Rabu, 08 Agustus 2007

Torakur

Anda masih ingat dengan Buah Semangka Berdaun Sirih? Penggalan syair lagu berjudul Aku Begini Engkau Begitu itu memang sangat populer di tahun 80-an. Ya, lagu ciptaan Rinto Harahap itu dipopulerkan oleh mendiang Broery Pesolima atau Broery Marantika.

Lagu itu pada masanya menginspirasi banyak orang. Kalau ada yang berselisih pendapat tentang suatu masalah dengan mudah mereka mengatakan, "Mana mungkin Buah Semangka Berdaun Sirih," untuk menunjukkan bahwa argumen lawan bicaranya tidak masuk akal.

Begitu juga kalau argumen sang suami di mata istrinya sama sekali tidak logis, maka ungkapan mana mungkin
Buah Semangka Berdaun Sirih kerap terdengar oleh tetangga sebelah. Begitu pula kalau ada cowok yang cintanya ditolak oleh cewek, maka temen sang cowok suka menggoda dengan ucapan Buah Semangka Berdaun Sirih. Nggak mungkin bisa mendapatkan cinta dari sang pujaan. Kasihan...

Tapi apakah benar bahwa
Buah Semangka Berdaun Sirih tidak mungkin terjadi? Bagi kebanyakan orang memang mustahil. Tapi bagi orang yang berpikiran "gila" hal itu bisa saja terwujud. Minimal bukan dalam arti harfiah tapi secara substansi.

Kira-kira dua hari lalu saya melihat berita siang di Trans7 (kerjaan saya kok banyak nonton TV ya, hehe). Ada yang sangat menarik di liputan itu. Di Banyumas Bu Ngesti dkk memproduksi makanan yang disebut Torakur. Torakur adalah singkatan dari Tomat Rasa Kurma. Ya, di kota itu ada home industry kreatif yang mampu menciptakan hal baru. Buah tomat asli bisa disulap jadi buah yang rasanya seperti kurma. Tidak hanya rasanya saja tapi penampilannya juga persis dengan kurma yang asli Arab sana.

Setelah saya telusuri ternyata usaha itu bukan baru dimulai tapi sudah ada sejak 1998. Jadi sudah hampir 10 tahun ada produk kreatif yang luput dari hingar bingar liputan kegiatan bisnis. Inilah salah satu kelemahan kita.

Di harian Suara Merdeka 4 Maret 2005 ditulis, makanan ini mulai dikenal sejak puasa 1998. Pada saat itu harga kurma melambung tinggi.

Oleh karena itu, sejumlah pembuat makanan melakukan improvisasi dengan membuat torakur. Salah satu pusat pembuatan torakur adalah Desa Kradenan, Kecamatan Mrebet. Di desa tersebut produsen torakur tergabung dalam Kelompok Petani Kecil (KPK) Sumber Sri Rejeki yang berada di wilayah RT 3 RW 1.

"Makanan ini cukup digemari apalagi pada bulan Puasa karena rasanya hampir sama dengan buah kurma,'' kata Ny Murtinah, ketua kelompok tersebut. Satu buah Tomat bisa menjadi satu Torakur. Proses pembuatannya juga sederhana.

Produk torakur tidak hanya dijual di pasaran lokal. Bahkan produk itu juga sudah dijual hingga ke Medan, Lampung, dan Sulawesi. Belakangan sejumlah pedagang dari Bumiayu dan Tegal juga ingin memasarkan produk makanan itu. ''Saya jamin rasanya sama dengan kurma,'' katanya.

Luar biasa, kreatif, memberi solusi. Foto Torakur yang ada di tulisan ini saya ambil dari Tabloid Nova yang ternyata juga tertarik untuk mencoba resep Torakur...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar