Kamis, 17 Juli 2008

Fokus, Lah!


"Saya ingin cerita pak. Dulu saya kepingin buka usaha. Ada beberapa alternatif yang bisa saya ambil, yaitu jualan telur, jualan oli, jualan memori komputer, atau jualan bahan bangunan," demikian seorang pendengar SmartFM bertanya kepada Andrie Wongso pada Senin pagi yang lalu.

"Andaikan saya jualan telur, setelah dihitung-hitung dengan cermat, perhari saya bisa dapat laba Rp 100-an ribu. Kalau jual oli, setelah dihitung-hitung, perhari profit saya bisa mencapai lebih Rp 200 ribu. Kalau saya main di memori, setelah dihitung-hitung, perhari paling banter saya bisa bawa pulang Rp 150 ribu. Tapi kalau saya main di bahan bangunan profitnya bisa lebih besar lagi."

Sebelum Andrie Wongso memberi tanggapan, pria ini melanjutkan ceritanya.

"Ternyata setelah saya action hasilnya sangat di luar perhitungan. Pertama saya coba jual telur. Ketika saya ke pasar induk mendatangi para pedagang telur, hampir semua pedagang menjawab kalau mereka sudah punya langganan. Tidak ada pedagang yang belum punya supplier. Gagal, grounded.

Saya mencoba plan B, yaitu jualan oli. Hampir semua bengkel saya masuki. Jawabnya ternyata idem dito dengan pedagang telur. Semua bengkel sudah mempunyai langganan. Mereka semua sudah punya supplier. Gigit jari, balik kanan, pulang kalah.

Akhirnya saya coba main di memori. Ternyata sangat sedikit orang biasa yang membeli memori. Hanya pedagang atau service komputer yang biasa membeli memori. Dan mereka membeli memori ke toko yang sudah mereka kenal dengan baik. Artinya mereka semua sudah punya langganan. Sama saja, gagal maning gagal maning.

Tinggal bahan bangunan nih yang belum saya coba. Tapi saya sepertinya sudah hilang semangat. Apalagi ketika saya mengadakan survey kecil-kecilan tingkat persaingan toko bahan bangunan sudah sedemikian sengit...."

Itulah curhat seseorang kepada motivator nomor satu pada Senin pagi. Motivasi orang ini sebenarnya sangat tinggi. Dia sebenarnya punya sikap pantang menyerah. Gagal satu coba yang lain. 'Kalah' bertarung coba lagi dengan membuka 'medan' baru di area yang baru. Tapi ketika kegagalan terus menyertainya membuat mental sang pejuang ini menjadi kendor, nglokro, anjlok.

Saya setuju dengan jawaban yang diberikan nara sumber. Bahwa bisnis itu tidak hanya berani mencoba saja. Bisnis itu yang terpenting adalah menjaga sikap mental kita. Sikap mental untuk terus belajar dan berani fokus.

Apa yang dilakukan penanya sebenarnya sudah benar. Dia sudah berani action. Dia juga berani menanggung resiko ketika yang direncanakan tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Tapi ada satu kekurangan yang dia miliki, yaitu bahwa action selalu menghasilkan pelajaran-pelajaran baru yang sama sekali di luar perkiraan. Hitung-hitungan di atas kertasnya sangat ideal tapi kenyataan di lapangan ternyata sangat berbeda.

"Untuk mencapai sukses pasti banyak halangan yang menghadang. Tidak ada kesuksesan tanpa halangan, rintangan, hambatan, gangguan. Anda harus punya sikap mental bahwa masalah apapun harus bisa diatasi. Halangan sebesar apapun mesti bisa dilewati. Dan ini hanya bisa dilakukan kalau anda fokus dengan pilihan anda," kata Andrie Wongso

"Pilihlah bidang yang disukai lalu cobalah untuk fokus di sana. Jangan mudah pindah haluan kalau ada masalah yang menghadang anda. Kalau anda gampang pindah haluan, percayalah, di sana juga banyak masalah. Kalau anda fokus maka pasti anda bisa menguasai masalah itu," tambah AW.

Semua merek terkenal di dunia tidak muncul dengan sendirinya. Produk bermerek itu dibangun dengan fokus yang luar biasa oleh para founder-nya. Memelihara fokus pun juga perlu waktu dan ujian yang berat. Pasti sangat banyak godaan yang dialami supaya keluar dari fokus. Tapi merek-merek yang mendunia itu sudah membuktikan bahwa tetap fokus adalah yang terbaik.

Jadi kalau sudah pilih batik, ya tetaplah di batik, meski harus kolaps 5 bulan karena kebanjiran.... Loh, kok malah curhat sendiri... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar