Ada pemandangan yang sedikit berbeda di RW 9 Kelurahan tetangga. Untung bukan di kelurahan saya. Beruntung lagi bukan di RW saya, meski RW saya kok ya kebetulan RW 9 juga.
Maklumat seperti foto di atas banyak sekali tersebar di berbagai tempat: di tembok pagar, rumah, pohon, tiang listrik, tiang telpon, masjid, lapangan, dan lain-lain.
Saya hanya mengira-ngira saja pasti ada sebab maklumat seperti ini bertebaran di mana-mana. Barangkali sebabnya adalah:
1. Sampah yang sudah rapi sering berantakan di bak sampah,
2. Barang yang dianggap masih berguna sering hilang,
3. Jemuran yang ditaruh di jalanan sering hilang,
4. Besi penutup got pernah hilang,
5. Besi tulang beton yang lupa dimasukkan ke dalam pagar rumah hilang,
6. Mainan anak yang masih berserakan di halaman beberapa kali hilang,
7. Sandal/sepatu yang 'diparkir' di pagar hilang,
8. Bekas wadah cat 20 kg yang dijadikan bak sampah hilang,
9. Selang air yang lupa dimasukkan ke dalam rumah hilang,
10. .... silahkan ditambahkan sendiri.
Dari beberapa sebab yang saya tuliskan saya yakin tidak semuanya benar. Mungkin yang benar hanya satu atau dua. Yang mengalami kehilangan mungkin juga hanya beberapa warga, tapi apesnya, warga yang dianggap 'penting' di RW itu. Dan akhirnya pengurus RW tidak mampu menghadapi desakan warganya supaya action, yakni memasang maklumat yang menjadikan pemulung sebagai warga yang harus menanggung dosa.
"Jakarta tidak usah pusing memikirkan sampah mereka. Serahkan semuanya pada kami. Semua pasti beres," kata pengurus paguyuban pemulung yang mengamati pusingnya Bang Yos saat itu memikirkan sampah DKI.
"Kami sebenarnya membantu pemerintah menangani sampah. Kami mampu menjadikan sampah menjadi barang yang berguna. Tapi mengapa kami dianggap sampah oleh warga?" keluh pengurus lain paguyuban pemulung.
"Kalau ada sampah warga yang berantakan, mereka selalu menuding, yang membuat berantakan kemungkinan adalah kucing, anjing, atau pemulung. Jadi kami ini disamakan dengan kucing dan anjing," kata pemulung yang lain.
Keputusan sudah diambil. Pemulung memikul dosa. Maklumat di pasang di berbagai sudut. Tiap hari seluruh warga RW 9 dan warga lain yang lewat di wilayah itu membaca maklumat itu. Dan kalau maklumat itu tiap hari terbaca oleh warga, tanpa disadari, akan masuk ke alam bawah sadar mereka bahwa pemulung adalah pendosa.
Kalau ini terjadi terus menerus, saya kok khawatir, akan terjadi LoA berjamaah. Bayangkan betapa kuatnya LoA itu kalau dilakukan secara bareng-bareng. Maka jangan heran kalau nanti di RW 9 akan terjadi masalah yang terus menerus dengan pemulung.
"Ah, pemikiran sampeyan dangkal banget. Analisis anda hiperbol, sangat didramatisir," kata tetangga saya yang jadi agen barang-barang kelontong.
"Eh, bisa jadi saya benar lho. Buktinya rumah saya aman-aman saja dengan pemulung. Mereka sering menyapa saya. Ada yang usianya 60 th lebih. Ada yang masih 14-an tahun. Mereka ramah-ramah kok..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar