"Entrepreneur? Harus pak. Tapi nunggu keberanian. Nyalinya ciut banget," demikian tulisan pak Dhany di shout box saya hari ini.
"Teman saya seorang ibu rumah tangga yang jadi karyawati. Tiap hari harus berangkat pagi sekali. malam baru sampai di rumah lagi. Sekarang dia merasa capek. Ingin berhenti kerja. Tapi bingung.
Kalau berhenti kerja dia harus ngapain? Mau buka usaha bingung, usaha apa? Tabungannya nggak banyak. Ide bisnis belum punya. Kalau buka usaha lalu rugi gimana?... bla bla bla.
Saya minta saran teman-teman gimana jalan keluarnya. Kalau tidak kerja kan nggak punya uang. Mau minta duit terus terusan kepada suami malu. Kalau minta buat belanja sih nggak apa-apa, tapi kalau minta buat ke salon, misalnya, kan nggak enak ati...."
Demikian curhat salah seorang sahabat saya di sebuah milis yang saya ikuti. Ketika saya beri saran just do it, dia tambah bingung. Apanya yang harus di-do it-i?
Ketika saya katakan bahwa usaha itu perlu proses belajar, kadang 'memar' sedikit, atau 'lecet-lecet', dia malah ketakutan. "Kalau pakai 'memar' mending nggak deh," jawabnya.
Apa yang dikatakan sahabat saya maupun pak Dhany adalah realita. Sangat banyak orang yang ingin punya bisnis tapi masih belum punya nyali. Padahal kalau harus menunggu nyali, nyali itu tidak pernah datang kecuali terpaksa.
Meminta mereka membuat suasana terpaksa artifisial juga tidak mudah, karena kenyataannya mereka saat ini memang belum dalam suasana kepepet.
Akhirnya mereka saya beri saran yang cukup sederhana. Tidak banyak resiko tapi kalau dikerjakan dengan serius hasilnya bisa menakjubkan. Kalau ingin tahu silahkan Klik di sini....:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar