Beberapa waktu lalu di sebuah stasiun tv ditayangkan mengenai sekelompok pecinta alam yang bersiap mendaki gunung. Sebagai pendaki yang baik mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Semua kebutuhan penopang hidup mereka bawa serta. Dari mulai alat untuk tidur di alam terbuka sampai peralatan memasak yang cukup moderen tidak ketinggalan. Begitu pula dengan pakaian dan sepatu khusus untuk mendaki mereka kenakan. Alhasil semua anggota tim kelihatan cukup siap dengan kegiatan mereka. Punggung semua orang tampak berat dengan ransel besar yang bertengger.
Dengan langkah berat karena beban yang besar di punggung mereka pun mulai melangkah untuk menaklukkan impian mereka sampai ke puncak. Jalan setapak pun mereka lewati satu persatu. Semua sempurna, sesuai dengan rencana.
Tiba-tiba di tengah tayangan ada sebuah pemandangan yang cukup menggelitik. Sang kamerawan menangkap sebuah pemandangan eksotis yang kontras dengan kegiatan pendakian. Di tengah-tengah rombongan yang berjalan gontai karena beban di punggung yang mungkin kelewat berat, menyeruak seorang petani dengan gagahnya. Saya katakan gagah karena petani ini sangat "polos". Dengan berbagai hasil hutan yang sangat banyak dia sunggi di kepala, petani ini melangkah dengan cepatnya tanpa alas kaki. Dia juga tanpa pakaian pelindung, tanpa bekal, tanpa makanan, dan tanpa "beban". Dia melangkah seakan-akan tidak membawa apa-apa. Padahal saya sangat yakin kalau yang dibawa petani ini mungkin lebih berat dari pada yang dibawa sang pendaki.
Hanya satu kata yang bisa menerangkan fenomena ini, yaitu kebiasaan. Petani ini mungkin melakukan kegiatan ini tiap hari selama bertahun-tahun. Karena dilakukan berulang-ulang dan ajeg, maka perbuatan ini menjadi kebiasaan. Ketika sudah menjadi kebiasaan maka apa yang dilakukan sama sekali menjadi ringan dan "tanpa beban".
Apapun perbuatannya kalau dilakukan berulang-ulang dan terus menerus hal itu berubah menjadi kebiasaan. Dan perbuatan itu menjadi ringan.
Dalam bisnis juga demikian. Kalau kita melakukan penjualan produk dengan rutin dan berulang-ulang secara teratur maka apa yang kita lakukan menjadi ringan. Kalau kita secara rutin mengadakan silaturahmi maka melakukan kontak kepada teman-teman adalah sesuatu yang ringan dan tanpa beban.
Jadi yang perlu kita lakukan adalah membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik secara berulang-ulang, rutin, ajeg. Ingat, hal-hal yang baik. Kalau sudah menjadi kebiasaan maka susah untuk dihilangkan.
Maka sangat bisa dimaklumi mengapa berhenti merokok adalah sesuatu hal yang sangaaattt sulit... :)
Pecinta alam apa perusak alam, saya biasa orang desa. dan melihat banyak mahasiswa yang naik gunung, mereka cenderung merusak.
BalasHapusMereka hanya komunitas pindah tidur, apa itu petualang.
www.234go.blogspot.com