Jadi Juragan karena "Bodoh" di Sekolah
Maaf kepada pak komandan Faif karena saya mblirit nggak mengikuti acara2 waktu ke Solo. Banyak yg harus saya temui di Solo (nanti deh saya ceritakan).
Salah satu yg paling berkesan adalah ketika saya ketemu dengan teman sekelas SMA saya, Taufik namanya. Skg dia sudah jadi pengusaha yg cukup disegani. Produknya adalah kostum seragam kesebelasan.
Yang unik dari Taufik adalah dia sengaja TIDAK membikin kostum kesebelasan ngetop spt: MU, Arsenal, AC Milan dll. Dia hanya bikin kostum kesebelasan2 tingkat kelurahan.
Jangan salah! Meski hanya kesebelasan2 kelurahan, hitung saja berapa jumlah kelurahan di Solo, berapa jumlah kelurahan di Jateng, berapa jumlah kelurahan di Batam...dst. Alhasil ada ribuan kaos yg dia produksi dan semuanya PASTI terjual karena dia membuat hanya berdasarkan pesanan. Skg dia mengaku agak kewalahan melayani pesanan.
Berkat usahanya, tahun 2002 lalu dia sudah bisa menunaikan haji. Sebelumnya dia juga sudah menambah rumah (bukan menambah istri). Di mana kita pada tahun 2002? tentu saja masih didominasi otak kiri…
Waktu SMA Taufik adalah anak yg TIDAK berprestasi. Nilainya sangat pas-pasan. Bahkan waktu pengumuman kelulusan, dia sudah sangat siap untuk tidak lulus. Dia heran ternyata lulus. "Saya lulus mungkin gurunya sudah bosen melihat saya susah mencerna pelajaran. Dari pada menyusahkan lebih baik diluluskan saja hehe..." candanya mengomentari kenapa dia bisa lulus.
Karena menyadari "bodoh" dia sengaja tidak ikut ramai-ramai mendaftar di PT. Taufik
memutuskan langsung bekerja. Dia bercerita bagaimana harus jatuh bangun. Pernah beberapa kali ikut orang, bangkrut. Mencoba usaha sendiri, juga bangkrut. Pernah usahanya bagus ketika membuat kostum kesebelasan ternama tapi akhirnya harus bangkrut karena banyak dijiplak orang....
Saya sendiri terkesan dengan kekuatan mentalnya menghadapi berbagai cobaan. Dengan lancar dia menceritakan pengalamannya beberapa kali harus memulai lagi dari nol untuk bangkit kembali... Dia benar2 pengusaha "alami", belajar sendiri tanpa mengikuti berbagai seminar dan pelatihan.
Skg kalo harus menghitung yg rumit2 dia tinggal memanggil orang2 pinter (orang sekolahan katanya) yg bisa dikontrak utk menghitung. "Tinggal bayar mereka, beres," katanya. "Lho, kalo gitu siapa dong yg bodoh?" tanya saya. Dia hanya terkekeh....(14 Mei 2007)
RumahBatik: Ekspor, Siapa Takut?
Awalnya saya nggak ingin cerita, tapi setelah ingat Law of Attraction, saya jadi pingin sedikit cerita aja.
Berawal dari milad I TDA Februari kemarin. Pada acara itu tampil bicara di depan adalah putra Pak Haji (sesepuh TDA). Dalam salah satu kalimat yg diucapkan, dia berniat membuka bisnis mebel kayu di CIna.
Terus terang saya kaget. Kok keinginannya sangat pas dengan yg saya cari selama ini. Selama ini saya terus mencari peluang untuk pasar mebel/furnitur batik di manca negara. Berbagai upaya saya coba, termasuk berusaha menggandeng Chairil Maxum (internet marketer profesional) tapi hasilnya masih nihil.
Saya juga berusaha memasukkan produk furnitur batik di portal kondang luar negeri, hasilnya saya malah banyak mendapat surat dari orang2 yg mengaku punya ratusan ribu dollar yg ingin "dititipkan" ke saya. Banyak juga surat maupun telpon yg ingin mengajak kerjasama investasi...dll...dll....
Keinginan putra Pak Haji ibarat bola panas yg harus langsung ditangkap. Saya sempat ngobrol lama setelah acara milad selesai. Ternyata dia cukup tertarik dengan furnitur batik. Beberapa hari kemudian ketika saya kontak dia utk merealisasikan membuka pasar manca negara.... ternyata dia lupa dengan saya dan RumahBatik
Gleg... Saya harus menjelaskan dan mengingatkan lagi tentang pertemuan pertama kami. Alhamdulillah dia ingat lagi. Ternyata selama ini dia terlalu sibuk dengan kuliah dan bisnis di Cina shg lupa dengan soal di luar itu. Setelah itu saya tempel terus putra pak Haji. Saya mesti terus kontak dia hanya supaya dia tidak lupa dengan mebel batik. Bahkan ketika dia kembali ke Cina, saya mesti terus ngontak putra pak Haji.
Alhamdulillah, singkat cerita, tadi malam dia telpon saya dari Cina. Kami sudah bicara dan sedikit bicara teknis tentang pembuatan dan pengiriman barang ke Cina. Putra Pak Haji berniat ikut pameran mebel terbesar dunia di Guangzhou. Dia ingin furnitur batik dipamerkan di sana. Kami sudah sepakat dia yg akan membuka pasar ke Eropa dan sekitarnya....
Kami sudah menjalin aliansi strategis. The dream "nyaris" come true. Ekspor ke Cina sudah makin dekat.... mohon doanya ya...
N73 & Butik Nongkrong
Kali ini saya kok pingin cerita aja. Dan karena masih malu2 dan nggak enak rasanya, maka ceritanya saya postingkan di sini aja.
Sebelum gabung dengan komunitas TDA, saya termasuk yg heran dg diri sendiri, terutama kalau menghadiri acara yg ada door price-nya. Saya termasuk orang yg NGGAK bakat dapat door price. Apa pun acaranya saya nggak pernah dapat "hadiah pintu" itu.
Pernah dalam sebuah acara jumlah door price-nya mencapai 60-70% dari orang yg hadir. E... saya tetep NGGAK dapat door price itu. Akhirnya saya bicara pada diri sendiri, barangkali Allah memang tidak menghendaki saya mendapat rezeki "mudah" semacam itu. Akhirnya masalah door price pun hilang dari ingatan saya...
Tapi tiba2 saya dikagetkan oleh sebuah acara, yaitu talkshow dengan Pak Haji pada 22 Januari 2006. Saya kaget karena utk pertama kali dalam hidup saya itulah saya dapat door price, sebuah baju koko dari Manet yg desain dan warnanya sangat saya sukai. Kebetulan, baju dengan warna dan desain yg sama persis itu yang dipakai Pak Roni ketika difoto majalah SWA edisi 50 Enterprises kemarin... (kok bisa ya?) :-)
Saat pertama kali dapat door price itu saya sempat bicara sendiri, barangkali lewat komunitas inilah saya akan "menemukan" jalan ke arah mimpi saya...
Singkat cerita, setelah itu di berbagai acara saya hampir selalu dapat door price (saya juga heran kok bisa ya?).
Dan terakhir, saya dapat door price dari Summarecon Serpong. Nggak tanggung-tanggung, sebuah Nokia N73. Padahal door price-nya cuma satu, yg ikutan acara ada ratusan......:)))
Memang, ketika tahu door price-nya N73, saya dalam hati bilang, saya mesti yg dapetin hadiah itu. Alhamdulillah, benar! (power of mind? Maybe)
Sebelum dapat N73 ini, tidak ada member TDA yg hp-nya lebih murah dari punya saya, Motorola C115 (skg beli baru cuma 300 rb).
Masalah kios:
Sedih juga ketika memutuskan harus angkat kaki dari Mangga Dua dan pindah ke kios di pelosok yg lead-nya tidak bisa diharapkan sama sekali.
Saya sengaja memilih kios itu karena dekat dengan rumah, bangunannya bagus tapi murah bgt sewanya. Dekat toko kelontong, jadi kalo ada tamu mudah buat menjamu, tinggal ambilkan teh botol atau makanan2 lain dari kios sebelah. Nggak repot.
Saya sengaja pilih kios itu karena setting awalnya hanya utk gudang. Utk mengirim barang kalau ada pesanan dari luar kota. Makanya tidak memerlukan desain toko, tapi cukup dg desain gudang saja.
Sebelumnya kios itu sebenarnya sudah ada yg menyewa. Tapi saya dan istri kok hanya mantep dengan kios itu. Pernah survei ke beberapa kios yg lebih strategis dan lebih besar tapi hati ini tetep nggak sreg (dananya juga nggak sreg, hehe).
Karena hanya mantep pada kios itu, saya datangi yg punya dan berlagak nggak tahu kalo sudah ada yg nyewa, saya bilang kpd pemiliknya kalau saya mau nyewa kios itu. Si pemilik bilang kalau kios sudah dipakai adiknya...
Apa boleh buat... kami hanya bergumam, gimana ya caranya dapetin kios itu.....
Tanpa disangka sama sekali, beberapa hari kemudian sang pemilik mendatangi saya, "Pak, jadi nggak nyewa kiosnya?" Antara kaget dan nggak percaya saya langsung bilang "YA". "Lho, katanya sudah dipakai?", tanya saya. Dia menjawab kalau adiknya memutuskan pindah karena usahanya kurang menggembirakan.....
Pucuk dicita ulam tiba...
Ternyata setting gudang mendatangkan keberkahan (amin). Dengan lead yg sangat kecil, istri saya ternyata mampu meng-conversion rate-kan lead ini. Dengan jam buka hanya 9.30-12.00 dan 16.30-Manghrib, rata2 kios yg penampilannya bukan tandingan Mangga Dua ini omset hariannya bisa 5x (atau lebih besar) dari Mangga Dua (saya sendiri juga heran??).
Bisa dikatakan, calon konsumen yg bersedia masuk kios, seperti lalat yg masuk sarang laba2 :-). Pasti beli!
Utk pertama kalinya kios saya cash-flownya positif (setelah setahun penuh negatif terus di Mgg Dua). Tapi saya tidak menyesal gabung di M2. Buka di M2 telah mengasah mental kami bgmn harus menyikapi sebuah usaha, bagaimana kita harus selalu mencari solusi2 sebelum menemukan solusi pas yg kita inginkan.
Sekarang yg ada di pikiran saya adalah bgmn caranya memperbesar lead. Pelajaran dari Action Int'l sangat membantu utk memperbesar lead ini.
Satu lagi, saya masih mencari-cari celah utk pasar ekspor utk produk kerajinan dan seni furnitur batik. Mohon doanya......(14 Mar 2007)
Pak Abduh, According to Me
(tulisan Pak Roni, sang Jenderal Provokator TDA)
Membaca cerita bisnis Pak Abduh yang diliput oleh RCTI, saya tertarik Untuk mengomentari. Bukan untuk bisnisnya, tapi ke personnya, Pak Abduh. Pak Abduh ini adalah salah seorang Action Member TDA yang menurut saya adalah seorang pejuang tangguh. Kenapa? Tentu saya ada alasannya.
Pak Abduh yang juga adalah salah seorang founder TDA, saya kenal Pertama kali saat Talkshow pertama dengan Haji Ali. Waktu itu memang cukup heboh. Pesertanya cukup banyak sedangkan kapasitas ruangan terbatas. Pak Abduh adalah peserta last minute. Dalam emailnya, Pak Abduh meminta saya memasukkannya sebagai peserta meskipun tidak dapat tempat duduk. "Duduk di lantai pun saya mau pak", katanya.
Setelah mengikuti Talkshow, tawaran Pak Haji pun diambilnya. Akhirnya Pak Abduh bergabung dengan 11 alumni talkshow untuk membuka kios garment di ITC Mangga Dua. Ini adalah cikal bakalnya TDA.
Keadaan di ITC Mangga Dua cukup sulit. Beberapa usaha telah diupayakan,Tapi belum menggembirakan. Kios Pak Abduh sering tercecer dalam mengejar omset dibandingkan yang lainnya. Tapi, saya tidak pernah mendengar keluhan darinya. Pak Abduh selalu bersemangat dan memandang positif hal tersebut. Berbagai upaya dicobanya, termasuk dengan menambahkan kata-kata "tidak susut, tidak luntur" untuk meyakinkan calon pembeli batiknya. Sampai-sampai istilah ini menjadi anekdot di antara kami. "Pak, istilah tidak susut tidak lunturnya dipatenkan aja!" Atau, "Istilah tidak susut tidak lunturnya dibuat nama domain aja!" Begitulah. Tapi Pak Abduh selalu menjawabnya dengan senyum optimis. Oya, disamping menjual batik, Pak Abduh pun telah merintis bisnis Penjualan kaligrafi yang khusus dijualnya di pameran dan bazaar. Salah satu yang rutin diikutinya adalah bazaar di saat pelatihan ESQ-nya Ary Ginanjar. Penjualan kaligrafi ini menghasilkan cashflow yang cukup stabil bagi Pak Abduh.
Tanpa banyak cerita dan nyaris tak terdengar, Pak Abduh tiba-tiba mendeklarasikan status barunya sebagai full TDA. Ini cukup mengagetkan kami, mengingat Pak Abduh terkesan sebagai TDB yang cukup komitmen dalam pekerjaannya. Ya, Pak Abduh yang kalem itu juga adalah seorang yang tegas dalam mengambil keputusan.
Untuk menaikkan omsetnya, Pak Abduh melakukan berbagai cara. Mulai dari memasang iklan, melakukan aliansi strategis, ikut pameran dan sebagainya. Kadang-kadang saya sendiri kaget mendengarnya. Lho, kok tiba-tiba Pak Abduh sudah sampai di GKBI?
Dalam setiap pertemuan, saya tidak pernah mendengar sekali pun keluh kesah dari Pak Abduh. Padahal, kebanyakan kami adalah sebaliknya. Dan ternyata itu salah ya. Apa lagi setelah menonton film The Secret. Keluh kesah itu ternyata AMAT SANGAT BERBAHAYA bagi kemajuan kita.
Pak Abduh, saya pribadi menyampaikan bahwa anda adalah salah satu Inspirator saya. Saya banyak belajar dari semangat dan antusiasme Pak Abduh. Selamat dan sukses untuk Pak Abduh.
Salam FUUUNtastic!
Wassalam,
Roni (26 Jan 2007)
RumahBatik: RCTI, TransTV, O'Channel
Tadinya saya nggak ingin cerita tapi setelah dipikir sebaiknya diceritakan biar menambah motivasi saya dan bisa menambah akselerasi usaha.
Kira2 2 bulan lalu tiba2 saya ditelp RCTI. Mereka bilang sangat tertarik dengan meja catur batik dan berminat utk meliput proses pembuatannya dari awal sampai jadi. Saya kaget juga dari mana mereka tahu meja catur batik? Mereka bilang memang hunting barang2 unik utk ditayangkan di salah satu acara mereka. Bagi RCTI, katanya, meja catur batik adalah unik dan layak untuk diliput karena produk tsb unik dan satu2nya di Indonesia
Antara bangga dan nggak percaya, niat mereka tentu saja membuat saya senang. Bayangkan, diliput RCTI. Ternyata tidak mudah mencari waktu yg pas. Workshop kami ada di Solo. Dan wartawan RCTI tidak bisa hanya ke Solo saja lalu pulang. Liputan ke Solo harus dibarengi dengan liputan2 sejenis ke daerah sekitarnya spy efisien. Setelah tertunda dan tertunda beberapa kali akhirnya meja catur bisa diliput proses pembuatannya Desembar lalu. Memang, belum tahu mau ditayangkan kapan krn mereka harus membikin stok liputan brg2 unik, tapi mrk bilang pasti ditayangkan...
Ternyata dalam waktu yg hampir sama, saya juga ditelp oleh Good Morning-nya TransTV. Mereka bilang tertarik dengan meja catur batik dan pingin meliput. Tapi karena harus ke Solo mereka harus mengatur waktu yg pas spy liputan ke Solo dibarengi dg liputan2 di daerah sekitarnya, mirip spt RCTI.
Yang nggak nyangka, kok O'Channel juga nelpon dan bilang pingin meliput meja catur batik.... Tapi O'Channel punya kendala yg belum bisa diatasi. Mrk dg menyesal gak jadi meliput karena lokasi workshop di Solo, padahal liputan itu utk rubrik Profesi-Jakarta. Jadi pingin menayangkan tapi belum da rubriknya...(24 Jan 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar