Setelah dua hari diguyur hujan deras terus menerus, istri adik ipar saya punya firasat kurang baik. Dia kemudian meminta suaminya membawa dua anak mereka ke tempat nenek. Sedangkan anak bungsu tetap tinggal di rumah dengan ibunya.
Meski sudah puluhan tahun kawasan itu bebas banjir, tetapi lokasinya yang tidak jauh dari Bengawan Solo membuat ibu 3 anak ini khawatir. Dan ternyata perasaannya benar.
Tanggul Bengawan Solo jebol, tidak kuat menahan arus air yang begitu deras. Dari pengeras suara di masjid diumumkan bahwa sebentar lagi banjir. Semua diminta waspada. Tetapi karena derasnya hujan, pengumuman itu kurang efektif.
Dan banjir pun datang dengan sangat cepat. Mula-mula se mata kaki, betis, dengkul, paha, dan dada. Semua hanya berlangsung dalam hitungan menit. Istri adik ipar saya pun bergegas meninggalkan rumah hanya menggendong si bungsu. Dia ditolong abang becak yang mangkal dekat rumah.
Dan dalam hitungan menit pun air sudah mencapai langit-langit rumah. Tidak ada harta yang bisa diselamatkan. Semua habis, ludes. Semua barang dagangan yang sudah siap dikirim ke beberapa kota tidak selamat. Semua catatan bisnis, cek, uang tunai, komputer, motor, barang elektronik tidak bersisa. Mirip Tsunami tapi lebih lambat kejadiannya. Alhamdulillah tidak ada kurban jiwa.
"Saya tidak bisa bayangkan apa yang terjadi kalau dua anak saya belum diungsikan. Tidak mungkin saya bisa membawa 3 anak sekaligus mengarungi banjir," ceritanya sambil terus menangis. Dia menangis bukan karena kehilangan harta tapi lebih pada rasa 'sukur' karena dua anaknya sudah diungsikan lebih dulu.
Adik ipar saya, yang selama ini menjadi suplier utama saya, baik untuk batik maupun busana limited edition, terpaksa berhenti beroperasi. Saya pun juga harus menghadapi realita ini.
Bagaimana dengan produk kerajinan batik?
Setelah puluhan kali gagal menghubungi sahabat saya, suplier utama yang telah banyak membantu, pagi ini saya berhasil ngontak nomer fleksinya. Tapi yang menjawab bukan sahabat saya.
"Bapaknya lagi ke pabrik. Dia kebanjiran. Bapak sedang membersihkan barang yang bisa diselamatkan," jawab seorang ibu, famili sahabat saya ini. Telepon GSM nya tidak selamat, nyemplung ke dalam air.
Dua tonggak saya kena musibah. Untuk sementara mereka berhenti beroperasi. Kini giliran saya yang harus bisa membantu mereka. Saya sudah ada rencana B. Mohon doanya semoga plan B ini mudah jalannya. Amin.