
Sekali lagi, saya kesulitan menemukan padanan yang pas untuk Mletik. Kalau dalam kartun ada yang pas sekali untuk menggambarkan mletik ini. Mletik digambarkan dengan seseorang yang di atas kepalanya ada gambar lampunya, mak cling...
Secara garis besar mletik berarti munculnya ide kreatif karena adanya masalah yang dihadapi. Ternyata menjelang Lebaran ini banyak sekali masalah yang dihadapi masyarakat. Baik masyarakat yang bermaksud mudik maupun masyarakat yang memutuskan untuk tidak ke kampung halaman. Semua punya problem tahunan yang sulit dihindari. Masalah yang terjadi terus menerus setahun sekali.
Bagi yang memutuskan untuk silaturahim di kampung halaman pada Lebaran ini, masalah pertama yang muncul adalah rumah yang ditinggalkan. Rumah yang kosong tentu saja menjadi rawan. Kalau hanya bangunan rumah tentu saja tidak perlu dikhawatirkan. Tidak mungkin rumah bisa pindah ke tempat lain. Tapi bagaimana dengan kendaraan, home theatre, laptop, bahkan hewan peliharaan?
Di Cijantung ada yang mletik dengan membuka tempat penitipan kucing, anjing, dan hewan peliharaan lain selama mereka ditinggal tuannya ke kampung. Tempat penitipan hewan ini cukup profesional. Dijamin hewan Anda dirawat dengan sangat baik karena di tempat penitipan ini disediakan juga dokter hewan yang selalu stand by. Biaya penitipan bervariasi antara 30.000 sampai 150.000. Cukup murah kalau diukur dengan ketenangan batin Anda meninggalkan mereka.
Bagaimana dengan mobil dan kendaraan lain? Saya cukup salut dengan kesigapan Bapak-bapak di Polres Jakarta Barat. Mereka menyiapkan tempat untuk penitipan mobil selama ditinggal pemiliknya mudik. Anda tidak perlu khawatir karena banyak polisi yang jaga di sana :)
Bagaimana kalau Anda tidak sempat membeli oleh-oleh atau kelaparan di jalan? Jangan cemas, di sepanjang pantura, di sekitar Brebes bakal bertebaran bangunan-bangunan dari gedhek (anyaman bambu) yang hanya ada pas musim mudik. Mereka menjual telur asin kualitas bagus. Sang penjual mengaku selama musim mudik mereka bisa menghabiskan 1000-an telur per hari. Luar biasa. Untuk keperluan jualan telur mereka berani "inves" membangun "rumah" di pinggir jalan yang menghabiskan jutaan rupiah. Kalau musim Lebaran habis, bangunan itu pun juga habis, dibongkar.
Sekarang bagaimana dengan yang Lebaran di Jakarta. Mereka kehilangan pembantu karena semua ikut mudik merayakan Lebaran di kampung. Lebaran di kampung ini lah ajang untuk memanusiawikan diri. Mereka juga manusia, punya hati, pingin dihargai.
Bagi yang ditinggal pembantu, ada biro jasa yang khusus menyediakan pembantu saat Lebaran. Tentu saja pembantu khusus ini upahnya lebih tinggi dari pembantu reguler. Maklum, mereka sudah berkorban waktu berharga demi untuk bisa menyejahterakan keluarga.
Sebenarnya masih banyak masalah yang dihadapi berkaitan dengan Lebaran ini. Misalnya banyaknya restoran yang tutup, sedikitnya penjual sayur yang aktif, belum adanya penitipan rumah, dan sebagainya.
Memang, banyak masalah yang dihadapi masyarakat. Kalau kita berusaha untuk memberi solusi masalah yang dihadapi orang lain, ide bisnis sebenarnya tidak akan pernah mati...