Jumat, 14 September 2007

Berbagi

"Kebakaran Pasar Turi yang terjadi dua kali adalah disengaja," kata Kapolda Jawa Timur. Saya cukup kaget dengan berita yang dimuat di detik.com hari ini.

Jelas, pernyataan itu punya makna yang dalam. Pernyataan itu bukan keluar dari mulut para aktivis atau masyarakat yang curiga dengan peristiwa itu tapi keluar dari orang nomor satu di Kepolisian Jawa Timur. Artinya kita patut percaya bahwa kebakaran itu memang disengaja. Pasar Turi dibakar. Pusat grosir terbesar untuk Indonesia bagian timur itu ludes. "Tanah Abang"-nya Indonesia Bagian Timur dipaksa "tutup buku". Milyaran rupiah yang berputar tiap hari di pasar tersebut dihentikan paksa. Ribuan orang yang langsung atau tidak langsung mendapatkan nafkah dari pasar itu "ditutup" kran pendapatannya.

Angan-angan saya langsung melayang nggak karuan. Jangan-jangan Pasar Turi mau disulap jadi Pusat perbelanjaan mewah atau dijadikan bangunan lain yang tidak lagi berhubungan dengan masyarakat. "Jangan berprasangka buruk pak," kata pak Tri, tetangga saya ketika kami nongkrong sehabis Jum'atan.

"Berprasangka buruk sih nggak, pak. Tapi buat apa coba kalau Pasar Turi yang besar itu dibakar kalau bukan buat hal yang buruk?" balas saya.

Bangsa ini memang tidak pernah belajar dari sejarah. Kalau ingin meraih impian dengan cara membuat celaka orang lain hasilnya PASTI nista. Banyak contoh ada di depan mata kita. Berapa banyak pejabat yang mendapatkan uang dengan cara mencuri duit negara akhirnya nista. Mereka harus ditangkap KPK. Potret mereka tersebar di mana-mana dengan cap sebagai bandit.

Begitu pula dengan keluarga mereka. Anak cucu mereka berantakan karena dimanjakan dengan uang haram. Keturunannya tidak mendapatkan ketenteraman hidup karena selalu makan harta "panas". Yang lebih parah lagi bahkan ada yang mengakhiri hidupnya dengan jalan terjun dari lantai 56 Hotel Aston.

Padahal sekarang ini muncul kesadaran dimana-mana, kalau ingin rezekinya terbuka, maka bukalah rezeki orang lain. Kalau ingin jalannya dimudahkan, maka mudahkan lah jalan orang lain.

Filosofi "memberi" ini bahkan sekarang sudah diterapkan oleh perusahaan besar pembuat pesawat terbang, Boeing.

Kompas edisi Kamis kemarin menulis bagaimana bahagianya Boeing tahun ini karena berhasil menglahkan musuh bebuyutannya dari Eropa, Airbus. Tahun ini pesanan yang masuk ke Boeing lebih banyak 13 buah dibanding yang masuk ke Airbus. Dengan pesawat andalannya 787 Dreamliner Boeing mampu menekuk A-380 milik Airbus.

Hal ini bisa terjadi setelah Boeing mengubah sistem perakitannya dari top-down dan bagaimana maunya gua menjadi system integrator yang lebih kooperatif dan berbagi (sharing).

Andrie Wongso, Mario Teguh, Ustad Yusuf Mansur, Aa Gym semua menganjurkan, berilah kemuliaan kepada orang lain, angkatlah orang lain, pikirkanlah orang lain. Jangan hanya memikirkan diri sendiri.

"Kalau kita selalu memikirkan orang lain, memberi kemudahan orang lain, memuliakan orang lain, lalu kapan dong giliran kita memikirkan diri sendiri?" tanya Hilbram Dunar, sang presenter, kepada Mario Teguh Kamis malam 2 minggu lalu.

"Nggak usah. Kita nggak usah memikirkan diri sendiri. Itu urusan Tuhan. Tuhan tidak akan meleset memberi kemuliaan, kemudahan, dan jalan keluar kepada orang yang telah memuliakan orang lain..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar