Pagi hari 28 Januari 1986 seluruh dunia sudah siap menyaksikan detik-detik peluncuran pesawat ulang alik Challenger.
Misi penerbangan ini sebenarnya sudah direncanakan berangkat pada tanggal 22 Januari 1986. Namun karena berbagai hal antara lain karena kerusakan teknis dan cuaca, peluncuran harus diundur beberapa kali hingga tanggal 28 Januari 1986.
Rencana utama misi ini ialah meluncurkan satelit komunikasi TDRS-2. Selain itu dengan beberapa instrumen Komet Halley yang pada waktu itu mendekat bumi juga akan diobservasi. Lalu sebagai salah satu puncak utama misi ini, Sharon Christa McAullife, seorang warga sipil yang berprofesi sebagai guru sekolah menengah, akan mengajar beberapa hal kepada para murid di seluruh dunia.
Ternyata yang terjadi kemudian adalah sebuah petaka besar yang sama sekali di luar perhitungan. Persis 73 detik setelah peluncuran, pesawat ulang-alik beserta 7 awaknya meledak pada ketinggian sekitar 15 sampai 16 kilometer.
Dunia kaget. Para ahli Nasa lebih kaget lagi. Peluncuran ulang alik ini bukanlah yang pertama kali tapi yang ke-25 kali. Selama ini semua lancar dan aman-aman saja. Dan ketika ilmuwan merasa yakin bahwa penerbangan ulang alik sangat aman, terjadilah musibah ini.
Mike Tyson punya kisah juga. Pada akhir tahun 80-an namanya sangat dikenal seantero jagat. Dalam 19 penampilan pertamanya di ring tinju professional, Mike Tyson mengalahkan lawan-lawannya maksimal dalam 6 ronde, dan 12 di antaranya diKO pada ronde ke-1. Muncul asumsi bahwa dalam sepuluh tahun ke depan akan sulit menemukan lawan sepadan buat Mike Tyson di planet ini.
Namun siapa sangka pada tanggal 11 Februari 1990 di Tokyo, Mike Tyson bisa dijungkalkan James "Buster" Douglas, petinju yang tidak dilirik sebelah mata pun oleh pasar taruhan (42-1 untuk Tyson). Dalam 35 detik di ronde ke-10 untuk pertama kalinya Tyson mencium kanvas dan kehilangan gelar. Tidak ada yang percaya dengan apa yang terjadi. Tapi realitas berbicara lain.
Sebelum bertanding dengan Douglas, Tyson sudah berani menanda-tangani kontrak untuk bertanding dengan lawan berikutnya. Mengapa Tyson berani teken kontrak untuk pertandingan berikutnya? Karena dia amat sangat yakin bahwa Douglas adalah 'ayam sayur' yang mudah dijungkalkan. Terlalu yakin membuat dia kehilangan semuanya.
Di dunia balap mobil F1 kejadian yang hampir mirip dialami oleh Lewis Hamilton. Di pertandingan terakhir di Brasil, pertandingan penentuan juara dunia F1, Hamilton sebenarnya cukup finis di urutan 5 saja. Finis nomor 5 sudah bisa membuat dia jadi juara dunia F1 yang baru.
Tapi karena terlalu yakin dan mungkin menganggap mudah balapan terakhir ini, membuat dia lengah. Kesalahan fatal yang dibuat tidak seharusnya dia lakukan sebagai pembalap profesional calon juara dunia. Hamilton salah memencet tombol yang ada di kemudi. Tangannya 'terpeleset' memencet tombol netral. Akibatnya mobilnya melambat. Dia kehilangan posisi sangat signifikan. Dan gagal jadi juara dunia F1. Gagal pula mengukir sejarah.
Kesebelasan Inggris mungkin juga demikian. Pada pertandingannya dengan Kroasia sebenarnya Inggris cukup bermain imbang untuk bisa lolos di putaran Piala Eropa 2008. Pertandingan yang sebenarnya 'mudah' mengingat Inggris diunggulkan. Ternyata pada menit-menit akhir dia kebobolan. Kalah selisih satu gol membuat 'Three Lions' ini harus mengubur keinginannya masuk kesebelesan elit Eropa 2008.
Terlalu yakin memang sering membuat kita lengah.
"Kalau bagitu bagaimana cara kita membedakan apakah ini LoA, optimis, pesimis, atau terlalu yakin?"
"Untuk tahu itu semua perlu flying watch (kata Thukul)," jawab pak Agus Ali...
Pernah temen saya bilang, uji diri lo sampai sejauh mana kemampuan kamu. Ada lagi temen saya yang lain bilang, jangan jadi sok pahlawan lah. kaya'nya agak ngebingungin antara ke-2 pendapat itu. Yang satu pengennya saya bekerja semaksimal dan yang satu lagi pengennya lebih ke rasional diri sendiri. Kalo diliat sepintas mungkin ngebingungin. Tapi klo lo coba ngertiin ke-2 pendapat itu keduanya harus disambung. Kita bisa tahu sebatas mana kemampuan kita, kalo sudah mencoba sesuatu yang bener2 enggak bisa. Tapi dengan syarat, jangan sampai merugikan orang lain sewaktu kita bilang sudah gak bisa nih'. Nah..kan jelas rasionalnya. Kita musti mikir dulu secara keseluruhan, trus baru kita bilang 'sanggup atau tidak sanggup'. Pikirkan gimana efek samping dari perbuatan kita. Gimana klo kita tidak sanggup di tengah jalan.
BalasHapus