Di kompleks tempat tinggal saya ada 4 warung sayur yang cukup komplit. Sebenarnya kalau dihitung mungkin ada 8 warung sayur di blok B kompleks rumah saya. Tapi menurut saya yang layak diamati ya cuma empat ini.
Yang pertama orang-orang menyebut dengan warung Bu Mul. Warung ini bukanya relatif paling siang dibanding dengan yang lain. Biasanya jam 6.00 Bu Mul dan suaminya menyiapkan dagangannya. Setelah selesai semuanya barulah Pak Mul pergi mengajar ke sekolah yang tidak jauh dari situ.
Meski bukanya paling siang tapi warung bu Mul termasuk paling ramai. Konsumennya biasanya ibu-ibu rumah tangga. Mungkin buka agak siang paling pas buat konsumen yang sengaja disasar Bu Mul. Karena segmennya ibu-ibu maka bu Mul berusaha membuat dagangannya sangat komplit. Semua ada meski dalam jumlah kecil. Jadi konsumen yang ingin membuat menu apapun bahannya selalu ada.
Pembelinya ternyata tidak hanya dari blok B tapi blok A juga ada. Bahkan penduduk luar kompleks tidak sedikit yang berbelanja di sini. "Komplit, orangnya ramah," kata pembeli blok A. "Komplit, suasananya nyaman. Padahal tempatnya biasa saja," komentar pembeli yang lain.
Kalau hari libur jangan harap masih kebagian yang diinginkan kalau kita datangnya agak siang. Sabtu-Minggu warung bu Mul selalu diserbu karyawati yang banyak kos di sekitar kompleks.
Tidak jauh dari bu Mul ada warung sayur milik pak RT. Warung ini bukanya paling pagi. Biasanya subuh sudah stand by. Warung ini juga cukup ramai. Dia punya pelanggan tetap, yaitu pada pecinta ikan. Spesialisasi warung pak RT memang ikan. Ikan apa pun ada. Meski pelanggannya tidak sebanyak bu Mul tapi karena harga ikan cukup tinggi, omsetnya mungkin tidak jauh dengan bu Mul.
Agak jauh dari tempat itu, dekat lapangan, ada warung sayur. Dagangannya komplit juga. Buka lebih pagi dari bu Mul. Punya pelanggan tetap karena segmennya RT 7 dan 8. Kalau bu Mul RT 3 & 4.
Tetapi akhir-akhir ini warung itu tampaknya mulai kesulitan 'nafas'. Makin hari makin sedikit barang yang dipajang. Aneh karena punya pelanggan tetap tapi mengapa bisa 'ngos-ngosan'?
"Terlalu banyak diutang. Banyak yang bayarnya sebualan sekali, itu pun sering tidak dibayar lunas," kata tetangga dekat warung itu.
Dan satu lagi adalah warung sayur yang letaknya di luar kompleks tapi banyak tetangganya yang memilih belanja di bu Mul. Barang dagangannya sebenarnya komplit. Warungnya cukup besar. Tempatnya luas. Mengapa jarang yang belanja di warung ini?
"Penjualnya kurang simpatik. Kalau kita jarang beli di situ, pelayanannya kurang enak. Mukanya selalu ditekuk," kata tetangganya yang memilih belanja di bu Mul.
Fenomena bu Mul cukup menarik. Barang dagangannya sama dengan warung lain. Dua warung cukup eksis, dua lainnya sedang 'menunggu hari'. Yang 'menunggu hari' punya masalah internal masing-masing: Yang satu tidak bisa mengelola piutang yang satu lagi karena faktor pemilik warung yang jarang senyum.
Adapun warung pak RT cukup cerdik. Meski dagangannya sama dengan bu Mul tapi dia mengambil niche penggemar ikan. Kebetulan di kompleks saya banyak warga yang berasal dari Palembang dan Medan, penduduk yang sangat gemar makan ikan. Jadi pak RT tidak bertarung secara frontal dengan bu Mul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar