Marah dan emosi adalah tabiat manusia. Siapa pun bisa marah. Malah kalau kita mau jujur menghitung, jangan-jangan kuantitas marah kita lebih banyak dari pada senyum kita.
Banyak sekali penyebab marah. Pekerjaan tidak selesai pada waktunya kita marah, anak buah kurang cepet kerjanya kita marah, anak-anak berlarian di dalam rumah kita marah, tetangga nyetel radio kenceng kita marah, motor yang menyalip seenaknya kita marah. Bahkan hujan yang tak kunjung turun pun kita juga marah karena air tanah mulai mengering. Uniknya kita tetap marah-marah ketika hujan akhirnya turun karena jalanan jadi banjir...
Menurut psikologi marah adalah perasaan. Amarah datang dari bagian otak yang sangat tua dan biasanya berlangsung hanya selama satu hingga dua detik saja. Namun amarah ini bisa berlangsung dalam jangka waktu lama. Ciri-ciri fisik dan emosional orang yang tengah marah sudah jadi pertanda buruk bagi kesehatan:
Tekanan darah meningkat, ormon stress meninggi, nafas jadi pendek, jantung berdebar, gemetar, membentak, pupil berkontraksi tidak teratur, kekuatan fisik meningkat, impotensi (wah berabe tuh), cara bicara dan gerak lebih cepat dan sering, lebih sensitif. Jelas tanda-tanda ini akan mengakibatkan pergerakan sel dan hormon dalam tubuh jadi tak sesuai.
Memang, menahan marah bukan pekerjaan gampang, sangat sulit untuk melakukannya. Ketika ada orang bikin gara-gara yang memancing emosi kita, barangkali darah kita langsung naik ke ubun-ubun, tangan sudah gemetar mau memukul, sumpah serapah sudah berada di ujung lidah tinggal menumpahkan saja. Anthoni Dio Martin menyebutnya pembajakan amikdala. Tapi jika saat itu kita mampu menahannya, maka bersyukurlah, karena kita termasuk orang yang kuat.
Sebenarnya kita tidak dilarang marah, namun diperintahkan untuk mengendalikannya agar tidak sampai menimbulkan efek negatif.
Tapi bagi Anda yang saat ini jadi busniness owner hati-hati dengan perilaku yang suka marah ini. Karena frekwensi marah kita adalah representasi nyata dari kondisi usaha yang saat ini kita jalankan.
Pak Mario Teguh bilang, "Tanda kalau organisasi perusahaan tidak bisa menjalankan maksud pimpinan adalah kalau pimpinan suka marah. Pimpinan tidak terwakili oleh perusahaan. Apa yang diinginkan pemilik lebih sering tidak nyambung dengan jalannya organisasi perusahaannya."
Pemilik sering berkata, "Sudah berapa kali saya katakan..."
Dan karyawan dalam hati juga sering menjawab, "Sudah berapa kali kami tidak mau mendengarkan..."
Apa yang menyebabkan ini bisa terjadi?
"Pimpinan/pemilik tidak menyertakan kesuksesannya dengan kesuksesan karyawan. Owner ingin menawar keras gaji karyawannya, malah kalau bisa karyawan lupa dengan gajinya. Tapi dengan entengnya dia membeli velg yang harganya lebih gede dari gaji karyawannya tanpa ditawar. Dengan entengnya dia menunjukkan baru saja ganti mobil di depan karyawannya yang sudah lama gajinya dicicil..." tambah pak Mario Teguh di O'Channel.
Tiba-tiba saya ingat dengan sahabat saya yang sudah lama tidak bertemu. Beberapa tahun lalu dia cerita kalau bosnya suka marah tiap hari. Ternyata apa yang dialami perusahaan itu persis dengan yang dikatakan pak Mario...
Beberapa hari lalu saya sms dia, apakah sang bos saat ini masih suka marah. "Sama seperti dulu," jawab sahabat saya singkat via sms. Dari situ saya tahu berarti perusahaan itu tidak mengalami kemajuan apa-apa selama beberapa tahun ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar