Senin, 13 Agustus 2007

Masa Sulit itu Tidak Ada


Apakah judul tulisan ini tidak realistis? Barangkali, ya. Mana mungkin masa sulit itu tidak ada. Bagaimana kalau kita melihat pertumbuhan negatif, kesulitan keuangan yang semakin dalam, pasar yang menciut, kehilangan kepercayaan karyawan, pemegang saham, dan masyarakat luas. Ini kan tanda kalau sebuah usaha sedang mengalami masa sulit dan terancam gulung tikar kalau tidak segeran dibenahi?

Memang harus segera dibenahi kalau tidak ingin kondisi seperti di atas terus berlarut-larut. Tapi bagaimana kita bisa membenahi kalau "amunisi" yang diperlukan untuk membenahi tidak ada? Apakah hanya cukup dengan mengutak atik angka?

Roy Sembel punya resep untuk mengatasi masa sulit itu. Mengapa tidak belajar dari keputusan-keputusan besar para CEO handal untuk membawa perusahaan yang mereka pimpin keluar dari masa sulit? Ingin tahu rahasianya?

Perusahaan yang sakit umumnya ditandai dengan "pendarahan" hebat dalam bidang keuangan. Berikut adalah strategi yang bisa kita teladani dari Elaine Chao dari United Way of America.

Elaine Chao yang ditugaskan untuk menyelamatkan United Way of America dari keterpurukan menempatkan reformasi keuangan sebagai prioritas utamanya. Tindakan yang dia lakukan untuk mereformasi keuangan organisasi yang pada waktu itu bermasalah antara lain dengan cara memangkas biaya tanpa membuat organisasi ini menjadi kelaparan dan makin terpuruk. Elaine Chao memberlakukan reformasi ini tidak saja terbatas pada jajaran di bawahnya tetapi juga pada dirinya sendiri.

Misalnya, Chao memangkas sepertiga staf kantor pusat yang membengkak dan mewajibkan penggunaan tiket kelas ekonomi untuk semua perjalanan dinas (termasuk untuk dia sendiri). Dia juga memperkenalkan sistem anggaran baru dengan prosedur pertanggung jawaban yang jelas yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah memangkas unit-unit bisnis yang tidak berprestasi sehingga bisa memfokuskan diri pada pengembangan unit-unit binis yang sehat. Fokus pada bisnis inti dan divestasikan bisnis yang tidak berhubungan.

Hakekat dasar dari setiap jenis usaha adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan tidak ada yang akan mendukung bisnis tersebut. Michael Teng, pebisnis yang dijuluki sebagai penyelamat perusahaan sakit, bahkan menekankan bahwa seorang pemimpin bisnis perlu berkomunikasi secara teratur dengan karyawan, pelanggan, pemegang saham, pemasok, bangkir, dan semua pihak terkait.

Upaya menghentikan pendarahan dan membangun kepercayaan tidaklah cukup. Kedua strategi ini perlu ditunjang dengan upaya penyusunan kekuatan yang bisa membawa perusahaan untuk tinggal landas meraih kemenangan. Jim Collins dalam bukunya Good to Great mengungkapkan bahwa untuk membawa perusahaan menjadi perusahaan pemenang, seorang pimpinan perlu memilih dengan hati-hati tim inti yang akan menjadi pendukungnya. Setelah itu barulah bisa ditentukan bersama langkah strategis yang bisa diambil sebagai upaya pemulihan.

Perusahaan akan kuat jika didukung oleh orang-orang yang kuat karena orang-orang seperti ini sesuai dengan kualitasnya bisa lebih mudah menerjemahkan visi yang telah ditentukan, dan umumnya telah memiliki motivasi internal untuk sukses.

Anda masih bingung dengan tulisan Roy Sembel yang saya cuplik secara acak-acakan ini? Kalau begitu sama dengan saya. Tapi ada yang membuat saya sangat terkesan dengan kiat menghadapi masa sulit.

Mario Teguh di JakTV mengatakan, "Masa sulit itu sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah kita masih memakai cara lama untuk menghadapi situasi yang kondisinya sudah berbeda. Cara lama yang kita anggap sukses ternyata sudah tidak manjur lagi, maka kita mengatakan itu masa sulit."

"Itu sebenarnya bukan masa sulit. Itu hanya menyangkut cara menghadapi kondisi yang berbeda. Maka untuk kondisi yang berbeda, gunakan cara yang berbeda pula. Maka masa sulit itu otomatis menjadi tidak ada." Bagi saya ini adalah jawaban singkat yang sangat akurat. Langsung nyantol di kepala saya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar