Kamis, 13 Desember 2007

Kerikil

Belum lama ini Transparansi International Indonesia (TII) mempublikasikan surveynya. Hasil surveynya menunjukkan bahwa lembaga paling korup di Indonesia adalah Kepolisian, disusul lembaga peradilan, Parlemen, dan partai politik.

Kontan saja hasil penelitian ini membuat Polri berang dan marah-marah. Dalam Today's Dialogue di MetroTV Selasa malam yang menghadirkan T. Mulya Lubis sebagai perwakilan dari TII dan Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Sisno Adiwinoto, Polri tidak menyembunyikan kemarahannya.

Bisa dimaklumi kalau Polri marah dengan hasil survey TII. Selama ini sudah banyak yang dilakukan korps baju coklat ini untuk memperbaiki diri. Banyaknya kasus illegal logging yang dibongkar, tidak sedikit mantan petinggi Polri yang ditahan, bagaimana aparat Polri dalam menangani demo di berbagai daerah, adalah bukti bahwa Polisi sekarang memang sudah berubah. Kini, Polri memang sudah oke.

Kalau begitu apa yang menyebabkan hasil survey masih menempatkan Polri sebagai lembaga paling korup? "Daily business yang kita teliti. Kita meneliti persepsi masyarakat tentang peranan Polisi sehari-hari. Bagaimana kalau polisi menilang, memberhentikan angkot, dll," kata T. Mulya Lubis. "Jadi memang hanya daily business, kejadian sehari-hari yang ditemui masyarakat yang disurvey."

Menurut situsnya, TII sendiri adalah cabang dari Transparency International (TI). TI merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang memfokuskan diri melawan korupsi dengan menyertakan seluruh masyarakat ke dalam sebuah koalisi international yang kuat dalam rangka membasmi efek buruk dari korupsi yang berimbas kepada kaum lelaki, perempuan dan anak-anak di seluruh dunia. Misi utama dari TI adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan yang bersih dari praktik korupsi.

Transparency International berpusat di Berlin dan mempunyai cabang di lebih dari 90 negara.

Ternyata upaya keras Polri memperbaiki diri kurang direspon positif masyarakat. Secara internal saya yakin Polri sudah banyak berubah. Banyak hal besar yang sudah dilakukan. Tetapi ternyata ada hal kecil, hal 'sepele' yang rupanya luput dari perhatian.

Masalah 'sepele' inilah ternyata yang selama ini menjadi 'kerikil dalam kaos kaki' Polri. 'Kerikil' yang menyebabkan lembaga ini masih dinilai buruk oleh masyarakat. 'Kerikil' inilah yang membuat kita 'jatuh'.

Bagi seorang pemanjat gunung profesional, yang paling ditakuti ternyata bukanlah ganasnya medan yang harus dilalui, tetapi 'cuma' sebutir kerikil yang nyangkut di kaos kakinya. Sebutir kerikil ini ternyata mampu menghentikan langkahnya mencapai puncak.

Batu sebesar gunung yang terlihat, akan kita hindari atau kita daki, tetapi sering kita tidak melihat dan menyadari bahayanya sebuah kerikil kecil yang mampu membuat kita terpeleset lalu jatuh.

'Kerikil' kecil itu adalah cara berpakaian, cara berbicara, bagaimana kita mengkritik orang lain, bagaimana cara kita mendengarkan orang lain, dan lain-lain

2 komentar:

  1. Paling senang kalau baca tulisan Sang Raja Batik.

    Tulisan bergaya Infotainment, ringan, gamblang, dan menyenangkan. Bikin orang kerasan berlama-lama membaca disini...

    Termasuk saya sendiri.

    Salut buat Sang Raja Batik... Milyarder Jawa!

    Salam buat keluarga,
    Wuryanano

    BalasHapus
  2. memang bener sih polisi akhir2 ini ada prestasinya, tapi coba lihat langsung di lapangan, makin banyak yang lebih memikirkan dapat uang daripada tugas, sampai2 lupa kalau mereka adalah polisi yg katanya pengayom...............contoh kasus :.........lihat suasana Soekarno hatta

    BalasHapus