih kontemporer mengikuti perkembangan jaman, namun tidak meninggalkan ciri khas batik lorok yang berupa motif flora dan fauna yang berada di lingkungan daerah Lorok Pacitan.
Batik klasik modern dibuat seperti layaknya batik Lorok tempo dulu, yaitu dengan cara pewarnaan menggunakan wedel (nilo) lalu dilorot, dibatik lagi, di soga lalu dilorot lagi. Sentuhan modernnya berupa coletan warna merah (rapid) dan pemberian warna kuning (sol) pada bagian obyek tertentu.
Desain batik juga dibuat lebih kontemporer mengikuti perkembangan jaman, namun tidak meninggalkan ciri khas batik lorok yang berupa motif flora dan fauna yang berada di lingkungan daerah Lorok Pacitan.
---------------
Pemerintah Kabupaten Pacitan, Jawa Timur optimistis industri batik khas lorok yang diagendakan pemerintah menjadi produk unggulan daerah yang dioptimalkan melalui metode one village one product (OVP) akan tercapai.
Indartarto, Bupati Pacitan, menjelaskan, batik diprioritaskan pengembangannya, karena sudah menjadi warisan budaya Indonesia. Batik khas Pacitan bahkan memiliki keunggulan kompetitif dari sisi warna, karena menggunakan bahan alami dari akar-akaran dan kulit kayu.
”Produk batik dengan pewarnaan alami memiliki prospek yang cukup baik di samping produk lain yang cukup potensial di kawasan Pacitan. Namun, perkembangannya yang masih perlu dioptimalkan, karena ada yang masih memperihatinkan,” ujar Indartarto pada acara peluncuran batik Pacitan melalui program OVOP.
Saat ini unit usaha perajin batik yang lebih terkonsentrasi di Dusun Lorok, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan terdiri dari 134. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 287 orang. Sedangkan nilai investasinya mencapai Rp 3,4 miliar.
Agar produk batik Lorok dari Pacitan optimal, Kementerian Koperasi dan UKM memfasilitasinya dengan metode OVOP. Program ini mengarah pada peningkatan dan pengembangan komoditas unggulan daerah. Terutama untuk masuk pasar internasional.
Dengan sistem pewarnaan alami dari akar-akaran dan kulit kayu, tampilan batik dari daerah ini terkesan lembut. Meski demikian, produk yang dihasilkan sementara ini masih mengarah pada pemakaian tradisional, dan belum dijadikan sebagai produk fesyen seperi baju.
Melalui OVOP, batik Pacitan diharapkan bisa meningkat serta memberi inilai tambah kepada perajin. Batik Pacitan sebenarnya sudah dipamerkan dan dipasarkan di Gallery UKM Indonesia di Gedung Smesco UKM, Jakarta Selatan.
Sesuai prinsip OVOP, yakni local but global, maka Kementerian Koperasi dan UKM berpran aktif mengoptimalkan produk batik dari Pacitan. Instansi ini juga melakukan perkuatan pembiayaan kepada beberapa koperasi setempat untuk meningkatkan permodalan.
Selain batik, komoditas lain yang ditingkatkan kualitas dan pemasarannya adalah, batu aji, gula merah, olahan ikan, produk gerabah, kerajinan olahan kayu, ketela hingga kerajinan anyaman bambu.
”Jumlah koperasi di seluruh Pacitan 391 unit, dan jumlah anggota sekitar 65.000. Total modal kerja mereka sekitar Rp 66 miliar, namun dari kegiatan ekonomi mereka belum berjalan bagus, karena nilai pinjaman masyarakat masih lebih besar dibandingkan dengan simpanan di perbankan,” ujar Indartarto.
Indartarto, Bupati Pacitan, menjelaskan, batik diprioritaskan pengembangannya, karena sudah menjadi warisan budaya Indonesia. Batik khas Pacitan bahkan memiliki keunggulan kompetitif dari sisi warna, karena menggunakan bahan alami dari akar-akaran dan kulit kayu.
”Produk batik dengan pewarnaan alami memiliki prospek yang cukup baik di samping produk lain yang cukup potensial di kawasan Pacitan. Namun, perkembangannya yang masih perlu dioptimalkan, karena ada yang masih memperihatinkan,” ujar Indartarto pada acara peluncuran batik Pacitan melalui program OVOP.
Saat ini unit usaha perajin batik yang lebih terkonsentrasi di Dusun Lorok, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan terdiri dari 134. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 287 orang. Sedangkan nilai investasinya mencapai Rp 3,4 miliar.
Agar produk batik Lorok dari Pacitan optimal, Kementerian Koperasi dan UKM memfasilitasinya dengan metode OVOP. Program ini mengarah pada peningkatan dan pengembangan komoditas unggulan daerah. Terutama untuk masuk pasar internasional.
Dengan sistem pewarnaan alami dari akar-akaran dan kulit kayu, tampilan batik dari daerah ini terkesan lembut. Meski demikian, produk yang dihasilkan sementara ini masih mengarah pada pemakaian tradisional, dan belum dijadikan sebagai produk fesyen seperi baju.
Melalui OVOP, batik Pacitan diharapkan bisa meningkat serta memberi inilai tambah kepada perajin. Batik Pacitan sebenarnya sudah dipamerkan dan dipasarkan di Gallery UKM Indonesia di Gedung Smesco UKM, Jakarta Selatan.
Sesuai prinsip OVOP, yakni local but global, maka Kementerian Koperasi dan UKM berpran aktif mengoptimalkan produk batik dari Pacitan. Instansi ini juga melakukan perkuatan pembiayaan kepada beberapa koperasi setempat untuk meningkatkan permodalan.
Selain batik, komoditas lain yang ditingkatkan kualitas dan pemasarannya adalah, batu aji, gula merah, olahan ikan, produk gerabah, kerajinan olahan kayu, ketela hingga kerajinan anyaman bambu.
”Jumlah koperasi di seluruh Pacitan 391 unit, dan jumlah anggota sekitar 65.000. Total modal kerja mereka sekitar Rp 66 miliar, namun dari kegiatan ekonomi mereka belum berjalan bagus, karena nilai pinjaman masyarakat masih lebih besar dibandingkan dengan simpanan di perbankan,” ujar Indartarto.
sumber: