Selasa, 19 Juni 2007

Bisnis itu "Hanya lah" Soal Settingan


Tadi malam di JakTV jam 22.00 ada acara Beyond Marketing yang dibawakan oleh Hermawan Kartajaya. Sebagai bintang tamu adalah Kemal E Gani, Pemimpin Umum/Pemred Majalah SWA. Di acara tersebut banyak dibahas bagaimana cara majalah SWA mempertahankan posisinya dan apa yang dilakukan majalah ini menghadapi kompetitor.

Yang cukup menarik adalah majalah yang positioningnya "Di Mana Bisnis Bergerak" ini ternyata pernah kelimpungan menghadapi perubahan zaman. Tidak hanya kelimpungan tapi juga mengalami kerugian selama setahun penuh (1998-1999).

Diakui Kemal, majalah SWA cukup tenang sebagai pemimpin pasar majalah bisnis ketika Pak Harto masih berkuasa. Cukup sulit bagi kompetitor untuk mengejar SWA. "Kalau pun ada investor besar yang mau masuk juga susah karena ada aturan SIUPP," kata Kemal melihat persaingan saat itu. Pokoknya SWA anteng sebagai pemimpin pasar. Settingan majalah SWA sudah pas saat itu.

Tiba2 zaman berubah. Pak Harto lengser. Demokrasi dibuka. Semua orang bebas untuk bicara apa saja. Tidak hanya itu, dollar melambung tak terkendali. Tiba2 semua barang impor naik berlipat-lipat. Hampir semua bisnis merasakan pukulan yg sangat hebat. "Biaya operasional naik tajam, harga kertas meroket, iklan merosot drastis. Akibatnya kami merugi. Kami merugi setahun penuh," kata Kemal.

Ketika gonjang ganjing mereda, SWA mulai berbenah. Tapi ada yang berubah. Zaman sudah tidak sama lagi. Semua orang sudah bebas membuat media massa tanpa perlu SIUPP. "Kami sudah tidak bisa lagi memakai settingan lama," kata Kemal. Kompetitor bermunculan dengan aneka ciri khas masing-masing.

Hasil perubahan SWA sekarang bisa kita lihat. Setelah Pak Harto lengser SWA pernah terbit 3-mingguan (sebelumnya terbit bulanan). Uji coba ini ternyata kurang optimal. Sekarang SWA bisa kita lihat tiap dua minggu sekali. Tidak hanya itu, majalah ini juga membuat banyak majalah yg merupakan anak-anak SWA. Perubahan juga menyangkut konten. Dan masih banyak lagi...

Dalam bisnis, perubahan adalah keniscayaan. Settingan yang sudah pas utk satu kondisi belum tentu cocok untuk kondisi dan lokasi berbeda. Settingan memang harus terus di-update.

Contoh mudah bagaimana settingan sangat mempengaruhi output bisa dilihat kalau kita menonton lomba balap motor motoGP.

Kita semua tahu bagaimana jagonya Valentino Rossi (saudara "jauh" Valentino Dinsi) ketika di atas YZR-M1 Yamaha. Lima kali berturut-turut dia jadi juara dunia. Namun tahun 2006 dia harus menyerahkan mahkotanya kepada Nicky Hayden dari Repsol Honda. Bagaimana mungkin Rossi bisa kalah, ternyata hanya pada settingan ban yg kurang pas.

Tahun ini dia juga kerepotan menghadapi Casey Stoner dari tim Marlboro Ducati. settingan Motor Ducati cocok utk trek yang banyak jalan lurusnya. Maka ketika Rossi berlomba di sirkuit Montmello-Catalunya (Spanyol) dia harus mengakui keunggulan Stoner.

Tapi Rossi yg jago trek dengan banyak tikungan unggul di sirkuit Mugello Italia. settingan YZR-M1 Yamaha lebih pas dibanding settingan Desmosedici GP7 Ducati milik Stoner.

Bagaimana kalau terjadi hujan? Ternyata untuk kondisi trek basah Suzuki GSV-R800 yang ditunggangi Chris Vermeulen paling unggul. Pembalap Australia ini menjadi juara di sirkuit Le Mans, Perancis.

Jadi kalau kita sudah merasa pas dengan settingan bisnis kita saat ini, ada dua kemungkinan yg bisa diambil utk masa depan. Settingan selalu diubah sesuai perubahan waktu. Atau kalau kita tidak ingin mengubah settingan, maka kita harus mencari "trek" yang pas dengan settingan bisnis kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar