Selasa, 15 Januari 2008

From Pak Harto With Peluang *

"Mau nanya nih, tetangga saya memakai ventilator seperti pak Harto. Berapa lama sih maksimal orang boleh pakai alat itu?" tanya saya kepada dua sahabat saya. Kebetulan dua-duanya dokter spesialis.

"Ya sampai dia bisa nafas spontan, tergantung sakitnya. Kalau sakitnya 'ringan' bisa segera kembali bernafas mandiri. Kalau sakitnya berat bisa lama dan... bertemu Malaikat Maut," jawab sahabat saya dokter A.

"Alat itu bisa dipakai selama keluarga mampu bayar ventilatornya, kan mahal," jawab dokter B.

Menurut saya, dua jawaban di atas secara tersirat memperlihatkan bahwa kalau orang sudah dipasangi ventilator, maka yang bisa dilakukan hanyalah perbanyak doa untuk yang 'terbaik' bagi pasien. Saya tidak tahu interpretasi saya atas dua jawaban tadi benar atau salah...

Lepas dari kondisi pak Harto saat ini, selama hampir setengah bulan ini ternyata saya dan orang-orang yang saya temui lebih aktif mencari acara berita di televisi, lebih banyak mencari breaking news, dan lebih peduli dengan jarum panjang arloji di angka 12. Karena jarum panjang di angka 12 berarti hampir semua stasiun televisi menyiarkan update terbaru tentang pak Harto. Jelas sekali hari-hari ini rating news pasti sangat tinggi.

"Wah sekarang bapaknya tiap hari pulang selalu jam 2 pagi," kata teman istri saya menceritakan ritme kerja suaminya semenjak pak Harto di RSPP. Maklum saja, suaminya adalah redaktur sebuah harian di Ibu Kota. Deadline korannya diperpanjang. Dan tiap hari selalu disediakan space kosong untuk jaga-jaga kalau ada berita 'super penting' yang terjadi lewat tengah malam.

"Mudah-mudahan cepat ada 'kepastian' untuk pak Harto ya," gumamnya sambil senyum supaya ritme kerja suaminya kembali normal.

Inilah salah satu ekses dirawatnya pak Harto. Pak Harto memang 'tangguh'. Berapa kali beliau dinyatakan kritis, mengalami kegawatan, nafas sempat berhenti, dan sebagainya. Tapi pak Harto selalu 'mampu' lolos.

Ketika pak Harto dinyatakan kritis untuk pertama kali, penyewaan kursi dan tenda di Kecamatan Matesih mendapatkan 'berkah'. Ratusan kursi dan tenda disiapkan di kompleks makam Astana Giribangun. Dan ketika pak Harto masih mampu 'bertahan', semua peralatan untuk para tamu itu belum ditarik, alias argo masih berjalan. Tentu saja para pengusaha penyewaan kursi dan tenda dengan mantap bisa membayar uang lembur para pegawainya.

Begitu pula dengan tempat penginapan. Semua hotel di Solo saat ini full booked. Semua hotel berbintang sudah tidak punya kamar kosong. Semua sudah dipesan. Kedutaan-kedutaan asing sudah memesan banyak kamar sejak beberapa hari lalu untuk mengantisipasi kedatangan kepala pemerintahannya di Solo. Dan ketika pak Harto masih mampu 'bertahan', para calon tamu belum ada yang berani mencabut pesanannya. Alias semua argo booking kamar tetap berjalan meski saat ini kamarnya tidak terpakai. Makin lama pak Harto 'bertahan' makin banyak income yang masuk.

"Situasi ini bukan berarti membuat kami senang. Kami hanya berharap yang 'terbaik' saja bagi pak Harto," kata salah satu manajer hotel dengan 'bijak'.

Sedangkan penginapan biasa juga sudah penuh. Semua sudah dipakai para juru warta dari berbagai media. Juga banyaknya turis yang datang ke Solo makin menambah 'semarak' kota ini sejak diterjang Bengawan Solo beberapa saat lalu.

Pengusaha mobil juga menerima ekses dengan sakitnya pak Harto. Pemkab Karanganyar saat ini sudah menyiapkan 50 mobil guna menyambut para tamu, baik untuk pejabat pusat maupun kepala pemerintahan asing. Tentu saja argo penyewaan juga sudah mulai berjalan beberapa hari ini.

Bagaimana dengan pengusaha bunga?

Inilah bidang usaha yang pertama kali menerima dampak 'kehadiran' pak Harto di RSPP. Para pengusaha bunga di jalan Barito Jakarta kebanjiran order. "Omset kami memang melonjak. Banyak pejabat dan mantan pejabat yang memesan bunga. Tapi bunga dukacita belum ada yang memesan," kata salah satu pengusaha sambil tersenyum.

Tapi pemesan bunga di Solo lebih berani. "Sudah ada beberapa pesanan bunga dukacita," kata salah satu penjual bunga di Jl Slamet Riyadi, Solo. "Tapi pemesan wanti-wanti bunga hanya boleh dikirim kalau pak Harto sudah 'positif'," tambahnya. :)

Tidak ketinggalan adalah grup-grup tahlil.

Puluhan komunitas tahlil di Solo dan sekitarnya hari-hari ini dibuat 'sibuk'. Mereka diminta untuk selalu stand-by baik di nDalem Kalitan maupun di makam Astana Giribangun. NDalem Kalitan adalah rumah yang dibeli Pak Harto tahun 1970-an dari Gusti Ratu Alit, putri Susuhunan Pakoeboewono XI. Saat ini yang jadi raja di Kraton Solo adalah Susuhunan Pakoeboewono XIII.

Siang-malam perkumpulan-perkumpulan tahlil ini selalu membacakan Surat Yasin, Al-Ikhlas, Tahlil, Tahmid, dan doa-doa lain untuk kesembuhan pak Harto. Tentu saja mereka semua tidak kenal lelah mengerjakan permintaan keluarga besar ini karena mereka juga mendapat 'penghargaan' yang memang pastas... tas.

Dan terakhir, ahli kebatinan yang jago utak-atik gathuk pun sigap memberi tafsir fenomena Solo di balik pak Harto.

Banjir bandang yang melanda Solo pertama kali terjadi tahun 1966. Saat itu pak Harto sedang 'terbit'. Nah banjir besar kembali melanda Solo akhir 2007 mengiringi pak Harto yang sedang menjemput 'ufuk barat'....

ah, ada-ada saja.

* maaf kepada Ian Fleming's From Russia With Love

2 komentar:

  1. Pak Abduh,

    Kehidupan ini selalu punya keseimbangan, antara yang positif dengan yang negatif. Pada saat seseorang sedang naik, maka pada saat itu ada yang jatuh, pada saat ada yang jatuh, maka ada yang naik. Ini sudah merupakan hukum alam.

    Kita sebagai pelaku, tentu perlu kebijakan untuk menghadapi semua fenomena ini dengan bersikap positif, walaupun pada saat tersebut ada orang yang jatuh.

    Wassalam,
    Syamsul

    BalasHapus
  2. sedih.. bingung.. kesian.. males... cape...

    kalo dimaafkan sepertinya dari dulu saya memaafkan hehe

    tapi banyak juga yang benci

    seperti saat saya membahas ini dengan supir taksi :)

    gimana dong? :)

    BalasHapus