Kamis, 02 Agustus 2007

Di Balik Logika Terbalik

Ada yang menarik di MetroTV Kamis siang kemarin. Polisi baru saja menggrebek pesta shabu-shabu di kantor LSM Gencar. Kalau polisi menangkap pelaku pesta narkoba mungkin sudah biasa. Tapi kalau yang ditangkap adalah aktivis Gencar memang luar biasa. Ini baru berita. News ini mungkin bisa masuk kategori yang di kalangan wartawan suka disebut "orang menggigit anjing". Artinya, masuk kategori sangat menarik dan layak diberitakan.

Anda baru tahu LSM Gencar? Sama dengan saya. Mudah-mudahan saya tidak salah dengar bahwa nama LSM itu memang Gencar. Gencar merupakan singkatan dari Gerakan Cirebon Anti Narkoba. LSM itu memang berkantor di Cirebon dan bidang geraknya adalah memberantas narkoba. Tapi di kantor itulah pesta shabu-shabu berlangsung. Selain aktivis LSM yang ditangkap, ada mantan anggota DPRD dan aktivis salah satu parpol besar juga ikut diringkus oleh penegak hukum.

Anda termasuk manusia normal kalau heran dengan kejadian ini. Saya juga heran dan tidak habis mengerti dengan perilaku mereka. Tapi keheranan saya tidak berlangsung lama. Saya tiba-tiba teringat dengan The Devil's Own, sebuah film produksi tahun 1997 yang dibintangi oleh Brad Pitt dan Harrison Ford.

Dalam film itu dikisahkan seorang anggota gerilyawan IRA bermaksud membeli senjata di pasar gelap Amerika. Supaya tidak mengundang kecurigaan maka Frankie McGuire (Brad Pitt), sang gerilyawan, menyamar sebagai seorang pekerja dan memilih tinggal di rumah Tom O'Meara (Harrison Ford), seorang polisi New York. Penyamaran ini memang cukup sempurna. Tidak ada tetangga yang mencurigai Frankie, orang asing yang tinggal di lingkungan mereka. Wajar, karena dia tingal di rumah seorang polisi. Jangankan tetangga, Tom sendiri juga tidak tahu kalau Frankie adalah seorang aktivis IRA.

Sebuah pemikiran cerdik. Ketika semua orang mengira tidak mungkin orang yang berbahaya tinggal di rumah polisi, maka dia memilih rumah polisi sebagai "base camp"nya. Begitu pula dalam kasus Gencar. Ketika semua orang berfikir tidak mungkin ada narkoba di kantor Gencar, maka para pengedar dan pemakai narkoba memilih tempat itu sebagai arena pesta barang haram tersebut. Membalik logika linier.

Teh Sosro juga punya kisah sendiri. Ketika perusahaan ini memutuskan memasukkan jin... eh teh ke dalam botol tidak ada seorang pun yang menanggapi positif. "Mana mungkin teh dijual dalam botol. Orang Indonesia selalu minum teh panas. Nggak mungkin lah," adalah komentar yang paling sering terdengar.

Sekarang kita bisa melihat. Hanya teh Sosro yang tingkat penjualannya paling tinggi dibanding minuman lainnya. Semua pedagang minuman, baik yang di warung maupun pinggir jalan, omset terbesar mereka disumbang oleh Teh Sosro.

Bahkan raksasa dunia seperti Coca Cola, Pepsi, Unilever tidak mampu menggoyang Sosro. Meski digempur oleh Lipton (Unilever), Tekita (Pepsi), Hi-C & Frestea (Coca Cola) semua orang tetap selalu minta Sosro. Hasilnya, Lipton sudah lempar handuk, Hi-C grounded. Untuk mencegat Tekita yang berbadan besar Sosro mengeluarkan S Tea yang badannya juga besar. Alhasil yang bertarung akhirnya Tekita dan S Tea. Sosro sendiri tetap nyaman. Bagaimana dengan "tusukan" Frestea? Sosro mengeluarkan Fruit-tea. Jadinya yang bertarung di jalanan adalah Frestea dan Fruit-tea. Sosro sekali lagi tetap nyaman.

Memainkan logika terbalik barangkali bisa memecahkan banyak masalah dan bisa membuat lompatan besar. Ketika semua mobil berjuang keras menembus kemacetan menuju Jakarta di pagi hari, maka kalau kita berjalan ke arah Bekasi atau Tangerang jalanan menjadi sangat nyaman. Ketika semua orang memilih garmen sebagai usahanya maka memilih.... maaf nggak berani nerusin. Just kidding lho... :)

Dengan logika terbalik sebenarnya sangat mudah untuk menyisir para pelaku korupsi di negeri ini. Telusuri saja bagaimana seorang yang bergaji Rp 5 juta bisa mempunyai rumah senilai Rp 5 milyar, menyekolahkan anak ke luar negeri, punya beberapa vila di luar kota, dan bisa membiayai "simpenan" mereka di apartemen. Tapi orang-orang "pinter" selalu bilang hukum kita tidak menganut asas logika terbalik. Bersyukurlah para koruptor. Memang paling enak korupsi di Negeri ini.

"Goblok kamu," adalah contoh menarik dari logika terbalik nya Om Bob Sadino. Kalimat yang diucapkan di depan Pak Joe dkk ini menunjukkan bahwa pemikiran sebagian besar orang Indonesia memang linier.

"Rencana itu buat orang yang belajar manajemen," katanya. Menurutnya, rencana itu linier, dari A, B, C, D sampai Z. Sedangkan dalam hidup atau bisnis, jalannya berkelok-kelok, tidak ada yang lurus dan terlalu urut. Sayangnya, rencana-rencana itulah yang diajarkan di sekolah. Padahal dalam pandangannya, rencana adalah racun. "Jadi, sekolah itu meracuni otak Anda," ujarnya bikin kaget di depan reporter CyberMQ

"Saya adalah orang yang tidak pernah buat perencanaan dalam hidup saya. Dan saya juga tidak pernah buat perencanaan dalam bisnis saya. Itu (business plan) buat orang yang belajar manajemen. Saya tidak pernah belajar manajemen. (Tidak pernah) ngomong bussines plan, marketing, planning, targeting ngomong goals dan lain-lain. Karena saya tidak pernah buat rencana, saya juga tidak pernah punya tujuan. Otomatis, tidak ada rencana, tidak ada tujuan. Otomatis, mengalir saja." tambah pemilik perusahaan yang mengayomi 1600 karyawan.

"Saya pengambil risiko. Dan ketika saya mengambil risiko, saya ambil risiko sebesar-besarnya. Saya tidak mau resiko yang kecil. Di saat orang memperkecil risiko, bebas dong, kalo dia mengambil resiko kecil, apa yang dia dapet juga kecil. Semakin kecil risikonya semakin kecil yang ia dapat."

"Jadi entrepreneur itu sederhana, karena kesederhanaan itulah orang kadang bingung. Jadi apa, untuk mengerti saya, Anda harus memproses racun di otak Anda. Harus dibuang dulu. Namanya deschooling process. Anda sekolah kan? Sekarang bagaimana anda menghilangkan apa yang Anda dapatkan di sekolah, itulah deschooling process. Dan itu hampir tidak mungkin. Susah sekali."

"Saya pakai bahasa orang yang tidak sekolah. Saya salah karena tidak punya rencana, itu kacamata Anda. Anda bisa bayangkan ketika saya jualan telor 5 kilo, saya sudah punya rumah sebesar sekarang? Tidak, kan? Jadi buat apa saya punya tujuan. Pertanyaan berikutnya, sekarang ada rumah sebesar ini, mobil di depan, apa dong ini semua? Ini adalah sebuah akibat dari apa yang saya lakukan."

"Sedangkan yang Anda lakukan hanya menghitung. Akibatnya orang bingung karena yang mereka lakukan hanyalah menghitung, bukan berbuat. Karena orang punya tujuan, orang punya rencana. Tapi ketika tujuan Anda tidak tercapai, rencana Anda juga berantakan. Rencana itu jalannya linier. Dari A, B, C, D sampai Z. Sedangkan mana ada hidup yang bentuknya linier gitu? Dalam hidup bentuknya berkelok-kelok, jarang ada yang lempeng."

Anda setuju dengan Om Bob? Kalau mau tahu wawancara lengkapnya silahkan baca di sini...

1 komentar: