Kamis, 24 April 2008
'Penampakan'
Siang itu seorang laki-laki datang ke sebuah showroom mobil kelas atas di Jakarta. Dia hanya mengenakan pakaian biasa, sepatu sandal non mewah, dan cukup cuek dengan sekitarnya. Sang penjaga showroom pun dengan malas-malasan hanya melihat dari jauh. Dia tidak berusaha mendekati pria itu, apalagi melayani dengan semestinya.
Ketika sang 'tamu' hanya melihat-lihat, mengitari beberapa mobil, dan tidak ada yang berusaha melayani, dia pun pergi. Keluar dari showroom mobil mewah yang tak punya itikad melayani konsumen. Tapi sebelum pergi dia menghampiri resepsionis,
"Saya sebenarnya mau membeli mobil tapi karena tidak dilayani maka lebih baik saya pergi ke showroom yang lain saja."
Kontan seisi showroom kelabakan. Sang manajer pun buru-buru keluar ruangan. Alangkah kagetnya dia ketika yang dicuekin ternyata adalah Ebiet G. Ade.
Cerita ini memang hanya terputus di sini saja. Tidak diceritakan sanksi apa yang diterima para sales counter di showroom itu. Juga tidak diceritakan pembenahan apa yang dilakukan showroom itu untuk mengubah mindset para karyawannya.
Mindset atau pola pikir pengusaha adalah melayani. Dan karena kewajibannya adalah melayani maka tidak heran kalau penampilan wiraniaga haruslah punya nilai dan daya tarik yang membuat calon pelanggan merasa nyaman berada di sana.
Sedangkan konsumen, karena dilayani, maka kita tidak bisa dan tidak berhak komplain jika penampilan mereka sangat jauh dengan wiraniaga kita. Pelajarannya adalah jangan pernah meremehkan orang yang masuk ke tempat usaha kita bagaimana pun 'penampakannya'.
Dua minggu yang lalu saya bertemu dengan seseorang di kantor pusat Departemen Perdagangan. Penampilannya sangat tidak 'menjanjikan'. Yang dia bawa hanya lah sebuah hape biasa. Pakaiannya pun sangat bersahaja. Saat itu saya tidak memperhatikannya. Saya lebih tertarik dengan untuk ngobrol dengan yang lain.
Namun ketika meeting dimulai dan dia mulai berbicara di forum baru lah saya tahu kelas pria ini. Pengetahuannya yang sangat luas mengenai produk kerajinan yang pas untuk konsumen berbagai negara menunjukkan bahwa dia bukan sembarangan. Ternyata dia adalah pengusaha besar bidang craft/kerajinan. Produknya sudah merambah ke berbagai negara.
"Minggu depan saya mau ke Jepang, terus ke Hongkong, Cina, Paris, Milan," katanya kepada saya ketika dia saya 'kejar' selepas meeting.
"Ada acara apa pak?"
"Kita harus melakukan marketing intelligent sebelum membuat produk. Kita harus tahu produk apa saja yang dibutuhkan konsumen manca negara. Kita juga harus tahu tren desain yang akan datang," jawabnya.
"Bapak sering melakukan marketing intelligent?" tanya saya.
"Kerjaan saya sekarang cuma itu, mas. Jalan-jalan mencari ide."
Mencari ide ke Jepang, Hongkong, Italia, Perancis. Asik juga ya... ternyata saya sangat 'tertipu' dengan penampilannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar