Rabu, 31 Oktober 2007

Undangan vs Macet

"Pak, besuk ada acara di rumah Pak Rosihan. Bisa datang kan, pak?" Demikian kira-kira ucapan Pak Eko June, lurah TDA dan tuan anjangsana, ketika menelepon saya pada Senin siang.

Tentu saja saya senang mendapat undangan tersebut. Terbayang di benak saya akan terjadi ajang sharing dan tukar pikiran di antara kita. Apa yang terjadi dengan bisnis kita selama Ramadhan dan Lebaran, kendala apa yang dihadapi, apakah omset sesuai yang diharapkan, masalah apa saja yang muncul, apa yang harus diperbaiki untuk menyambut Lebaran tahun depan, dan sebagainya.

Tapi antusiasme saya langsung berhadapan dengan bayangan Jakarta yang makin hari makin tidak nyaman. Kemacetan makin parah di mana-mana, banjir yang mulai mengancam seiring datangnya musim hujan. Kondisi ini otomatis menambah parahnya kemacetan jalanan di Jakarta. Ah, saya jadi pusing dengan bayangan sendiri.

Setelah menjadi TDA waktu saya jauh lebih banyak di Bekasi dan sekitarnya. Saya sendiri memang mengkondisikan untuk menghindari Jakarta pada hari-hari kerja. Jadi kalau ada acara di Jakarta ya diusahakan waktunya Sabtu atau Minggu. Sejak full TDA saya tidak lagi menjadi 'aktivis' kemacetan Jakarta.

Makin parahnya kemacetan di Jakarta adalah sebuah keniscayaan. Suatu hal yang pasti terjadi. Hitung-hitungannya jelas.

Menurut Pusat Data & Analisa Tempo jumlah kendaraan di Jakarta pada 2003 mencapai 6.506.244 unit. Tentu saja sekarang jauh lebih banyak lagi. Dari jumlah itu 98% adalah kendaraan pribadi dan 2% kendaraan umum. Dari total 17 juta orang yang melakukan perjalanan tiap hari kendaraan pribadi hanya mengangkut 49,7% orang. Sedangkan kendaraan umum yang hanya 2% mengangkut 50,3% orang. Dahsyat benar perbandingannya. Fantastik nian njomplangnya.

Kerugian sosial yang diderita masyarakat lebih dari 17,2 triliun per tahun akibat pemborosan nilai waktu dan biaya operasi kendaraan (terutama BBM). Belum lagi emisi gas buang diperkirakan sekitar 25.000 ton per tahun. Dampak pada tahap selanjutnya adalah menurunnya produktivitas ekonomi dan merosotnya kualitas hidup warga kota. Ingat, data ini adalah data pada 2003. Jadi bayangkan betapa parahnya kondisi pada 2007.

Tapi ketika mendapat undangan dari pak Rosihan, sang jawara ritel, dan bu Doris 'wonder women' Nasution, semua bayangan itu tiba-tiba hilang :)

1 komentar:

  1. Hahaha, wonder women nih julukan saya pak abduh. Gak cat women saja hehe.

    Btw, apa ya yang dilakukan pak abduh dirumah? Itu pertanyaan yang mantap sekali dari Pak Hadi kemarin. Saya lihat pak abduh sedang mengkoleksi artikel-2 tentang online marketing nih beberapa bulan terakhir ini.

    Siap-2 nih pakar Internet Marketing dari TDA akan segera meluncurrrr.

    Salam,
    Doris Nasution

    BalasHapus