Rabu, 26 September 2007
Pondok Sepuh
"Tiap produk itu pasti ada konsumennya," kata Garin Nugroho. Apa pun yang kita buat sebenarnya pasti bisa dijual, adalah kalimat lain dari pernyataan Garin. Tapi apakah benar begitu?
Garin sudah membuktikan, apa pun yang dibuat pasti bisa dijual. Karena bisa dijual itu lah dia tidak mau membuat film yang asal-asalan, ikut arus, apalagi ikut-ikutan acara yang katanya punya rating tinggi. Padahal kita tidak tahu bahwa rating yang dibikin itu rating beneran atau bo'ongan. Kalau pun rating itu bo'ongan kan kita tidak tahu, wong tidak bisa diaudit. Alhasil kita dari dulu terus-terusan jadi bulan-bulanan dan dibohongi terus menerus. Celakanya, penyelenggara acara menikmati saja kalau mereka sebenarnya sangat mungkin dibohongi... :(
Sebaliknya, pada sekelompok komunitas tertentu pasti membutuhkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Kebutuhan bagi segmen itu lah bisa membuahkan sebuah peluang.
Saya tertarik dengan sebuah reportase televisi beberapa hari lalu. Di Masjid Besar Payaman, sebuah desa di Magelang, Jateng, setiap Ramadhan ada pesantren menarik. Semua peserta pesantren itu adalah para manula yang berusia minimal 60 tahun.
Sebagaimana sebuah pesantren kegiatan hariannya adalah menimba ilmu dan beribadah. Jadi selama Bulan Puasa ini para sepuh melakukan kegiatan yang terus menerus sepanjang hari. Tentu intensitas kegiatannya tidak bisa disamakan dengan Pondok Gontor yang kondang itu. Tapi keberadaan pesantren unik ini ternyata sangat dibutuhkan meski hanya ada di bulan Ramadhan. Karena semua pesertanya sudah manula pesantren ini disebut dengan Pondok Sepuh.
Saya yakin kalau di kota besar diadakan pesantren dengan semua pesertanya sudah sepuh pasti banyak peminatnya juga. Keyakinan saya, para senior pasti membutuhkan komunitas yang bisa menerima keberadaan mereka, mengakui aktualisasi mereka, mengapresiasi jalan pikiran mereka. Dan sebagaimana biasa, setiap orang pada dasarnya suka guyon (riang, canda-tawa) dan guyup (kebersamaan). Nah kalau di komunitas itu semuanya terdiri dari para sepuh mereka tidak akan sungkan untuk guyon.
Jadi lah komunitas ini menjadi hidup dan penuh makna. Untuk tahap pertama pilih lah para manula dari segmen ekonomi menengah atas. Acara diadakan di tempat yang representatif. Pengisi acaranya dipilih dari golongan usia yang sama. Dengan promosi yang cukup elegan peluang ini pasti menemukan konsumennya. Jadi lah bisnis yang unik... Bagaimana nih pak Didin? :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar