Rabu, 13 Februari 2008

Nyopir dan Ilmu Nyopir


Alkisah, ada sebuah cerita dari sahabat teman saya. Dia sangat ingin bisa mengemudikan mobil. "Saya malu sama calon mertua karena ketika dimintai tolong mengantar beliau pakai mobil, saya tidak bisa nyopir," katanya menerangkan motivasinya belajar nyopir.

"Akhirnya calon mertua yang mengemudi. Jadinya saya kelihatan seperti bos yang punya sopir," katanya tertawa mengenang pengalamannya. Dan sejak saat itu dia bertekad bisa 'membawa' mobil, apapun resikonya.

Masalah resiko ini ternyata dia termasuk orang yang kurang berani ambil resiko. "Kalau saya langsung ambil mobil saya yakin bisa jalan. Tapi kalau ada masalah, misalnya harus rem tapi ternyata yang saya injak gas, gimana?" alasannya takut belajar nyopir sendiri. Sebuah alasan yang wajar dan masuk akal. Memang sangat berisiko kalau salah injak. Harusnya injak rem tapi ternyata gas yang terinjak...

Akhirnya dia memutuskan ikut kursus mengemudi mobil. Ada pelatih yang selalu mendampingi. Ada orang yang akan mengingatkan kalau harus injak kopling, rem, gas, tengok kanan-kiri, dan sebagainya.

Dia datang ke salah satu lembaga kursus mengemudi mobil. Kantornya sangat bagus, keren, para pegawainya sangat rapi. Dia sangat yakin kalau ini adalah lembaga kursus mengemudi yang bagus. Tanpa pikir panjang dia memutuskan mandaftar di sana.

Keyakinannya bertambah ketika dia menerima paket panduan langkap cara mengemudi yang bagus. Di panduan itu ada penjelasan yang sangat lengkap dan rinci tata cara mengemudi. Selain menerima buku dia juga mendapat kuliah tata cara mengemudi yang bagus, aman, nyaman. 'Dosen' yang mengajarkan mengemudi memberi panduan yang rinci bagaimana cara mengemudi, mulai dari menghidupkan mobil, posisi duduk, posisi gigi, posisi kaki mana yang injak rem, kaki mana yang injak kopling, kapan ngegas, kapan ngerem, dan sebagainya.

Panduan itu memang sangat rinci karena juga menerangkan berapa tekanan kaki yang pas ketika melepas kopling, ketika menginjak gas. Juga diterangkan beberapa problem solving kalau ada masalah seperti, bagaimana kalau di depan ada mobil lain, bagaimana menghindari bajaj yang tidak juga menepi padahal sudah diklakson, dan lain-lain.

Tiga bulan kemudian dia dinyatakan lulus kursus mengemudi mobil. Sebelum dinyatakan lulus dia diberi sedikit pelajaran 'praktek' tata cara mengemudi. Ilmunya sempurna. Semua teori sudah dilahap. Semua panduan sudah dihafal.

Tapi masalah besar ternyata timbul ketika pada suatu hari dia tiba-tiba diminta sang camer untuk membawa mobil. Dia bingung apa yang harus dilakukan ketika sudah duduk manis di belakang kemudi. Blank, tiba-tiba tangannya kaku, pikirannya bingung. Semua teori yang sudah dicerna dengan bagus tiba-tiba lenyap....

Kesal dengan skill nya yang tidak juga membaik, dia memutuskan masuk lagi kursus mengemudi mobil. Tapi kali ini dia datang ke tempat kursus yang lain. Alangkah kegetnya ketika dia bertemu dengan 'dosennya'. Tanpa banyak berkata sang 'dosen' meminta dia langsung duduk di belakang kemudi. Saat itu juga dia dibimbing mulai dari menghidupkan mobil, injak kopling, masukkan gigi, injak gas, dan sebagainya.

"Tiba-tiba saya bisa nyopir," katanya antusias, meski jalannya masih ndut-ndutan. Dia juga tidak perlu ambil resiko besar karena ada pelatih yang mendampingi. Pelatih yang tahu apakah jalannya mobil sudah baik atau masih oleng...

1 komentar: