Rabu, 28 November 2007

Oh... EMS !

Kali ini saya mau curhat saja masalah yang sedang saya hadapi.

Sahabat saya yang jadi ekspat di Houston adalah contoh nasionalisme action. Tanpa banyak berwacana, sahabat saya ini kalau ke kantor sering mengenakan kemeja batik.

Batik adalah produk budaya Indonesia. Batik mempunyai nilai seni yang tinggi. Dan hanya orang-orang yang punya cita rasa seni tinggi lah yang bisa menghargai karya budaya ini. Dan produk budaya adalah produk yang amat sangat susah ditiru oleh bangsa lain. Maka ketika produk lain resah dengan membanjirnya produk Cina, saya merasa aman-aman saja.

Fokus pada produk budaya (bukan hanya batik) bukan masalah sederhana. Perlu daya tahan yang ekstra keras. Sama sekali tidak ada jalan instan mendapatkan profit bagus dari produk budaya. Perlu investasi waktu yang besaaar.... Apalagi Pemerintah kurang peduli dengan produk budaya. Maka wajar saja kalau Malaysia dengan sangat mudah selalu bisa mencuri produk-produk budaya kita.

Bulan lalu sahabat saya mengirim email, bos besarnya tertarik dengan kemeja batik yang sering dia kenakan. Pimpinan perusahaan minyak itu ingin membuat seragam karyawannya dengan kemeja motif batik. Sebuah berita yang sangat fantastik bagi saya. Sebuah peluang dengan nilai prestise yang begitu dahsyat!!!

Sampel pun kami siapkan. Kami pilihkan kemeja batik casual dengan pilihan bahan kelas I. Setelah melalui proses yang cukup panjang, karena bersamaan dengan libur Lebaran, akhirnya kami berhasil membuat dummy 3 pcs kemeja batik lengan pendek.

Tanggal 7 November 2007 saya kirim sampel tersebut ke Houston menggunakan jasa EMS milik PT Pos Indonesia.

Mulanya saya ragu menggunakan EMS. Maklum, PT Pos Indonesia adalah BUMN. Sebagaimana BUMN di Indonesia, mereka tidak punya jiwa kompetisi yang sehat. Terlalu lama dengan suasana nyaman yang mereka rasakan.

"Pakai EMS saja. Bagus kok. Tarifnya lebih murah pelayanannya sekarang sudah ok," kata teman saya.

Setelah mencoba cari informasi tentang EMS saya mulai agak percaya. Dalam webnya kita bisa melacak sampai di mana kiriman kita. Jadi dalam service tampaknya sudah mulai sejajar dengan perusahaan kurir semacam DHL, Fedex, TNT, dan sebagainya. Tarifnya, memang ada selisih yang cukup signifikan. Maka jadilah saya memakai EMS.

Apa yang terjadi?

Sampai sekarang paket saya belum ketahuan rimbanya. Ketika di trace pakai web cuma tercatat bahwa paket sudah berangkat dari bandara Soekarno Hatta tanggal 7 Nov 2007 jam 19.41.

Setelah itu paket ada di mana? Hanya Tuhan yang tahu.

Padahal menurut iklan, lama pengiriman antara 4 sampai 5 hari. Sudah beberapa kali saya menanyakan ke Cengkareng. Ternyata mereka tidak bisa melakukan yang lebih bagus dari yang saya lakukan.

"Kalau cuma melacak via web, dari dulu sudah saya lakukan pak," kata saya sedikit marah.

"Kami sudah mengirim ..... (saya tidak tahu istilahnya) ke USPS (US Portal Service) pak. Mudah-mudahan mereka cepat memberi balasan," jawab petugas di Bandara Cengkareng.

Tiap hari saya tanyakan ke Cengkareng. Jawabannya tidak berubah.

"Harga tidak bisa menipu pak," kata Pak Arief Setiabudi, member TDA di Bandung. "Kalau kita pakai DHL atau Fedex, kita bisa mengetahui tiap jam barang kita ada di mana..." tambah pak Arief.

Yah... saya hanya bisa menyesal mempercayakan BUMN untuk sebuah urusan yang sangat penting. Apalagi sahabat saya di Houston tanggal 30 Nov 3007 ini mulai cuti sebulan....

Lagi-lagi mental pegawai negara: loyo, malas, tidak kompetitif, tidak disiplin, layanan buruk, .... :((

4 komentar:

  1. Pak Abduh, sangat memaklumi kekecewaan yang Bapak rasakan. Apalagi peluang besar sudah didepan mata. Profesionalitas dan totalitas yang kita upayakan akhirnya harus tergadai karena keacuhan beberapa pihak dari EMS.

    Saya pribadi untuk jasa pengiriman paket Parcel ke LN beberapa kali menggunakan jasa EMS.

    Sejauh ini, beberapa kali keep in touch dengan EMS untuk urusan tanya rate dsb, saya belum pernah mengalami masalah berarti. Sangat helpfull.

    Untuk peluang, mungkin teman Pak Abduh bisa diapproach kembali setelah masa liburannya Pak. Berjuang kembali.

    Sukses Pak,
    Eka
    http://www.pernik-unikdiary.blogspot.com

    BalasHapus
  2. pak abduh. saya sangat mengerti kekesalan bapak.
    saya juga begitu, saya import barang dari luar negeri. padahal saya tracking di web, barang tersebut sudah sampai indonesia dari tanggal 14 juni. namun sampai sekarang belum ada pihak pos indonesia yang mengabari saya.

    saya coba tanya telpon mereka ke 108, namun tidak dijawab juga.

    Belum lagi pemerasan yang mereka lakukan ketika kita import barang dari luar. Mereka bebrohong soal pajak yang seharusnya ditanggung oleh penerima. Alhasil, kita harus membayara pajak berlipat-lipat lebih besar.

    Setelah ini, saya tidak akan eprnaha menggunakan jasa EMS lagi. Bukan EMS nya yang salah, tapi para karyawan indonesia nya yang bermoral bobrok.

    BalasHapus
  3. Di kantor pos Tebet Barat ada oknum layanan EMS (Bpk Parno) yang suka naikin ongkos sembarangan tuh. Caranya, berat paket sengaja dinaikkan misalnya dari 240rb ke 260rb (tarif diatas 250g lebih mahal dibandingkan dibawah 250g). Kalo di komplain, dia berkilah dollar sudah naik. Padahal sy tahu persis timbangannya tidak segitu, karena sy sendiri nimbang di rumah. Tentu saja sy harus membayar lebih dari seharusnya, tidak sesuai dgn tarif resmi EMS yg ada di www.posindonesia.co.id itu. Selisihnya tidak tanggung2x, bisa Rp 100rb s/d 200rb an per paket. Bayangkan berapa keuntungan Pak Parno dgn modus kayak gini. Korupsi model begini udah lama terjadi dan tampaknya Pak Parno ini bisa survive karena hingga saat ini tidak ada customer yg seteliti seperti saya (crosscheck berat dan tarif dgn tabel yg ada).

    BalasHapus
  4. Laporkan saja hal ini jika menemukan tindak penyelewengan pada BUMN. Pasti di usut hingga akar2nya...

    Buka website : www.kpk.go.id

    BalasHapus