Selasa, 18 Desember 2007

Konsekuensi


"Selamat pagi bu. Benarkah ibu kakak iparnya Rusman yang dari Brebes? Dia memberi saya nomor ini kalau ingin ketemu dengan Rusman," Demikian bunyi sms yang mampir di ponsel istri saya pagi ini.

Sms yang dikirim oleh seorang wanita ini kelihatannya sangat penting. Istri saya pun menjawabnya, "Bukan mbak. Panggilan saya memang iis tapi saya bukan kakak ipar Rusman. Hati-hati ya mbak dengan pengakuan orang."

"Hubungan kami sudah 2 tahun. Selama ini kami sudah saling curhat. Kami sudah saling memahami masing-masing. Memang sih kami belum pernah ketemu. Komunikasi kami hanya lewat internet," balas Ina (sebut saja begitu).

Dari jawaban Ina, istri saya baru tahu kalau selama ini dua sejoli tersebut menjalin hubungan hanya via chatting. Nomor ponsel Ina menunjukkan kalau saat ini dia tinggal di Hongkong. Akhirnya istri saya harus menjelaskan bagaimana si 'Rusman' bisa menemukan nomor ponselnya dan mencatut nama istri saya untuk mengelabui 'pacar' dunia maya-nya. Setelah agak lama sms-an akhirnya Ina bisa mengerti. Nomor ponsel istri saya memang terbuka karena untuk keperluan promosi.

Membuka nomor pribadi untuk keperluan promosi memang mengandung konsekuensi. Dulu pernah dicoba kalau ada telpon masuk yang menerima bukan istri saya, tetapi tidak sedikit konsumen yang lebih sreg kalau bisa berbicara langsung dengan si 'bos'. Akhirnya diputuskan lebih baik diterima langsung saja. Kalau masalah pengiriman memang dilakukan oleh orang lain.

Kisah Ina hanyalah salah satu dari sekian cerita yang dialami kalau kita memutuskan untuk membuka nomor ponsel kita. Pernah terjadi beberapa hari berturut-turut tengah malam ada telepon masuk. Karena kami yakin itu telepon iseng, kami diamkan saja. Akhirnya berhenti dengan sendirinya.

Tidak jarang ada sms yang masuk. Isinya menawarkan 'jasa' plus dari seorang laki-laki kekar, atletis, bisa jaga rahasia, memuaskan. Kami hanya menduga mungkin dari perusahaan jasa satpam karena kriteria satpam kan seperti itu: kekar, atletis, bisa jaga rahasia, memuaskan. Karena kami belum perlu satpam, 'penawaran' itu pun kami diamkan saja. :)

Dan hampir tiap hari ada saja sms iklan yang masuk. Mereka menawarkan diri mulai dari investasi, mlm, pasang iklan di berbagai media, sampai iklan jamu kuat. Juga banyak telepon masuk yang menawarkan berbagai produk investasi.

Kadang-kadang kami merasa terganggu juga dengan sms maupun telepon yang tidak dikehendaki. Namun apapun pilihannya semua mengandung konsekuensi. Kalau diprosentase sebenarnya sms maupun telepon yang tidak dikehendaki jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan sms/ telepon yang serius.

Jadi di manapun medannya pasti ada sekelompok kecil parasit. Kelompok terbesar adalah terdiri dari orang baik-baik yang memang mencari sesuatu yang baik juga.

1 komentar:

  1. Salam kenal Pak Abduh.

    Yang seperti itu masuk kategori spam Pak. Seperti di email kita juga mengenal spam email, di ponsel juga bakal makin banyak spam sms.

    Kalau pengalaman saya yg banyak justru telpon dr sales.

    Thanks & rgds,
    Agus Suhanto
    http://SUHANTO.blogspot.com
    081-SUHANTO

    BalasHapus